Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Wednesday, October 21, 2015

Berguru pada Tiap Insan, Merenung dari Pernyataan

     Hari ini tak ada yang spesial, standar, hanya urutan hari ke-21 di bulan Oktober 2015. Pagi ini kuawali dengan bangun siang pasca Shubuh, karena memang dini hari tadi aku masih bercengkerama dengan orang-orang luar biasa yang bisa dibilang baru mulai mengenal dan mengakrabkan diri sejak satu bulan lalu (tepat pada tanggal 21 September 2015). Oke skip, pukul 9 pagi ini aku telah standby di depan ruang sekretariat jurusan Teknik Material dan Metalurgi, menunggu dosen pembimbing untuk laporan progress survey pasca seminar, diskusi, serta meminta pencerahan. Seperti biasanya, beliau datang terlambat, kubilang biasa karena sejak enam semester lalu aku telah sering berinteraksi dengan beliau di lebih dari tiga mata kuliah.
     Tepat pukul 10.25 WIB aku kembali ke ruangan beliau, disambut baik dengan senyum ramahnya, dan akhirnya bermuara pada petuah-petuah tentang proyek Tugas Akhir yang sedang kukerjakan.
     "Saya harap sambil menunggu bahan yang kamu pesan, kamu nggak diam, lakukan apapun yang bisa kamu lakukan. Kapan kamu trial, Dhik?" tanya beliau ("Dhik" adalah paggilan beliau untuk "Dhika"). Belum sempat aku menjawab, lima detik kemudian beliau melanjutkan dengan satu kalimat yang cukup membuatku freezing.
     "Oh ya, terserah kamu sih ya, toh yang penting nanti kamu harus bisa menyelesaikannya tepat waktu. Kalo sama saya, maksimal Februari kamu udah tinggal nulis laporannya ya, biar pas saya ke Jepang nggak kepikiran kamu," imbuhnya.
     "Wow!!!" batinku tak terucap. "InshaAllah target saya Januari akhir sudah selesai bu, tinggal perendaman saja setelahnya," jawabku optimis.
     Dan percakapan berlanjut panjang, dengan topik yang masih berkutat pada judul yang telah aku seminarkan minggu lalu. Adzan Dhuhur mengakhiri diskusi kami pagi itu, kusegerakan pamit dan menuju mushalla jurusan untuk sejenak berhenti dari aktivitas dunia, berkomunikasi vertikal, seraya mengingatNya dalam lantunan doa-doa. Jam dinding mushalla menunjukkan pukul 12.05 WIB saat aku keluar menuju laboratorium Metalurgi, base camp andalanku di tahun keempat ini. Kuhabiskan waktu di sana untuk browsing jurnal tambahan sambil mendinginkan isi kepala yang mulai panas dengan berbagai macam urusan yang harus menyusup ke dalamnya. Temperatur 23 derajat Celcius berhasil menyamankan diriku siang itu. Sampai sebuah pesan singkat dari aplikasi L*NE berhasil membuyarkan konsentrasi "me time"-ku bersama laptop.
     "Jadi nemenin jam 2 ini?" bunyi pesan tersebut.
     "Ayo bro, aku bertelur di lab nunggu jam 2 nih," jawabku tanpa pikir panjang.
     "Oke, ketemu di jurusan xxx ya, Zha..."
    Dan percakapan singkat tersebut berujung pada klimaksnya ketika angka 14.00 WIB tampil di layar smartphone. Aku berjalan menuju balik banner "Welcome" di jurusan Teknik xxx. Di sana kawanku bersama seorang cowok yang tak lain merupakan ketua HMxxx periode ini sedang berbincang tentang apa yang menjadi tujuan pertemuan kami sejak awal. Percakapan berlangsung hangat, meski tanpa selingan senda gurau. Hingga suatu percakapan mengenai kaderisasi berhasil menyadarkanku tentang sesuatu.
     "Angkatan 2015 kami treatment berbeda dari sebelumnya kok, mas!" ujarnya singkat.
     "Hmm? Berbeda maksudnya?" tanyaku
   "Ya salah satu contohnya adalah tentang pergeseran treatment kepada mahasiswa baru yang biasanya lebih menekankan pada 'bekerja di bawah tekanan', ya itu baik. Tapi karena hal itu kita lupa bahwa manusia juga harus mampu bekerja saat dia tak mendapatkan pressure apapun dari sekitarnya. Itulah yang menurut saya membangun inisiatif, dan sejauh ini mereka jauh lebih inisiatif dibanding angkatan saya," terangnya.
     "Boom!!!" pikiranku menerawang jauh, bukan pada konsepsi sempit tentang kaderisasi mahasiswa baru, akan tetapi tentang manusia, kotak ajaib yang melupakan jati dirinya.

    Ya, ini puncak dari tulisanku kali ini. Lalu apa hubungannya pernyataan tersebut dengan prolog panjang tentang Tugas Akhir, dosen pembimbing, dan aktivitasmu hari ini? Jawabannya BANYAK, karena itu semua saling berhubungan. Mari kita berfokus pada kalimat "kita lupa bahwa manusia juga harus mampu bekerja saat dia tak mendapatkan pressure apapun dari sekitarnya". Menurutku pernyataan ini menarik, dan justru menampar bagi siapapun yang sadar serta memahami maknanya. Manusia terlalu sibuk membangun anggapan bahwa bekerja di bawah tekanan adalah penting untuk membangun endurance. Ya itu tak salah, tapi yang salah adalah justru kita yang lupa bahwa saat tanpa pressure pun manusia juga harus bisa bekerja. Tak jarang aku temukan (tak terkecuali dalam diriku sendiri) ketika ada di bawah tekanan manusia menjadi giat dan bergairah tinggi untuk mencapai sesuatu yang ia idamkan. Tapi saat semuanya selesai, tekanan menghilang, apa yang terjadi? Kita sering lalai untuk menemukan gairah dan semangat untuk menyelesaikan hal-hal penting lain (karena sifatnya yang tak ber-deadline). Seperti halnya Tugas Akhir, dosen pembimbing hanya memfasilitasi dan membimbing jika kita ada kesulitan, sedangkan urusan progress lambat atau bahkan mengalami stagnasi, itu sepenuhnya urusan kita. Karena segala hal tergantung diri kita masing-masing, masih mampukah kita menemukan spirit di tengah kondisi tanpa tekanan? Juga menemukan jawaban atas pertanyaan, masih mampukah kita berinisiatif menyusun rencana terbaik kita tanpa deadline pasti (seperti yang diberikan lingkungan/orang lain)?

     Padahal telah jelas bahwa:
     "Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah urusan yang lain..."
     (Q.S. Al Insyirah: 7)

Sekali lagi, itu semua tergantung diri kita masing-masing.

     Tanpa ada niatan menggurui dan sok tahu tentang sesuatu, tulisan ini lahir hanya sebagai otokritik bagi diriku sendiri. Serta sebagai rasa syukur untuk aktivitas luar akademik yang aku lakukan sebagai bagian dari "tim 12" (yang baru sebulan ini terbentuk) dapat menjadi sumber pembelajaran lain dalam kehidupanku.
     Semoga Allah SWT selalu memberikan peringatan dan senantiasa membimbing kita di jalan yang Dia ridhai. Aamiiiin...

Friday, July 31, 2015

Kerja Praktik 10th-11th Day

30-31/07/2015
Review Kerja Praktik Day 10-11
PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), plant Batu Hijau, Maluk, Sumbawa Barat
Oleh: R. F. Hary Hernandha (mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS angkatan 2012)

Ready for (30/07) 10th Day? As always...
     Hari ini kami (aku n Anam) bangun kesiangan. Pukul 5.25 WITA kami baru beranjak mandi, sholat shubuh bergantian di kamar, terus berangkat makan. Bus kuning yg biasa mengantarkan kami ke Dept. Process lewat Mess Hall tanpa say goodbye, kami berjalan gontai menuju Mess Hall untuk makan pagi, rencananya kami ikut bus BU 070 lagi (jurusan Enviro). Setelah memastikan perut kami terisi, kami berjalan cepat menuju halte T2 (pukul 06.20 WITA). Menunggu bukan berarti bengong dan menganggur, kami memerhatikan jurusan bus yang melewati kami sambil sesekali mencuri dengar dari perbincangan bapak-bapak pekerja yang juga menunggu bus mereka. Dari sanalah aku tahu bahwa BR 004 menuju ke Training, BR 023 ke MMA, dan masih ada beberapa lagi. Pukul 06.33 bus BU 070 langsung berangkat setelah menurunkan dan mengangkut kami, tanpa basa-basi, apalagi ngetem lagi. Masih di atas bus, aku di-sms Mr. Firdaus bahwa pintu kantor udah dibuka sejak 06.40, alhasil akhirnya aku minta maaf karena memang kesiangan. Kami tiba di kantor pukul 07.00 WITA, ditinggal meeting sampe jam 09.30. Sembari menunggu, kami menyelesaikan tugas dari Mr. Firdaus dan dosen pembimbing tentang metode, step by step, dan standar yang digunakan pada blasting painting PTNNT.
      Pukul 10.00 WITA, sesuai apa yang dijanjikan kemarin, kami keluar bersama pak Josep ke tempat blasting di area Santong. Cuma sebentar sih, sampai waktu makan siang pukul 12.00 kami telah duduk di balik meja kantor lagi. Pukul 13.00 pasca ishoma dan melahap habis lunchbox kami melanjutkan tugas dan resume lagi. Tepat pukul 14.00 WITA kami kirim tugas ke e-mail Mr. Firdaus (langsung dibaca dan dijadikan bahan diskusi kami) dan dosen pembimbing (entah dibacanya kapan). Setengah jam kemudian kami menerima feedback dari Mr. Firdaus bahwa pekerjaan kami "well done". Duh senengnya... Eits, tapi nggak boleh terlena ya, then kami melanjutkan aktivitas hari itu dengan menyusun program penyelesaian laporan kami. Sambil terus berdiskusi dengan mas Riki Akbar MT10 terkait RBI via WhatsApp.
      Jam pulang pun akhirnya tiba, pasca sholat ashar kami segera menuju halte 130 untuk menunggu bus. Sesampainya di halte T2, kami langsung berjalan untuk makan malam di messhall. Entah mengapa hari ini kami memilih demikian lalu istirahat di camp. Lelah? Jenuh? Mungkin sih, tapi tetap semangat untuk esok harinya. Di malam hari kami memutuskan untuk membeli cari kapur barus demi mengatasi bau safety shoes kami, kami pun berjalan menuju Commissary. Akhirnya? Kami pulang dan berkutat dengan laptop masing2 di camp hingga tertidur.
Notenya ditunda nanti-nanti aja deh ya, sekarang...

Lanjut ke 11th Day (31/07) dulu deh!
    Pagi ini kami bangun ‘agak’ telat (lagi), 04.30 WITA, segera mandi dan melakukan segala aktivitas dengan terburu-buru. Kami makan di messhall tepat sesaat setelah Adzan Shubuh, alhasil kami terlambat jamaah Shubuh pagi ini. Hectic morning, kami tiba di kantor seperti biasa, menikmati sunrise hingga jam 7 pagi, baru setelah itu naik ke kantor. Setibanya di ruangan, kami mendapat wejangan tentang pola hidup dari Mr. Firdaus (memang beliau tahu pasti bahwa kami tadi telat jamaah Shubuh, karena kami bertemu di Masjid Miftakhul Jannah). Lalu kami melanjutkan dengan berdiskusi sekaligus fiksasi program yang telah kami susun untuk laporan KP ini. Secara panjang lebar kami menjelaskan, diselingi dengan sesi tanya jawab dan saran, akhirnya Mr. Firdaus menyetujui apa yang telah kami programkan. Masih dalam suasana private meeting antara kami dan beliau, kami berbincang tak hanya tentang laporan dan program kami. Mr. Firdaus juga bercerita tentang asal mula Corrosion Remediation Project (nama awal CMP section) ada di Oktober 2009. Pecinta Harley Davidson ini juga menceritakan pengalamannya keliling Indonesia, dan mencari arti nasionalisme lewat putaran roda. Dari pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Sumba, Sumbawa, Pulau Endana (pulau bagian selatan Indonesia), hingga Timor Leste, Malaysia, Brunei Darussalam, serta pulau2 lainnya. Usai ‘obrol hangat’ itu kami menyusun ulang timeline aktivitas kami hingga akhir masa kerja praktik (atau lebih tepat hingga tanggal expired badge kami berakhir). Progress topik laporan dan timeline terbaru yang telah kami susun kami kirimkan ke dosen pembimbing, pak Tubagus Noor Rochmanudin (hari adalah laporan progress yang ke-4 kalinya). Setelah itu, aku menelepon beliau dan menjelaskan progress kami hingga hari ini (lagi). Lalu kami (aku dan Anam) melakukan diskusi kecil tentang hasil meeting dengan Mr. Firdaus pagi tadi hingga adzan Dhuhur berkumandang. Semua laki-laki muslim di ruangan berbondong menuju masjid An Nur untuk sholat Jumat.
      Mata merem melek, lelah dan kantuk hinggap di tubuhku. Akhirnya aku memutuskan untuk merebahkan diri di Masjid. Hingga beberapa menit berlalu, tiba-tiba lenganku dipukul oleh seseorang, yang kuketahui orang itu adalah Anam, hingga terbangun.
       “Oy, malu-malui aja, udah tidur ngorok lagi!” tegurnya berbisik
       “Ah yang bener? Emang berapa menit aku tidur?” jawabku masih mengucek mata.
       “Udah 30 menit, dilihatin bapak-bapak yang juga lagi ada di masjid tadi,” jawab Anam lagi.
     Aku yang agak malu, segera mencuci muka dan mengikuti Anam untuk kembali ke kantor. Suasananya sepi, aku yang memang sedang rindu rumah segera menelepon mama (kurang lebih 20 menit). Dan setelahnya kutelepon Tira hingga adzan Ashar berkumandang. Segera kami (aku dan Anam) melaksanakan sholat ashar, kembali ke Townsite dan turun di T2. Lagi-lagi kami ke messhall duluan karena lelah dan ingin istirahat lebih lama. Setelah itu kembali ke camp, malemnya aku rehat karena capek, ngga tahu kenapa (batal ke Basai Ate). Malem sekitar jam 22.00 WITA lihat kiriman video Gea nyanyi di Basai Ate yang diupload ke grup LINE. Eh tiba-tiba didatengin Yefta dann Dhani dibriefing tentang liburan besok Minggu (jadi nggak sabar). Finally? I go to bed...

Wednesday, July 29, 2015

Kerja Praktik 8th-9th Day

28-29/07/2015
Review Kerja Praktik Day 8-9
PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), plant Batu Hijau, Maluk, Sumbawa Barat
Oleh: R. F. Hary Hernandha (mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS angkatan 2012)

(28/07) 8th day’s approaching
   Pagi ini usaha bangun pagi tak membuahkan hasil berangkat lebih awal di kloter bus yang jam 06.00 WITA. Abis makan bareng seperti biasa di mess hall kami berbondong berjalan menuju halte T2. Tunggu menunggu bersama bapak-bapak pekerja tambang yang tak tahu harus bagaimana. Karena bus yang lewat tak ada yang mau ditumpangi dan bahkan ngeloyor pergi. Ada apakah gerangan?
   Sampai jam 07.30 WITA kami, para komplotan pemakai badge STD masih menunggu dan terus menunggu bus pujaan. Ternyata ketidakbersahabatan bus pagi ini akibat ada demo dari masyarakat setempat yang entah apa penyebabnya. Mereka demo menutup akses jalan bus. Kata bapak koordinator halte sih, “ini udah biasa mas, udah sering.”
   Nah apa mau dikata ‘narsis sudah bertumbuh subur’ (niruin nasi sudah menjadi bubur sih sebenernya, tapi garing, biarin lah!). Kami yang tak tahu lagi harus ngapain pun berfoto-foto selfie di sana. Ada aku, Gea, Anam, Rifky, Gilang, dan Ana, juga Yefta (tapi mereka berdua nggak ikut foto). Kami berjemur di halte T2 rame-rame sampai jam 08.35 WITA, akhirnya berangkat bareng temen-temen dept. Environment dan MEWS. Jadwal bus BU 046 yang biasanya mengantar ke Process dan BU 067 yang balikin ke townsite pun tak berlaku saat demo. Jadi hari ini kami naik ke Process pakai BU 070. Di Process, tepatnya ruang CMP, kami (aku dan Anam) kembali pada rutinitas studi literatur sampai jam makan siang, tapi sebelum keluar ruangan aku minta pembimbing buat ketemu sama orang Blasting Painting. Dan beliau menjawab, “bisa kok, nanti ya!”
     “Siap pak, terima kasih,” jawabku.
    Setelah itu seperti biasa, jadwal sholat dhuhur dan makan siang. Setalah melakukan itu semua, kami segera kembali ke dalam ruangan saking antusiasnya atas janji sebelum keluar ruangan. Tapi tiba-tiba Mr. Firdaus menegur kami lalu berkata, “mas, bertemu orang Blasting-Paintingnya besok aja gimana? Panas ini, kasihan kalian."
    Meski ‘sedikit’ Hmmm, akhirnya aku oke dan kami memutuskan untuk diskusi topik serta mereview hasil studi lapangan kemarin bersama beliau. Dua jam nggak kurang, kami ngobrol ngalor ngidul sampe dapat Work Order untuk selalu hubungin pak Josep untuk ikut studi lapangan setiap pak Josep turun ke plant :) (uhuuuuy, bahagianya). Then, we pray Ashar, and go hooome...
      Sebenernya ada Halal bihalal sih jam 4 sore dimulai di area townsite, but we are mager-man this evening. Seperti biasa, malamnya kami makan ke messhall, ngobrol sekomplotan, dan janjian besok malem mau ke Basai Ate lagi utk Pizza Day. Habis makan kami berbondong-bondong ke katala nemenin temen beli something sambil nurunin makanan yg menuhin perut. Finally balik camp, ngerangkum hasil diskusi sama pembimbing, and go to Sleep.
Pengennya ada note, but lets we continue to:

9th day (29/07) aja yuk!!
    Hari ini kami berangkat seperti biasa dengan pola seperti biasa. Setibanya di Concentrator 130, aku, Anam, Yefta, dan Ica berdiri dekat gabion (pagar pembatas dari timbunan batu besar untuk membatasi Concentrator 130 dan 106). Di sana kami menikmati kabut di tempat biasanya kami melihat sunrise (ya di deket gabion ini). Abis itu aku sms pak Josep minta dianter ke Pebble Crusher. Jam 07.15 WITA kami berpisah, Ica ke Workshop, Yefta ke ruang PLC (Programmable Logic Control), dan aku+Anam ke ruang CMP. Duduk, cek LINE, sambil nunggu sms dari pak Josep. Tak terlalu lama kami dibawa ke Pebble Crusher pukul 08.30 WITA. Jadwal kami padat hari ini (ih, sok sokan). Tepat pukul 10.00 setelah turun dari Pebble, kami masuk ke ruangan kantor PT. Pacific Dwiyasa Putra (kontraktor yang menangani Blasting-Painting). Di sana kami disambut ramah, berdiskusi dengan Mr. Arif Ichwanudin (Coating Inspector NACE level 2) tentang Blasting-Painting. Pukul 12 waktunya ishoma, sembari makan aku menyiapkan flashdisk untuk mengambil meng-copy data terkait standar Blasting dan Painting juga beberapa file penting milik Mr. Arif. Pukul 13.30 WITA, lunchbox telah kosong dan masuk ke dalam perut kami. Setelah ijin ke luar ruangan kepada Mr. Firdaus, kami kembali berjalan ke kantor PT. PDP, sembari Anam menelepon pak Tubagus (dosen pembimbing KP kami), aku menemui Mr. Arif untuk copy file. Sorenya? Yah seperti biasa, kami kembali ke balik meja kantor sampai pulang. Malemnya ke Basai Ate, Pizza Night, foto-foto (agenda rutin tiap ketemu komplotan KP Juli-Agustus). Finally, kami semua ke katala beli cemilan (ini juga agenda rutin sih), balik camp masing-masing. Malem ini mama telepon, nanyain kabar dan ngobrol-ngobrol unyu gitu. Habis gitu tiba-tiba miss her banget dan pengen banget telepon Tira. Sekitar 10.00 WITA gitu deh, “Assalamualaikum” mengakhiri pertemuan kami via line telepon. Eh, beberapa saat berikutnya masuk email dari mas Mentor, Muhammad Zaki Hauna. Dia nanyain tentang Newmont dan beberapa yang berhubungan sama kebijakan pemerintah dan UU Minerba (maklum deh, perbincangannya jadi ser-san gitu pasti kalo ketemu dia. Akhirnya kami diskusi cukup lama via LINE. Dan setelah diakhiri, kumatikan lampu dan tidur.

Monday, July 27, 2015

Kerja Praktik 7th Day

27/07/2015
Review Kerja Praktik Day 7
PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), plant Batu Hijau, Maluk, Sumbawa Barat
Oleh: R. F. Hary Hernandha (mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS angkatan 2012)

Finally 1st Week Ends, Today’s 7th Day (27/07)
     Hari ini dimulai langsung dari kantor aja kali ya? Kami masuk ruangan pukul 07.15 WITA, memulai aktivitas dengan studi literatur lanjutan sebentar, sesuai permintaan Mr. Firdaus kami melanjutkan KP kami hari ini dengan merambah pada studi lapangan. Bersama Mr. Josep, kami menjangkau ke seluruh tempat di departemen Process dari mulai SAG Mill hingga tempat flotasi slurry sebelum jadi Konsentrat. Sayangnya belum ke Pebble Crusher dan Primary Crusher di atas (Departemen Mining). Bayangin deh, hari ini sepatu safety yang kupakai menginjak-injak lumpur (calon) emas dan tembaga. Sombong banget nggak tuh, calon duit diinjak-injak. Berbekal earplug, helm (hard hat), safety vest, gloves, catetan, pulpen, dan kamera handphone, kami mengelilingi tempat-tempat yang berpotensi korosi. Memfoto dan melihat secara visual produk korosi di tiap struktur konstruksi sambil sesekali selfie.
     Selain studi lapangan, kami juga diskusi seputar korosi serta Corrosion Manajemen Project (sebelumnya bernama Corrosion Remediation Project) section itu sendiri yang sekitar 6 tahun lalu sempat masuk ke Process Maintenance Planning section di Process Department Concentrator 130 ini. Hingga tiba waktu makan siang kami baru masuk lagi ke dalam kantor. Setelah istirahat makan siang dan melaksanakan sholat Dhuhur, kami tak langsung berleha-leha meski sebenarnya lelah. Sampai sore hari kami (aku dan Anam) berdiskusi sambil menulis hal-hal penting yang akan ditulis di laporan Kerja Praktik Kami nanti. Setelah itu kami sekedar ngobrol untuk laporan ke Mr. Firdaus. Hasilnya, kami dijanjikan sebuah meeting diskusi tentang standar Blasting/Painting bersama ahlinya (QC/QA PT. PDP, Mr. Arif Ichwanudin) dan juga pembahasan topik laporan yang akan kami tulis untuk Kerja Praktik ini, di hari Selasa nanti (esok). Pukul 16.15 WITA seperti biasa kami berjalan menuju halte bus area departemen Process, dan pulang menuju Townsite menggunakan bus BU 067. Aktivitas malam? Seperti biasa, makan di Mess Hall, bertemu kawan-kawan yang KP di departemen lain (dari Mining, Environment, MEWS, hingga Power Plant). Hingga perjalanan kembali ke camp masing-masing juga tak mengurangi intensitas dan kadar bercanda.
     “Itung-itung ngilangin stress, kan udah capek kerja di Plant masing-masing,” kata salah seorang dari kami (yang aku lupa siapa). Sebelum ke camp, aku dan Anam berjalan menuju Camp Service untuk komplain mengenai handuk yang tidak tersedia di camp. Setelahnya? Ya seperti biasanya lah ya...
     Note hari ini, jalani saja hari-hari di sini dengan segala dinamika dan stagnasinya, karena terkadang mulai ada rasa bosan dan jenuh yang hinggap. Tapi setelah dikembalikan lagi pada niatan untuk mengambil pembelajaran selama KP di PTNNT, semangatnya akan bangkit lagi. Apalagi ditemani kawan-kawan partner yang kebetulan “otaknya sejenis semua, slenge’an bisa, belajar bareng juga bisa”. And they’re more than enough :)

Sunday, July 26, 2015

Kerja Praktik Off Days Part 1

25-26/07/2015
Review Kerja Praktik Day 5-6
PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), plant Batu Hijau, Maluk, Sumbawa Barat
Oleh: R. F. Hary Hernandha (mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS angkatan 2012)

Wah udah masuk 5th (Off) day ya, yuk lanjut!!! (25/07)
     Pagi ini bangunnya gara-gara ditelpon mama, diingetin shubuhan. Nggak alam setelah telepon ditutup, aku ambil air wudhu dan sholat shubuh di camp. Bangunin Anam nyuruh dia mandi, padahal sendirinya belom mandi (-_-). Tapi hari ini lain, kami nggak mandi, melainkan langsung berangkat ke Mess Hall untuk sarapan. Balik lagi deh rencana eksplor Townsite, kami jalan-jalan muter Townsite sampe lebih dari 10km (hasil dari pembacaan aplikasi android yang setelah itu langsung error dan aku uninstall). Dari hasil jalan-jalan pagi itu kami berhasil menemukan lokasi departemen. IT (untuk keperluan mendaftarkan laptop, tapi berhubung kami belum bawa laptop akhirnya mengurungkan niat untuk mendahului kawan-kawan partner KP yang lain). Kami kembali ke jalan menuju camp, saat tiba di persimpagan jalan sebelum menuju “jembatan kenangan” khas Townsite, sekitar pukul 09.00 WITA, tiba-tiba sesosok makhluk berinisial monyet yang cukup besar mengejar kami berdua. Tanpa senjata apapun, kami pun gerogi, akhirnya kami berlari kembali ke arah Mess Hall. Bukan malah dibantu atau apa, eh diketawain sama bapak-bapak karyawan PBU yang sedang bersantai di smoking area.
     “Itu tadi dia baru jalan mas, kalo lari udah pasti kena, ga mungkin bisa lolos!” celotehnya sambil meniupkan asap rokok ke udara.
    “Duh, bisa-bisanya,” gumamku pada Anam yang ternyata memeluk tiang Mess Hall saking takutnya. “Pengejaran tersebut” meninggalkan lecet di kaki kananku, disertai trauma dari Anam, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke camp melalui jalan lain yang lebih jauh (melewati traffic light dan Klinik Buin Batu). Skip lah ya, setelahnya nggak begitu penting kok. Di siang harinya, entah memang apes atau apa, kami (aku dan Anam) bersama Ana yang memang janjian untuk makan bareng ternyata terlambat tiba di Mess Hall. Alhasil kami terlambat makan siang, tapi langkah kaki tidak berhenti. Kami pun berjalan bersama-sama menuju katala untuk beli p*pmie. Selanjutnya tak ada hal yang spesial yang perlu diceritakan lagi selain balik Camp, makan, dan baca literatur korosi). Saat makan malam (ber-9, karena Julia, Andry, Arno, Ica, dan Yefta sedang pulang ke rumah) cerita tentang kami yang dikejar monyet menjadi topik utama dan bahan tertawaan kami semua. Tak terkecuali kami yang menertawakan kekonyolan kami sendiri. Akhirnya, malam itu kami tutup dengan berjalan ke katala bersama, sekedar membeli air mineral dan makanan kecil hingga kembali ke camp masing-masing untuk tidur.
     Note hari ini simpel, sepertinya perlu adanya Safety Induction khusus untuk menghadapi atau sekedar upaya preventif dikejar monyet atau juga hewan lainnya. Bagaimana tidak, karena di sini kita hidup berdampingan dengan monyet, anjing hutan, kucing hutan, ular, biawak, babi hutan, dan hewan lainnya yang mungkin juga hidup sebelum manusia masuk kemari. Mau tak mau kita harus tahu bagaimana cara menghadapi mereka, menghindari serangan mereka tanpa mengganggu dan menyakiti mereka. Untuk itu di lingkungan ini harus tetap waspada terhadap apapun.

Hampir Seminggu, 6th Day (Off) is coming! (26/07)
     Nggak banyak yang kami lakukan hari ini, hanya sekedar baca-baca buku, lanjut barengan ke departemen IT untuk daftarin laptop, makan siang, ngobrol bercanda seperti biasa, dan berdiam di camp di siang harinya. Tapi ada satu aktivitas lain yang kami (aku dan Anam) lakukan hari ini. Kami berenang bareng Yefta dan Dhani. Swear kolam renang udah kaya punya bapak sendiri, private dan sepi banget. Yah gimana enggak, kebetulan ini masih suasana cuti lebaran, sepi deh akhirnya. Di sana selain renang, kami juga ngrencanain berangkat jalan-jalan ke pulau Kenawa (dekat pelabuhan Pototano). Pulangnya kami mampir ke commisary untuk beli cemilan pasca renang. Laper euy! Sepanjang perjalanan menuju Mess Hall candaannya beragam, ada yang lucu sampe garing, ada yang santai sampe horror. After supper, then what will we do? Balik ke camp, dan tidur sampe Senin (tentunya pasca sholat Isya’).
     Notenya hari ini, kalau nganggur dan kelebihan tenaga jangan diem di camp aja lah, fasilitas olahraga lengkap nih, yuk dimanfaatin! Karena jujur di kosan selama kuliah juga jarang olahraga teratur, jadi kapan lagi bisa membiasakan hidup sehat kalau nggak sebulan ini?

Friday, July 24, 2015

Kerja Praktik 4th Day

24/07/2015
Review Kerja Praktik Day 4
PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), plant Batu Hijau, Maluk, Sumbawa Barat
Oleh: R. F. Hary Hernandha (mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS angkatan 2012)

Baru nyampe 4th day (24/07) nih?
     Siklus dan pola hidup pagi kami (aku dan Anam) sudah sangat baik. Dengan urutan mandi (+po*p), makan, sholat, dan berangkat telah menjadi pola sempurna racikan kami untuk sebulan kedepan. Tepat pukul 06.00 kami telah ada di halte bus T2 2100, dan tak lama setelahnya bus BU 046 datang mengantar kami ke departemen Process. Setibanya di plant Concentrator 130, kami menunggu kantor pembimbing lapangan terbuka hingga pukul setengah 8 pagi. Setelah kami cek dua kali bolak balik, ternyata baru terbuka setengah delapan lebih. Kami pun masuk, mendapati Mr. Firdaus tidak ada di ruangannya. Akhirnya kami memutuskan untuk duduk di bilik yang memang disediakan khusus untuk kami selama sebulan ini. Bingung harus melakukan apa karena ini adalah hari pertama kami di dalam ruangan kantor CMP, maka kami memutuskan untuk membaca buku korosi NACE International The Corrosion Society (milik Mr. Firdaus yang didapatkannya dari pelatihan sertifikasi NACE). Perlu diketahui Mr. Firdaus adalah pemegang sertifikat NACE Basic Corrosion Training Level 2, Coating Inspection Level 2, dan Cathodic Protection Level 1. Wow!!!
     Hanya sebentar beliau masuk ke kantor, sekedar menyapa kami, lalu kembali lagi ke ruang meeting. Akhirnya kami melanjutkan membaca literatur lagi sampai jam makan siang. Adzan Dhuhur pun berkumandang, kami menuju masjid An Nur (Concentrator 130) untuk sholat Jumat. Pasca sholat Jumat, tak sengaja setelah memakai sepatu kami, ada seorang bapak yang tersenyum menyapa kami. Sembari menyelipkan rokok di antara bibirnya aku mencoba menyapa beliau dengan pertanyaan sopan seputar bagian pekerjaannya di perusahaan ini. Luar biasa, ternyata Mr. Abbas adalah seorang lelaki penuh pengalaman, terutama di PTNNT ini. Dua puluh tahun menekuni pekerjaan ini memuat beliau menjadi lelaki yang mampu memberikan banyak pencerahan pada kami tentang pekerjaan di sini. Hanya seputar pekerjaan teknis dan segala yang dibutuhkan untuk mendukungnya, itu saja, akan tetapi cukup untuk membuka mata kami bahwa dunia kerja (terutama mining) adalah dunia yang keras tapi “seksi”. Mr. Abbas adalah bagian dari divisi Safety di lingkungan departemen Process di area Concetrator 130, tak lupa aku meminta kontaknya. Karena kita tak pernah tahu hidup kita ke depan akan seperti apa, untuk itulah mencari celah jalur komunikasi dengan “orang dalam” adalah cara terbaik untuk menggali informasi. Dari Mr. Abbas kami mendapat wejangan tentang istri, tentang tipikal manusia di sekitar industri mining, budayanya, hingga info tentang PT. Vale yang membuka tambang baru di daerah Dompu (yang saat ini awalan proyeknya masih dipegang PT. Sumbawa Timur Mining). Hingga sore menjelang kami baru kembali ke dalam ruangan kantor. Pukul 16.15 WITA kami memutuskan untuk pulang dan mengunci pintu ruangan (masih ingat kan di share sebelumnya bahwa tiap Jumat Mr. Firdaus hanya masuk setengah hari?)
     Pasca sholat Ashar kami menuju halte dan terbawa oleh bus menuju Townsite, istirahat sebentar sambil memutar musik di laptop menjadi aktivitasku untuk sejenak membunuh kelelahan. Sesuai janji awal (via grup LINE) setalah sholat Maghrib kami berjalan menuju ke Cafe Basai Ate (artinya: hati yg berkumpul). Bersama dengan partner KP kali ini (Anam, Gea, Ana, Rifky, Gilang, Dhani) yang sarapnya ternyata ga ketulungan. Karena malam ini adalah Barbeque Night, di sana kami makan steak dan berbagai tetek bengek pelangkapnya (katanya sih mau nyoba suasana baru aja daripada cuma makan di Mess Hall). Di koridor smoking area kami ketawa ketiwi bercanda heboh bodor konyol bareng-bareng. Sampe sebelum kembali ke camp masing-masing, kami bertemu dengan mahasiswa ITB beserta gerombolan mahasiswa KP lain yang duluan berada di sini. Mereka akan pulang esok hari, ajang kenalan dan bersalaman deh akhirnya. Alhasil kami diajak foto-foto untuk farewell (kami juga gitu ntar pasti ya T_T), setelah itu langkah kaki membawa kami kembali ke camp masing-masing. Setibanya di camp aku teleponan dulu sama Tira, sampai agak larut dan akhirnya kami memutuskan untuk tidur.
     Note hari ini nggak banyak, hanya saja kita harus mampu memanfaatkan pengalaman orientasi hari sebelumnya utk menghadapi hari selanjutnya. Mencoba coba suasana baru dan pola hidup baru juga sangat penting. Selain itu, kembali aku ingatkan bahwa merekatkan kekeluargaan partner di sini SANGAT PENTING, berusahalah ramah kepada semua orang. Tapi meski begitu, semboyan “gokil never ends” juga penting untuk menghilangkan detensi yang ada di sepanjang jalur hidup di sini. Lalu ada satu lagi pesannya, ber-INISIATIF-lah!!! Seperti kami (aku dan Anam) yang berinisiatif untuk meminjam buku korosi milik Mr. Firdaus untuk belajar selama off Sabtu-Minggu ini.

Thursday, July 23, 2015

Kerja Praktik 3rd Day

23/07/2015
Review Kerja Praktik Day 3
PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), plant Batu Hijau, Maluk, Sumbawa Barat
Oleh: R. F. Hary Hernandha (mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS angkatan 2012)

Ok, lets continue to 3rd day (23/07)
     Ini hari kamis nih, saatnya pembagian plant dan penempatannya. Dan itu artinya kami semakin dekat dengan pekerjaan yang sesungguhnya, nggak cuma duduk di ruang pelatihan di departemen Training and Development. Sembari menunggu keberangkatan ke plant masing-masing, kami ber-20 berinteraksi, ngobrol ngalor ngidul di ruang makan. Inisiatif untuk meninggalkan jejak bersama-sama muncul. Berbekal Go P*o milik Yefta (STTS), kami mengabadikan momen kebersamaan hari terakhir kami di departemen Training and Development. Setelah hampir tiga jam kami di sana, tiba-tiba ada seruan bahwa yang akan menuju ke Electrical dan Processing Department harus menjalani pelatihan tambahan bernama “Lock Out Tag Out” (LOTO). Kami bertujuh (Aku, Anam, Yefta/STTS, Ica/Mesin ITS, Andry/IT APRIND, Fajar/Polban, dan Iqbal/Polban) terlambat masuk ke dalam ruangan karena memang pemberitahuannya mendadak sekali. Di sana kami bertemu dengan Mr. Ilyus dan Mr. Wayan yang telah melanglang buana di dunia per-LOTO-an. Pelatihannya simpel sebenarnya, hanya seputar gembok dan kunci pusat daya. Akan tetapi meski simpel jangan pernah anggap enteng, karena masalah LOTO dapat berujung maut (kalo ingin tahu lebih, nanti ketemu sharing aja ya). Setelah istirahat makan siang (termasuk sholat), kami bersiap untuk dikirim menuju departemen masing-masing. Saat itu kawan-kawan yang harus bertugas di departemen Mining (Gea/Unsri, Rifky/Trisakti, Gilang/Trisakti, dan Dhani/Unisba) telah lebih dahulu berangkat ke lokasi mereka, begitu juga yang bertugas di departemen Environment (Ana/UB). Yang tinggal di sana hanya 6 orang adik-adik SMK yang akan bertugas di MEWS, Julia (UB) yang bertugas di Townsite bagian Accounting, serta kami bertujuh yang ternyata dipisah lagi menjadi dua departemen. Fajar dan Iqbal harus turun lagi ke Benete untuk bertugas di Power Plant, dan kami berlima harus naik ke lokasi Concentrator 130 dan bertugas di departemen Process.
     Pukul 14.30 kami diantar menuju area Concentrator 130, diperkenalkan ke pembimbing dari Ica, Mr. Rindang (bagian Machine and Rebuilding), dan Ica didrop di kantor dari Mr. Rindang. Selanjutnya aku dan Anam diantar ke kantor di lantai dua, di samping section Planning Maintenance Process (PMP). Kami bertemu dan diperkenalkan pertama kali kepada Mr. Qadarullah Firdausi, yang tak lain adalah pembimbing lapangan kami di section Corrosion Maintenance Project (CMP). Setelah proses ijab dari departemen Training and Development dengan Mr. Firdaus, kami diajak berkeliling lingkungan PMP dan CMP dan berkenalan dengan karyawan yg ada di sana. Hingga waktu sholat Ashar tiba, kami (aku dan Anam) ditunjukkan jalan menuju masjid utama di departemen Process. Saat itulah kami melakukan sholat perdana di departemen Process.
     Setelah sholat, kami kembali ke ruangan Mr. Firdaus, berkenalan lebih lanjut dan berdiskusi tentang apa-apa saja yang dihadapi CMP section di PTNNT ini. Hingga akhirnya kami mencapai kesepakatan bahwa kami bekerja (masuk kantor) dengan formasi 5:2 (5 work day, dan 2 off day), yang artinya kami memiliki dua hari, Sabtu dan Minggu libur. Kami diberikan satu bilik untuk berdua di dekat meja Mr. Firdaus. Bilik kami bersebelahan dengan bilik Mr. Dedi (yang juga bagian dari CMP, akan tetapi masih dalam masa cuti lebaran), dan masih satu ruangan dengan Mr. Firdaus. Kami juga mendapat mandat untuk mengunci pintu ruangan ketika pulang (di hari Jumat) karena Mr. Firdaus hanya bekerja setengah hari (hingga sebelum sholat Jumat). Pas banget, obrolan berakhir pada pukul 16.20 WITA, akhirnya kami dipersilakan menuju halte bus departemen Process. Bersama dengan banyak pegawai lain, kami berlima (aku, Anam, Yefta, Ica, Andry) menunggu bus di sana, dan kami menumpang bus dengan nomor BU 067 dengan tujuan akhir Townsite.
     Malam harinya seperti hari sebelumnya, kami berempat belas makan di Mess Hall (kebetulan) bersama. Berlanjut dengan obrolan mengenai topik departemen masing-masing, dan bercanda ngalor ngidul. Sebelum kembali ke camp masing-masing kami berjalan-jalan (akhirnya aku dan Anam berpetualang tak hanya berdua). Meski hanya ke katala, cukup lah untuk menurunkan makanan yang sedang diolah di lambung menuju usus besar. Sekembalinya ke camp, hari ini giliranku mencuci baju. Tepat pukul 10.30 WITA aku selesai menjemur beberapa helai baju. Setelahnya? Tidurrrr...
Lalu apa lagi tipsnya hari ini? Hmm, okelah aku tambahkan :)
     Pesannya adalah: “Teruslah berjuang dan beradaptasi dengan berbagai macam eksperimen urutan pola hidup dari mulai waktu bangun, waktu mandi, urutan po*p dan mandi, juga urutan antara makan atau sholat shubuh di sini. Karena tanpa menemukan pola yang tepat, aktivitas pagi pra kerja akan terasa sangat berat.”

Wednesday, July 22, 2015

Kerja Praktik 2nd day

22/07/2015
Review Kerja Praktik Day 2
PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), plant Batu Hijau, Maluk, Sumbawa Barat
Oleh: R. F. Hary Hernandha (mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS angkatan 2012)

PROLOG (for this first note)
     Kemarin introductionnya udah kan ya? Yang di posting tentang KP 1st day itu baru sebagian kecil yang ingin aku share. Selebihnya? Yuk stay read aja di sini. Oke, karena terlalu banyak hal yang perlu ada dan tertulis aku sengaja merangkum semuanya dari hari kedua hingga Sabtu (25/07) hari ini. Perlu dipisah per harinya nggak sih? Mending iya aja ya, biar lebih enak bacanya, ngalir aja sampe nggak terasa.

Next, (22/07) 2nd day’s coming.
     Di hari kedua ini adalah hari di mana pelatihan induksi untuk pegawai baru dilakukan. Masih sama dengan hari sebelumnya, kami (aku dan Anam) menuju ke gedung departemen Training and Development. Hari ini kami berhasil berangkat lebih pagi dari kemarin, meski masih saja menjadi orang yang memastikan kawan-kawan kami yang lain telah ada di lokasi. Hari ini kami berkumpul dulu di tempat makan siang departemen ini, menunggu pemateri yang akan mengisi pelatihan paling dasar yang harus kami terima pagi itu. Hingga setengah delapan kami masih saling interaksi dan mengobrol canggung. Sampai Mr. Alwi memanggil kami untuk masuk ke dalam ruang delapan.
     Ada enam belas submateri dari Orientasi, Keselamatan, Kesehatan, Lingkungan, dan Tanggung Jawab Sosial bagi Karyawan. Dengan perjanjian di awal untuk Coffee break pada pukul 10.00 WITA dan istirahat makan siang pada pukul 12.00 WITA, kami memulai pelatihan dengan pretest. Sesuai rencana, materi berlangsung datar hingga coffee break usai dan makan siang selesai. Di sinilah keakraban bermula, empat belas orang mahasiswa yang secara sukarela digabungkan dalam angkatan KP Juli-Agustus 2015 ini mulai menampakkan aslinya masing masing di jam sholat Dhuhur. Selepas istirahat, pukul 13.00 materi induksi dilanjutkan lagi dan diakhiri dengan postest. Yah semacam pelatihan seperti biasanya, hari itu terasa lambat di dalam kelas.
     Pukul 14.00 WITA materi bergeser pada SOS International yang ada di PTNNT. Dengan pemateri cantik (mbak Titin) yang mengisi tentang penyakit Malaria, Tuberculosis, Penyakit Menular Seksual, HIV/AIDS, kelelahan, hingga berbagai macam tips untuk menjaga kondisi badan terutama untuk bertahan di dalam lingkungan tambang. Oh iya, sebelum materi kami juga tak lupa mengisi kuisioner SOS dan melakukan tes kesehatan (ambil darah) sesuai prosedur tinggal di lingkungan PTNNT lebih dari 3 hari.
     Hingga pulang ke Townsite, kami ber-20 (dengan adik-adik SMK juga) berada dalam satu bus. Dan petualangan malamku dan partner in crime (Anam) dimulai. Kami kembali berjalan-jalan lagi mencari tempat-tempat yang kiranya kami butuhkan selama disini.
     Hari ke dua ini lancar, tanpa ada halangan apapun. Dan lagi banyak tips yang bisa aku share untuk hari kedua ini. Tips ini aku share hanya untuk memberikan wawasan tentang budaya kerja dan kehidupan di sini. Ingin tahu apa aja tipsnya? Nih...
1. Akrab dengan partner KP lain adalah hal wajib, karena selama kita di sini merekalah keluarga terdekat kita. Dan syukur-syukur kalau bisa nyambung silaturrahmi sampai pascanya. Untuk itulah hari ini aku berhasil mengumpulkan mayoritas kontak LINE dan menyatukannya ke dalam grup untuk mempermudah koordinasi dan komunikasi. Hingga malam hari memang belum ramai sih, akan tetapi aku punya firasat bahwa setelah kita saling berpisah di plant masing-masing lah grup ini akan berguna.
2. Jangan lupa minta kontak partner KP lain, kenapa? Udah dijawab di poin satu kan.
3. Sebagai orang baru jangan pernah malu bertanya dengan siapapun yang ditemui, dan tentang apapun yang kita belum familiar. Karena sesuai pepatah bahwa “malu bertanya sesat di jalan” adalah 100% benar di lingkungan ini. Ingat, di sini kita ada di atas gunung di dalam hutan! Meski bentuknya perkotaan buatan.
4. Nah, ini ada yang penting lagi nih. Sosialisasi jangan pernah lupa, menyapa setiap orang yang ditemui adalah sunnah muakad di sini yang ketika kita lakukan akan menunjukkan seberapa cepat kita mampu beradaptasi untuk mengenal lingkungan. Bapak-bapak di sini banyak yang wajahnya garang sih, tapi tenang aja, baik-baik dan ramah banget kok. Jangan pernah lepaskan senyum di raut wajah, karena ini juga merupakan pencair suasana bagi sebagian orang baru untuk bisa diterima di lingkungan ini, ramahlah jika ingin ditanggapi dengan ramah juga.
     Lalu yang terakhir, jangan pernah lupa untuk bilang TERIMA KASIH saat kita mendapatkan pertolongan dari siapapun dan berupa apapun. Termasuk setiap turun dari bus. Ingat tentang attitude kan? Pernah dikader kan? Setidaknya jangan cuma dibuktiin buat sok-sokan ngajarin maba atau sama alumni sealmamater aja, tapi di mana saja. Karena di PTNNT ini juga kalau dilihat setiap pegawai menerapkannya seperti itu, salut deh sama mereka. Kurang puas dengan hari kedua?

Tuesday, July 21, 2015

Kerja Praktik 1st Day

21/07/2015
Review Kerja Praktik Day 1
PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), plant Batu Hijau, Maluk, Sumbawa Barat
Oleh: R. F. Hary Hernandha (mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS angkatan 2012)

     Ceritanya hari ini sih cuma introduction aja, jam 11 siang (WITA) ngetem di gate PTNNT yang ada di teluk Benete, foto untuk badge yang akan dipakai selama sebulan dengan mukaku yang uncontrolled (kalo kata Tira sih gitu) seperti biasa. Kenalan sama 18 punggawa peserta lain (include 6 anak SMK Taliwang, 12 orang mahasiswa berbagai universitas, exlude Anam).
     Abis gitu naiiiiiiiiiik (ga tahu berapa kilo), sekitar 35 menit dengan kemiringan beberapa derajat, yang sukses menumbangkan travel bag beberapa peserta. Akan tetapi kewajiban (SOP) untuk selalu mengencangkan seat "safety" belt membuat kami tak bergeming dari tempat duduk.
     Setelah tiba di Training and Development site Concentrator kami bertemu dengan dua orang yang selalu setia membimbing kami pra-KP via telepon, Mr. Alwi dan Mrs. Devi :) Mereka memberi beberapa berkas dalam map dan pengarahan awal pada kami hingga pukul 17.00 WITA.

So, whats next?

     Kami diberi kesempatan istirahat dan berbenah di Townsite, dan lalu makan di Mess Hall (buka pagi 05.00-06.30 WITA, malam 17.00-20.00 WITA). Oke, selain itu ingin tahu gambaran bangunan Townsitenya (penginapan kami)? Bagi anak ITS Surabaya terutama anak FTI pasti paham sama bangunan mirip kontainer punya Teknik Elektro. Nah seperti itulah bentuknya, hanya saja berupa panggung (untuk menghindari hewan melata khas hutan). Di dalamnya berupa kamar dengan dua tempat tidur, satu lemari untuk dua orang, satu meja sudut, satu unit AC, dan satu kamar mandi dalam untuk dua kamar (bayangin sendiri lah ya). Di dalamnya hanya satu yg berbeda dari biasanya, colokan listrik. Di sini standar keseluruhan perusahaan menggunakan colokan listrik kaki tiga (dengan kutub positif, negatif, dan ground logam), jika tidak membawa siap-siap saja tak bisa menikmati fasilitas listrik di sini. Jendela townsite didesain tertutup rapat (menghindari masuknya monyet) dengan dilengkapi gorden kain. Dan selama di townsite kami disarankan selalu menutup pintu rapat-rapat (sekali lagi, monyet).
     Di sini banyak fasilitas, mulai olahraga bola, bulu, hingga air semua ada. Ada sekolah, ada klinik, masjid, hingga minimarket. Cuma jika membutuhkan semua itu, hanya ada dua hal yang harus disiapkan:
1. Fisik yang prima
Karena harus berjalan berkilo kilo meter untuk mencapainya. Seperti pengalamanku dan Anam malam ini yang berhasil eksplorasi Townsite T3 dari A, B, C, D, E, dan H, klinik, beberapa lapangan olahraga, minimarket, Mess Hall (ruang makan besar Concentrator yang mana tempat berkumpulnya pekerja hingga petinggi di sini untuk melepas penat dan menghentikan genderang perut yang lapar), masjid, hingga halte keberangkatan bis (yang akan kami gunakan sehari-hari hingga 30 hari ke depan). Dan mungkin sekitar 6km atau bahkan lebih sesuai estimasi perhitungan kami.
2. Duit lebih
Karena harga barang dan kebutuhan di atas sini menjadi 2 atau 3 kali lipat dari biasanya (terutama jika dibandingkan dengan di Jawa).

     Yah, mungkin share untuk pengalaman hari ini cukup sekian. Sejujurnya posting ini sedikit memberikan gambaran bagi adek-adek atau teman-teman yang nantinya (mungkin) akan berada di sini juga suatu saat nanti.
Oke, nantikan kelanjutan share pengalamannya ya :)

     Selamat malam...

Saturday, April 25, 2015

Aku dan Negeri Bertuah

Pecah...
Sudah lama aku menantinya
Cerita ini terulang dengan indahnya
Aku iri pada mereka yang selalu ada bagi bangsa
Pencarian jati diri ini dimulai ketika negeri berada di dalam cengkeraman

Enyah...
Penjajah tak ada lagi kini
Hanya tinggal puing puing lara yang abadi
Tapi sekali lagi aku merasa sakit hati
Pada mereka yang mampu berjuang memberi arti

Lumrah...
Pantas saja kami diincar
Karena aku juga baru sadar
Ternyata bangsa ini berpotensi besar
Tak hanya bisa gusar dan mencecar tapi berani membongkar

Cerah...
Masa kelam telah punah
Rasa iri ini telah hilang musnah
Tak hanya mampu gegabah dan menyergah
Aku telah sepenuhnya menjejak tanah

Berkah...
Pahamilah bahwa ini bukan sekedar pemberian
Ini sebuah perjuangan panjang yang melelahkan
Bukan hadiah ataupun kado kekalahan
Inilah jawaban dari pemikiran panjang tentang kemerdekaan

Merah...
Warna keberanian yang tak padam
Selalu berkibar tanpa bergumam
Ada di pucuk tertinggi tiang andang-andang
Bersanding dengan putih sang suci dalam renungan

Patah...
Berulang kali keberanian ini memudar
Bagai singa tanpa cakar
Andai para pejuang masih ada untuk bersandar
Ah bodoh! Sekarang akulah yang berpendar

Indah...
Bukan tentang apa yang telah terjadi
Janji ini telah terpatri dalam hati
Tak hanya menjadi seonggok babi tak bernyali
Karena ini Indonesia, dan aku tak bangsai

Rekah...
Bersiap untuk berkiprah
Bukan hanya menggubah atau juga berkilah
Karena rahasia akan segera terdedah
Tentang istimewanya negeri ini MashaAllah

Saturday, April 18, 2015

Titipan Cinta untuk HMMT (edisi PMO 2015)

PROLOG
     Selalu seperti ini, baperan! Iya, baper (bawa perasaan), setiap apa-apa yang mau mencapai ujung selalu dibawa baper. Gimana enggak? Setahun lalu moment ini juga yang menggalaukan, pasca LKMM TM XIII FTI-ITS, aku mutusin ikut PMO HMMT gara-gara berniat “melanjutkan estafet kepengurusan HMMT”. Yah meski urung, setidaknya tetep aja kebawa aja bapernya (lagi).

    Kini giliran kami, para pengurus inti HMMT FTI-ITS, kabinet Totalitas 2014/2015 yang digawangi Ucup (Yusuf Sultoni) sebagai kahima terpilih, untuk menjadi SC (Steering Commitee) dan panitia inti dari pelatihan dan pembekalan formal terakhir bagi adik-adik MT15. Mereka yang saat ini menjadi staf tak ubahnya seperti kami tahun lalu, banyak yang harus dipelajari dan didapatkan, digali, dan dikantongi, terutama tentang organisasi, dan lebih spesifik lagi tentang HMMT. Tahun ini kami membaca peluang ke”baper”an di diri mereka (staf MT15). Dari hasil analisis ARM (Analisis Raw Material) staf dan dirapatkan berkali-kali, dengan mengadopsi beberapa materi LKMM TM ITS dan beberapa materi PW (Pengembangan Wawasan) yang kami fokuskan pada ke-HMMT-an, akhirnya kami memutuskan sebuah tema unik, CINTA: Ekspresi Totalitasku untuk HMMT. Seolah lempeng ya temanya? Nggak juga kok, di PMO kali ini kami memilih sepenuhnya pendekatan perasaan ke peserta. Dari mulai dasaran kami yang secara sepenuh hati dan totalitas memberikan yang terbaik bagi peserta sejak proses pengumpulan berkas hingga pelatihan, kami juga menghadirkan sebuah sesi khusus tanpa nama. Sebenernya sih judulnya “kontemplasi” tapi berujung pada rencana B yang kami (SC) buat, yaitu sesi Curhat. Apa saja isinya cukup antara kami saja yang tahu, yang pasti sesi itu berakhir hingga larut malam (dini hari).
     Sekilas sih tak ada yang spesial tentang itu semua, hanya sebuah pelatihan yang kami konsep, lalu kami berikan pada adik-adik kami. Cukup!
   Ya memang hanya itu tujuannya. Akan tetapi (aku bilang) efek sampingnya adalah, kami memberikan sebuah penanaman lebih kepada calon pemegang estafet HMMT ke depan untuk lebih mengerti tentang HMMT. Itulah yang menjawab mengapa kami harus repot-repot menghadirkan mas Muhammad Atha Illah sebagai pemateri. Secara pribadi aku bangga, staf-stafku yang notabene adalah para manusia “tidak suka” pelatihan mau mengikuti PMO ini. Dan dari sana timbul harapan besar pada mereka, juga kegundahan hati mereka sendiri, tentang jabatan, amanah, dan posisi strategis di HMMT. Aku membiarkannya demikian, karena memang rasa itu haruslah ada, demi keberlangsungan HMMT menuju generasi selanjutnya, dan untuk perputaran roda organisasi kebanggaan kami ini.
     Mungkin tak banyak yang bisa kami berikan, tapi setidaknay inilah curahat cinta kami kepada HMMT, juga kepada kalian para staf MT15. Semoga kita semua lancar dalam menjalani akhir kepengurusan ini. Semangaaaat!!!

EPILOG
     Mau tak mau kondisi ini akan selalu ada, kondisi di mana seorang kakak memberikan pembekalan formal terakhir pada adik-adiknya. Tapi ketahuilah, bahwa pembekalan formal bukan menjadi akhir dari komunikasi dan pembelajaran yang akan kami berikan kepada kalian, adik-adik staf HMMT FTI-ITS 2014/2015.

Tuesday, March 10, 2015

I Called LD as "Loving Desire" (Part 3)

     Masih hari Jumat, kami mendapatkan briefing mengenai aturan dan tata cara untuk Debate Competition. Kami di bagi lagi menjadi dua kelompok besar, Hayam Wuruk dan Raden Wijaya, dua nama raja Majapahit yang terkenal. Malam itu kami untuk pertama kalinya duduk berhadapan dalam dua kelompok besar. Kami harus mempertahankan argumen juga menyanggah statement dari tim lawan dengan metode debat Parlemen Australia. Dalam metode ini ada tiga orang sebagai speaker yang mewakili tim. Orang pertama sebagai Prime Minister (PM), orang kedua sebagai Deputy (D), dan orang ketiga sebagai Whip (W), lalu anggota tim yag lain sebagai Audience (A). Ada pembagian porsi bicara di sini, PM selama 4 menit, D selama 4 Menit, W selama 2,5 menit, lalu ada Reply Speech lagi dari PM selama 2 menit, juga ada tambahan argumentasi dari A selama 2,5 menit terakumulasi. Mungkin reader agak bingung dengan sistemnya, jika iya, sesuai dengan kata James Gwee, “Silakan bertanya pada yang bisa ditanya!”
     Malam itu kami mengadakan simulasi dengan topik “Anak SD tidak Harus Diberi PR”. Dan kebetulan karena Raden Wijaya mendapatkan porsi sebagai tim Pro, maka PM Raden Wijaya terlebih dahulu harus memaparkan definisi dan batasan tentang topik ini. Simulasi malam itu berlangsung lumayan seru, meski banyak dari kami yang masih canggung dan bingung dengan sistem itu. Selanjutnya kami dibagikan sebuah topik yang harus kami persiapkan untuk esok hari, yaitu “Penempatan TKI di Luar Negeri Harus Dihentikan secara Total dan Permanen”. Tanpa membuang waktu, tim Raden Wijaya (di mana aku tergabung di dalamnya) membagi diri menjadi dua kubu besar, yaitu bagian konseptor materi debat baik Pro maupun Kontra dan bagian pembuatan yel-yel dengan durasi maksimal dua menit. Malam ini kami begadang sekali lagi, baik dari bagian konseptor materi maupun yel-yel bekerja keras untuk mempersiapkan tim kami sebaik mungkin. Pukul 00.00 kami berkumpul di ruang 065 untuk berlatih yel-yel dan gerakannya. Berlanjut pada pemaparan hasil diskusi para konseptor, ada tanya jawab hidup di sana, hingga akhirnya ditentukan bahwa PM untuk esok adalah Wira (Bandung), Wara sebagai Deputy, dan Armando sebagai Whip, sedangkan aku, Aldo, Gifari, Shendy, dan Yona mempersiapkan diri dengan data-data yang akan kami tambahkan sebagai speaker yang mewakili Audience. Setengah satu dini hari, kami kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
   Hari terakhir (07/03) Leadership Development beswan Djarum 2014/2015 menjadi hari dilaksanakannya Debate Competition. Dengan Hayam Wuruk yang membawa warna merah dan Raden Wijaya warna hijau, kami duduk bersisian di Balai Adhika, hotel Majapahit, Surabaya. Adu yel-yel tak terhindarkan, ada persaingan yang terasa di sana (maaf, ini agak mengarah ke hiperbola). Tiba saat penentuan tim mana yang Pro dan tim mana yang Kontra.
     “Raden Wijaya akan beruntung jika ada di pihak Kontra,” batinku.
    Dan sepertinya doaku terkabul untuk tim ini, kami berada di pihak Kontra. Berbekal data yang telah kami himpun dari mulai jumlah pengangguran Indonesia, jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia, pemaparan aturan perundang-undangan, hingga semua data yang menyangkut pemasukan devisa negara, juga segala hal tentang BNP2TKI, kami menghabiskan 15 menit kami menghadapi Hayam Wuruk. Kedua tim sama kuat, argumen satu dengan yang lain saling mematahkan dengan didukung data logis. Tapi kompetisi tetaplah kompetisi, harus ada yang menang juga kalah. Beruntung, kemenangan berdasarkan penilaian dewan juri berpihak pada Raden Wijaya.
     Inilah menariknya, mengapa kusematkan judul “I Called LD as Loving Desire” pada tulisanku kali ini. Ada hal lain yang berbeda di forum besar batch 5 ini (aku tak tahu batch lain seperti apa, yang pasti ini yang terjadi di batch 5), meski ada yang kalah dan ada yang menang, tak serta merta membuat kami kecewa serius dan lalu bersikap berbeda pada tim lawan. Entah ini efek predikat “Pejuang Keberagaman” yang telah tersemat pada beswan Djarum angkatan 30 sejak Nation Building tahun lalu, atau memang pada dasarnya beginilah tipikal calon pemimpin masa depan. Aku mungkin memaknai terlalu dalam (atau ada juga yang bilang lebay), tapi kutemukan cinta di sini. Loving Desire as a partner, sebagai teman seperjuangan, beswan Djarum 2014/2015.
     Nation Building, Character Building, hingga Leadership Development memang telah berakhir. Ada banyak cerita, baik yang sempat terlontar, tertulis, terucap, apapun itu, semuanya menarik. Ada yang menemukan sahabat baru, keluarga baru, atau mungkin juga cinta. Satu tahun pertemuan kita, 516 manusia yang melalui berbagai macam seleksi untuk menjadi beswan Djarum angkatan 30, sangat amat berharga dan berarti. Masih ingat dengan begitu susahnya move on pasca Nation Building? Hampir di setiap media sosial anak beswan mengungkapkan gagal move on, hampi semua merasakan hal yang serupa. Lalu ingat dengan hebohnya goyangan pak Fernando di Character Building? Ya, hampir setiap beswan Djarum angkatan ini juga merasakannya.
    Kini kita sudah tiba di penghujung pelatihan dari Djarum Foundation berskala komunal se-Indonesia, Leadership Development. Lalu akankah kita juga gagal move on dengan LD? Jangan kawan, kita tak perlu merasakannya, karena itu memang telah berlalu. Mungkin setelah ini hanya tinggal pertemuan beswan se-distrik saja untuk melakukan Community Empowerment, kita semakin tenggelam dengan urusan tahun keempat di kampus, dan mungkin juga ada yang sudah mempersiapkan jenjang wisudanya di semester depan. Setahun ini lama jika tanpa makna, tapi menurutku setahun ini singkat, karena menjadi beswan bersama kalian bukanlah hal biasa. Persenyawaan hati dan pertautan rasa kita telah terpatri (ini asli dari hati). Meski belum sempat kita mengenal satu sama lain secara personal ke-516 orang di angkatan ini, tapi aku harap pertemuan singkat kita di tiap batch, interaksi kita di grup Line, Facebook, Twitter, dan sejenisnya akan membawa kita pada silaturrahmi yang abadi. Ingat mimpi dan visi pribadi kita masing-masing, kita akan menggapainya. Dalam kurun waktu 20 tahun dari sekarang, aku ingin kita bertemu lagi pada posisi yang berbeda, dengan mimpi yang telah tergenggam dan cerita lain tentang hidup kita masing-masing. Sampai jumpa lagi sahabat, sampai jumpa lagi keluarga, karena di tiap pertemuan selalu ada perpisahan. Biarkan perpisahan ini hanya di mata, tapi jangan biarkan hati kita berpisah.
Ini tentang aku, kamu, dan kita semua...

EPILOG
Loving Desire is about us!!!
Sampai jumpa lagi keluarga, kawan-kawan terbaik, sahabat, beswan Djarum angkatan 30, tahun 2014/2015. Kita akan bertemu lagi dalam cerita yang lain, di kesuksesan yang lain...

I Called LD as "Loving Desire" (Part 2)

     Hari ke dua dimulai pukul 06.00 WIB dengan sarapan pagi. Tak banyak yang dilakukan di setiap sesi ini selain mencicipi menu-menu yang disediakan dan mengobrol dengan peserta lainnya. Tapi jangan salah, mengobrol di sesi inilah yang selalu bisa membawa kelanjutan obrolan selanjutnya. Sesi mas Abe berlanjut lagi pukul setengah delapan, masih bertempat di Balai Adhika, kita melanjutkan dengan Self Regulation, Social Awareness, dan Social Skill (setelah Self Awareness yang telah diberikan semalam). Tak perlu lagi terlalu detil menjelaska apa materinya, yang pasti ini menarik!
     Setelah coffee break materi berlanjut ke sesi visualisasi visi, mbak Vivi Adeliana (yang kebetulan aku sudah bertemu sebelumnya di CB batch empat lalu) berhasil membawakannya dengan “sesuatu”. Meski jujur, teori yag disampaikan dalam penyusunan visi di sini sangat berbeda dengan apa yang pernah aku terima di LKMM TM Fakultas, tapi tak masalah, toh ilmu itu dinamis kan? Sesi ini ditutup dengan menggambar visualisasi visi masing-masing. Dan beruntungnya aku diberi kesempatan untuk mendeklarasikannya di depan kawan-kawan batch 5. Maju dan berbicara di depan banyak orang sudah biasa dilakukan, tapi ini lain, berbicara tentang visi pribadi di masa depan, di hadapan manusia-manusia pilihan. Mungkin inilah kali kedua (setelah masa kampanye angkatan, sebelum pemilihan ketua himpunan yang urung kulanjutkan) aku membicarakan lagi tentang visi di depan banyak orang. Whatever lah ya, menurutku sesi ini yang paling menegangkan, karena tak hanya menyangkut masa sekarang, ada pesan moral, dan bahkan mungkin gengsi yang harus dipertanggung jawabkan dari sini.
     Setelah sesi mbak Vivi, ada mbak Margareta Astaman yang membolak balikkan nalar kita tentang tulis menulis. Kenapa kubilang membolak-balik?
     “Kok kita jadi bingung gini sih? Ini bikin memo tentang memo?” satu kalimat tanya yang terlontar dari salah satu peserta yang kebetulan dipersatukan di tim Padjajaran (ini timku, tim luar biasa dengan pemikiran unik masing-masing).
     Lalu, mbak Rosianna Silalahi mengambil tongkat estafet pemateri selanjutnya, Speak as a Leader. Bagaimana kita berbicara, apa pengaruhnya terhadap perhatian orang lain, pentingnya retorika, juga tips mempersiapkan materi presentasi pun kami telan bulat-bulat di sini sebelum kami mendapatkan Project untuk dikerjakan malam ini, dan dipaparkan esok hari.
     Malam masih panjang, di kamar 065 (yang tak lain adalah kamar Yona), kami semua berkumpul untuk brainstorming ide.
     “Mangroove sepertinya menarik. Ada banyak data yang bisa kita dapatkan.”
     “Tapi entah mengapa aku lebih tertarik membahas tentang pengembangan potensi laut Indonesia.”
     “Bagaimana jika membahas tentang Orang utan?”
     “Aku ada ide tentang penurunan permukaan tanah yang terjadi di Jakarta, sepertinya menarik.”
     “Boleh aku sarankan tentang sampah? Isu internasional tentang pulau Bali.”
    “Eh ya, aku kepikiran tentang pengembalian minat orang Indonesia untuk lebih menghargai budaya dan sejarah melalui pemanfaatan museum, aku rasa ini penting!” 
     “Aku ingin memberikan pertimbangan ide tentang anjloknya nilai tukar rupiah.”
     “Hmm, tunggu! Sepertinya topik ekonomi terlalu berat untuk dibahas oleh orang non ekonomi.”
   “Nah, apapun idenya yang pasti kita harus ada data valid, lengkap, mudah dimengerti oleh semuanya, dan harus bisa kita himpun dalam waktu singkat.”
    Bisa dibayangkan bagaimana kondisi kami saat itu? Ya, banyak ide di sana, itulah seninya brainstorming yang sampai sekarang meski sering aku lakukan, selalu kuanggap menakjubkan. Hal itu menakjubkan karena harus ada “persenyawaan hati” dengan partner satu tim dalam prosesnya (ini lebay nggak sih?). “Bali tak Kenal Sampah Liar 2019” menjadi topik kami untuk Project. Tiga puluh menit sebelum deadline pengumpulan, file powerpoint telah kami serahkan pada LO. Lalu apa? Practice makes perfect, itulah quote yang secara tak sadar kami kutip malam itu. Beberapa kali kami mencoba untuk berbicara dan memaparkan tentang visi kami, tentunya dengan gaya bicara dan bagian topik masing-masing. Tantangannya di sini cukup unik, aku, Putu, Yona, Shendy, Pamella, Anita, Wilson, dan Daniel harus berperan sebagai satu orang, menjadi seorang Menteri. Dan yang ada di hadapan kami nantinya adalah Gubernur beserta jajarannya. Tepat pukul 01.30 dini hari kami keluar dari kamar 065 dan bergegas menuju kamar masing-masing untuk tidur.

     Jumat (06/03), sesi presentasi dimulai dari pukul setengah delapan pagi hingga pukul dua belas siang. Menang bukan jawaban kami kali ini, Padjajaran belum mampu menandingi tim Samudera Pasai untuk menjadi tim terbaik di Project ini. Itu tak masalah bagi kami, sama sekali bukan masalah besar, karena...
    “Toh, sudah sesuai ekspektasi kita kok, kita sudah melakukan yang terbaik!” kata salah satu dari kami.
    Dan untuk Best Presenter dianugerahkan kepada Irfan. Aku sedikit iri padanya, karena pengalaman berbicaranya di depan umum dilakukan di depan presenter berpengalaman sekelas mbak Rosianna Silalahi, pasti perlu motivasi yang sangat besar untuk melakukannya. Berbeda dengan sebagian besar dari kami yang sudah pernah mengawali berbicara di depan banyak orang sebelumnya, dan itulah yang membuat Irfan istimewa kali ini, dengan pengalaman pertamanya.
     Setelah sholat Jumat dan makan siang, materi yang luar biasa dari pemateri berkelas Internasional telah menanti. James Gwee berhasil menyihir kami dengan pembahasan yang cukup berat, namun mampu dijelaskan dengan sangat santai dan menarik. Tak kurang dari tiga jam kami bertahan di ruangan itu tanpa rasa bosan. Entah ilmu pelet seperti apa yang membuat kami bisa bertahan, hanya James Gwee yang tahu. Ditandai dengan sesi foto bersama James Gwee, maka keseluruhan materi dari Leadership Development harusnya telah tuntas kami terima. Tapi tunggu dulu, ada satu lagi yang akan kami lakukan esok hari, apa itu?

to be continued...

Monday, March 9, 2015

I Called LD as "Loving Desire" (Part 1)

PROLOG
Character Building telah berlalu dua bulan lalu. Pending sejenak dari kegiatan pelatihan beswan Djarum, membuatku kembali ke rutinitas kampus yang menyita hampir 80% waktu hidupku. Apalagi ini semester enam, banyak tantangan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Sampai pada hari Jumat aku mendapat kabar...

     “Hahaha, selamat lho ya batch 5, kalian dapat Surabaya!” ujar salah satu kawan Brotherhood.
  “Oh ya? Hmm...” bingung harus berkata apa lagi, karena jujur aku berharap Leadership Development mendapatkan kesempatan untuk bertolak ke Yogjakarta, atau Jakarta.
     Tapi apa mau dikata, toh ini juga pilihanku sendiri. Hari Rabu (04/03), hari terpadat sepanjang pekan, menurutku. Bagaimana tidak, dari mulai pukul 07.30 aku dan kawan-kawan grader laboratorium Metalurgi harus standby menunggu praktikan. Sembari memberikan pengarahan dan mengecek pekerjaan cutting serta grinding spesimen baja dan aluminium, pikiranku ke mana-mana. Packing memang telah dilakukan, tapi entah mengapa pikiranku terpusat pada kuis yang akan diadakan sebentar lagi. Pukul 10 pagi, singkat cerita kuis berjalan lancar, karena meski hanya belajar sedikit dari materi minggu lalu, daya ingatku tentang rumus dan definisi mata kuliah Fenomena Transport II masih melekat 85% di otak.
       Kulihat jam di smartphone, “Ya, sekarang sudah pukul 12 siang,” batinku.
      Aku kembali ke sarang praktikum, sambil memberikan petunjuk penggunaan mikroskop elektron untuk melihat struktur mikro logam pada kawan grader yang lain sebelum mereka mendampingi praktikan, smartphone kembali membuyarkan konsentrasi, telepon masuk.
     “Aku sudah di depan kosmu!” ujar salah satu kawan Brotherhood.
     “Ya, aku pulang sekarang, tunggu ya,” kataku
     Mau tak mau kutinggalkan laboratorium, dan berpamitan dengan grader lain untuk sejenak tak menampakkan diri di jurusan hingga beberapa hari kedepan. Taksi telah menunggu di depan kos dengan Wira berdiri di depan pagar (kesannya di sini Wira lah sopir taksinya, padahal bukan, ini taksi sungguhan). Segera kubuka pintu kosan dan memasukkan motor ke dalam garasi. Melompat ke dalam taksi (ini lebay) bersama Wira yang duduk di samping kananku. Tak perlu detil menceritakan perjalanan kami, karena memang hanya berdurasi 45 menit dari kampus menuju hotel Majapahit. Intinya selain aku dan Wira, ada lagi Anggi dan Linda yang berangkat bersama kami.
       Pukul 13.05 WIB kami tiba di lobby hotel Majapahit, Surabaya. Sedikit flashback bahwa hotel ini adalah hotel yang berusia tiga “generasi”. Mengapa kusebut tiga generasi? Karena hotel Orange (saat masa penjajahan Belanda), atau yang juga disebut hotel Yamato (saat masa penjajahan Jepang), hingga saat ini yang berganti nama menjadi Majapahit, adalah hotel bersejarah yang ada di Surabaya. Pernah mendengar tentang peristiwa penyobekan bendera oleh arek-arek Suroboyo pada tanggal 27 Oktober 1945? Ya, peristiwa itu terjadi di atas hotel ini, hotel yang akan kami tempati acara Leadership Development beswan Djarum 2014/2015 batch 5.
       Siang itu kami segera check in dan menuju kamar masing-masing untuk sejenak beristirahat dari perjalanan “jauh” (asli ini lebay). Tak usah diceritakan tentang aktivitas kami setelahnya (kami berenang, berendam, dan menghabiskan waktu santai itu di sekitar area gym and pool, dan ini keceplosan). Pukul 18.00 WIB kami memulai makan malam bersama. Setelahnya, kami memulai materi tentang kepribadian, dari mas Abe, Abraham Delta Oktaviari (jujur, ini nama lengkapnya aku nyontek aja dari akun twitter @BeswanDjarum, karena memang lupa). Materi kepribadian ini dipending ketika malam telah larut. Para peserta beristirahat untuk mempersiapkan kelanjutan aktivitas esok hari. Ingin tahu apa aktivitas di hari selanjutnya?

to be continued...

Pendewasaan Tak Pernah Semudah Berkata Cinta

"Kamu berubah, bukan lagi kamu yang dulu."
"Ada banyak hal yang berubah memang."
"Nggak, kamu beda. Dan aku nggak mau kamu gitu."
"Kalau aku harus selalu nurutin kamu, kapan aku dewasa?"
"Kamu boleh dewasa, tapi nggak seperti ini caranya."
"Lalu?"
"Aku masih ingin lihat kamu yang mengharap sesuatu dengan menggebu."
"Aku selalu seperti itu."
"Kamu yang sekarang tampak lebih santai dan tak gigih lagi."
"Jika yang kau bicarakan hanya tampak luar, kau salah besar."
"Bukan begitu, ada hal yang lain darimu."
"Percayalah, dua puluh satu tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dewasa."
"Atau tua lebih tepatnya."
"Terserah kau anggap itu apa."
"Jangan marah!"
"Aku tak pernah bisa marah, hanya mungkin nada bicaraku meninggi."
"Ya, lalu apa bedanya? Itu marah..."
"Bukan, hanya nadaku yang meninggi, tapi aku tak marah!"
"..."
"Mengapa kau diam?"
"..."
"Jika kau hanya diam aku pergi ya, ada hal yang harus aku lakukan."
"Aku sayang kamu, kamu yang dulu dan sekarang, selalu..."
"Terima kasih, tapi maaf jangan sekarang, aku harus mengejar masa depanku."
"Selamat ulang tahun..."
"..."
"Jadilah sukses, kejar cita-citamu, dan kembali padaku, nanti..."
"Amiin..."


Karena pendewasaan tak akan pernah sederhana,
visi yang besar tak akan pernah digapai dengan mudah,
dan dua puluh satu tahun adalah awalan dari segala macam ujian dengan level yang lebih tinggi.
"Jadilah yang terbaik, setidaknya untuk masa depanmu!"

Thursday, February 5, 2015

Gravitasi Mati

Aku terhempas, meluncur bebas, menjauh...
Udara sesak ini memenuhi dada,
ada jeda di dalam setiap tarikan oksigen,
serasa mendekat ujung lapisan teratas atmosfer.

Kulihat sebuah cahaya terang mendekatiku,
kudengar dentum jantungku sendiri, bukan berdetak, tapi berdentum.
Sesosok raga bergerak mendekat ke arahku,
tak sama denganku, wujudnya indah
parasnya ayu, tak kuasa mata ini berkedip meski sesekali,
sekilas mengalihkan persepsiku tentang apa yang terjadi.

Aku masih terbang, dan dia berjalan,
tak bisa lagi ku bedakan mana atas mana bawah,
tak mungkin lagi ku menyadari mana mimpi mana nyata,
aku telah sepenuhnya masuk ke alam bawah sadar,
entah masih hidup ataupun mati aku tak yakin.

Sang bulan yang biasanya terang benderang mungil di angkasa,
kini tak lagi menampakkan sinarnya
karena sinar itu t'lah sirna.

Aku masih melayang, kurasakan tak ada satupun yang menahanku
hingga pada suatu masa aku terhenti,
hanya sejenak, tak lebih dari sedetik
kau semakin mendekat, semakin cepat,
tak lagi berjalan,
kau berlari ke arahku.

Sesakku tak lagi terasa,
sinar mentari menghangatkanku sekali lagi
kesadaranku pulih kembali.
Dan kau, kau sirna...

Tak ada lagi di sana,
di tempat di mana kau berjalan ke arahku
aku merindu
merengkak mencarimu
bukan!
meluncur tepatnya.

Terpaan angin tak lagi sepoi,
isi kepala tak lagi normal
semuanya terguncang, terkoyak...
Aku tak sadarkan diri,
kulihat kau lagi,
memelukku erat,
mendekap tubuhku dengan sepasang tangan indah.

Gaung khalayak tak lagi membangunkanku,
koyakan mereka tak mampu lagi membuka mataku,
aku dalam pelukmu sekarang
dan tak 'kan pernah kau lepas lagi meski sedetik.
Yang bisa kulakukan hanyalah menunggu,
menunggu dalam diam dan tenang,
masih dalam dekapanmu,
hingga akhir nanti.

Akhir dari segala penyelesaian,
karena akhir adalah episode baru dari sebuah awal,
yang tak akan pernah sepenuhnya berakhir,
ini abadi.

Tuesday, January 13, 2015

Senandung Lirih Hutan Pinus (part 3)

   ”Eh hari ini kita main lumpurnya di awal kan?” tanyaku.
   “Iya, pertama Construction Game, dan selanjutnya kita bermain lumpur, dan setelahnya kita bener-bener free dari lumpur,” kata salah seorang dari kami.
   “Oke, mari kita percepat!!!”
   Semangat itu mengawali kami hari ini (09/01). Setelah tiarap di balik pohon pinus akibat mendengar suara tembakan, kami kebali melanjutkan game pagi itu. Construction Game mengharuskan ada tiga elemen di dalamnya. Elemen analisator gambar, elemen penyampai pesan, dan yang terakhir aku tergabung di dalamnya, elemen penginterpretasi pesan. Terdapat beberapa miss lagi di sini, tapi setidaknya kami lebih baik dari kemarin dalam berkoordinasi. Dan progress kepercayaan tim kami meningkat. Entah karena apa aku rasa tak bijak jika terlalu mengejar hasil akhir (pita) tanpa menikmati permainannya, maka akhirnya...
   “Ah sudahlah, kita nggak usah kejar pita, percuma juga kalau ngoyo tapi nggak menikmati, yuk have fun aja yuk! Push up toh juga bareng-bareng,” selorohku.
   “Wah, boleh juga tuh idenya, okelah yuk kita have fun!” jawab yang lain.
   Tibalah kami di game lumpur terakhir regu kami. Fill the Water, adalah satu-satunya game tersulit sepanjang sejarah Character Building. Di mana tingkat keberhasilan di tiap angkatan hanyalah maksimal diraih oleh dua batch saja. Menurut instruktur, di angkatan beswan 30 kali ini dari mulai batch 1 hingga 3 belum ada yang berhasil memecahkan rekor keberhasilan di game ini. Tanpa pikir panjang kami menjalankan jobdesk masing-masing. Tangan, mulut, dan gelas berlubang tak luput dari usaha kami untuk mengisi pipa berlubang yang sedang ditutup lubang-lubangnya oleh kawan-kawan yang lain. Semakin lama pipa semakin penuh, kami tak ada firasat apapun. Akan tetapi kerjasama kami semakin terasa di game ini. Menjadi bagian dari regu satu ini sangatlah unik, karena tanpa membagi jobdesk tertentu secara spesifik, kami sudah tahu harus melakukan apa. Dari berlari, terpeleset berkali-kali, meminum air lumpur, disemprot air dari dalam mulut, hingga meneteskan air liur di pipa pun terlewati. Hingga di puncaknya adalah tangan kami masing-masing telah keram dan mati rasa. Di sela dengan bercanda dan bersenda gurau, tanpa terasa kami berhasil mengeluarkan bola pingpong dari dalam pipa. Senang bukan kepalang karena kami menjadi pemecah rekor pertama di angkatan kali ini. Hal itu semakin meningkatkan semangat kami, mendekatkan kami dalam kerjasama yang seutuhnya (ini agak lebay).
   Kami melanjutkan perjalanan menuju game Rappeling, di mana kami harus menuruni papan-papan kayu setinggi sekitar delapan meter dengan menggunakan tali. Lalu dilanjutkan dengan Flying Fox, tanpa harus dideskripsikan pun aku yakin reader pasti sudah paham tentang game ini. Game menyenangkan dengan esensi terbaik tentang kehidupan, di mana beban bukanlah alasan untuk menyerah dan tidak meraih kebahagiaan.
   Oke, skip lanjut bersih diri dan sholat Jumat. Yang lucunya, di moment sebelum sholat Jumat, aku dan Fauzan melewati insiden ketinggalan mobil dan hampir memutuskan sholat dhuhur saja tanpa sholat Jumat. Dan Alhamdulillah akhirnya ada mobil yang kembali untuk mengantarkan kami berdua :D
   Pasca sholat Jumat regu satu menuju ke game Elvis Walk, menurut kami game ini lebih mirip Double Rope Bridge. Hanya saja bedanya ada di pegangan atas yang berupa tali webbing dan tanpa ada “goyangan”. Setelah Elvis Walk, kami berlanjut ke Trust Fall yang mengharuskan kami untuk menjatuhkan diri secara lurus di atas tangan kawan-kawan yang akan menerima beban tubuh kita. Quotes salah satu dari kami yang paling berkesan menurutku ada satu, “Lho? Emangnya tadi aku pantat duluan ya?” :3
   Berlanjut pada game koordinasi sekali lagi, yaitu Blind Man Walking. Di sini kami harus menyeberangkan kawan satu regu yang matanya tertutup dan dengan perintah khusus dari pemandu (kawan yang lain). Bertolak dari Blind Man Walking, kami menuju Spider Web. Salah satu dari kami ada yang menunjuk pada sabuah lubang kecil di pojok kiri sambil berkata, “Aku kayaknya muat di lubang ini deh, coba yuk!” dan alhasil mukanya hampir menyapu tanah.
*geleng-geleng kepala sambil cekikikan*
   Meski di game ini kami tidak berhasil menyeberangkan semuanya, tapi kami puas telah bisa tertawa bersama di sini. Akhirnya, tibalah kami di game puncak, Paintball. Di Paintball kami mendapatkan masker hitam, melawan regu dua yang memakai masker kuning. Tanpa perlu dikiaskan keseruan saling tembak kami seperti apa, yang pasti di sini koordinasi kami sudah membaik jauh dari sebelum-sebelumnya. Dan hasil akhir pun menunjukkan, dari dua babak kami berhasil membagi kemenangan 1-1 dengan regu dua. Tak ada yang kesal, semua senang...
   Di pengumuman akhir, regu satu tak berhasil mencapai target 90 pita, kami pun membayar hutang target dengan push up sebanyak enam puluh empat kali. Meski kami (regu satu) tak berhasil menyabet “Red Ribbon” dan “The Best Team” award, tapi kami bangga dengan keberhasilan kami memecahkan rekor Fill the Water. Dan lagi kami berhasil bersenang-senang bersama, bekerjasama sampai akhir meski awalnya tak saling percaya, dan berkoordinasi semakin baik meski awalnya sama-sama keras kepala.
   Terlalu singkat memang jika dipikirkan, karena hanya beberapa hari saja kami bersama. Kami di sini bukan hanya regu satu, tapi batch empat seluruhnya.
   Malam terakhir kami habiskan dengan berapi unggun, merekatkan diri, dan saling bertukar cerita. Tak lupa juga kami bergoyang bersama, apapun lagunya tak penting, karena ketika ada musik dan beswan, lekuk tubuh ini tersihir untuk bergoyang. Berakhir dengan saling bergandegan tangan menyanyikan lagu”Ingatlah Hari Ini” milik Project Pop, aku melihatmu. Sebuah mata indah di sela-sela kawan-kawan yang lain, sebuah paras cantik yang baru aku sadari saat itu. Haha, pada dasarnya memang mungkin jatuh hati, tapi sudahlah, jika memang harus bertemu pasti akan bertemu lagi.
Sampai jumpa...
   Setelah Nation Building, Character Building lah yang mampu membuat kenangan terbaik di dalam secuil kisah selama menjadi beswan Djarum angkatan 2014/2015. Itu sih sementara ini, but for the next event? Who knows?

EPILOG
   Menjadi satu dalam ikatan ini tak mudah, perlu menyingkirkan ribuan mahasiswa lainnya. Tapi apa yang terjadi hingga detik ini membuatku paham, bahwa ketidakmudahan ini terbayar lunas dengan segala hal yang kita lewati bersama. Mungin tulisan ini tak ada apa-apanya dibandingkan pengalaman di regu masing-masing yang pastinya tak kalah unik. Satu hal yang ingin aku sampaikan dari sini, bahwa hatiku telah tertaut padamu, pada kalian, dan pada beswan Djarum 30. Aku harap persaudaraan ini tak hanya bertahan hingga saat gaji trakhir diterima, tapi sampai nanti, selamanya.
Terima kasih untuk setengah tahun ini ya, keluarga...

Monday, January 12, 2015

Senandung Lirih Hutan Pinus (part 2)

   Pagi itu kami telah dibagi ke dalam beberapa regu untuk menjalani pelatihan beberapa hari kedepan. Ada sepuluh regu, empat putra dan enam putri. Aku sendiri tergabung di dalam satu regu ajaib, regu satu. Kami ber-dua belas dipertemukan secara acak, yang entah ini kebetulan atau tidak Pandawa Lima berada dalam satu regu ini. Regu ini dipimpin oleh satu orang Komandan Regu (Danru), yaitu Alfian, lalu ada Fauzan (navigator pembawa peta), Rendy, Nugroho, Baghaz, Adrian, Marshal, dan kami Pandawa Lima Brotherhood (aku, Aldi, Surya, Huda, dan Afandi).
   Setelah upacara pembukaan, kami lari berhamburan menjauhi suara tembakan sejauh minimal 50 meter. Karena memang itu aturan pertama kami. Setiap mendengar suara tembakan, yang itu berarti adalah musuh, maka kami harus mencari satu pohon pinus untuk tempat bersembunyi. Dengan catatan pohon pinus tersebut harus berjarak minimal 50 meter dati tembakan, dan satu pohon hanya boleh ditempati satu orang. Selanjutnya regu satu menuju game pertama, yaitu Emergency Water. Game pertama kami dibuka dengan keharusan bermain lumpur. Mengisi bak di ujung jalan dengan jerigen yang berlubang besar. Adaptasi awal kami cukup baik untuk bekerja bersama, alhasil kami berhasil mengisi hampir dua bak. Akan tetapi karena waktu habis, kami hanya dihitung mengisi satu bak. Selanjutnya kami diharuskan memutar otak di game Six in Pack, yang pada akhirnya kami gagal melakukan game ini karena meski sense untuk bekerja bersama kami sudah ada, akan tetapi koordinasi kami masih buruk. Berlanjut pada game ketinggian pertama kami yaitu Human Jump. Masing-masing dari kami diharuskan melompat meraih samsak yang digantung sekitar dua meter dari kami berdiri. Setelah Human Jump, kami menuju game selanjutnya. Game ini bernama Sky Run, mengharuskan tiap orang menekan rasa takutnya akan ketinggian dan mengatur keseimbangan dengan menyeberangi pohon berjarak sekitar sepuluh langkah orang dewasa dengan menggunakan batang besi.
   Berhasil dengan game ketinggian kedua, kami berlanjut menuju game yang paling cetar membahana, bersama bapak Fernando “si ahli goyang”, kami diharuskan berjalan maksimal tiga-tiga untuk menyeberangi jurang dengan menggunakan dua kabel. Nama game ini adalah Double Rope Bridge, di mana tak ada kesempatan bagi kami untuk menyerah. Sekali maju tak boleh mundur, sekali memulai tiga orang tersebut adalah tim, dan tak boleh ada yang mati di tengah jalan. Karena menyerah berarti stagnan dan menghambat tim selanjutnya. Di game ini kami mendapat guncangan hebat dari bapak Fernando. Berulang kali Rendy terpelanting ke depan dan ke belakang karena “goyangan” bapak Fernando. Setelah berulang kali terseret dan jatuh menggantung, Rendy, bersama dengan Aldi dan Andi berhasil melalui jembatan hingga ujung. Aku sendiri memilih untuk melaju selanjutnya. Tahu bahwa posisi tengah adalah posisi terberat, kami (aku dan Surya) memilih Huda untuk berada di tengah kami. Beberapa kali lelah menggantung karena goyangan, kami bekerjasama dan berkordianasi dengan baik hingga ujung.
   Setelah Double Rope Brige, kami berlanjut pada game koordinasi selanjutnya, yaitu Folding Carpet. Di game ini kami mulai mendapat feel tentang masing-masing dari kami. Alhasil, meskipun gagal membalikkan karpet, instruktur kagum dengan kegigihan kami bersama dalam menyelesaikan game ini. Folding Carpet mengakhiri hari kami, dan tibalah saatnya kami untuk bersih diri dan kembali ke barak untuk beristirahat. Esok harinya? Siapa yang tahu akan seperti apa?

To be continued

Sunday, January 11, 2015

Senandung Lirih Hutan Pinus (part 1)

PROLOG
   “Kemampuan itu lekang oleh waktu, tapi karakter itu selamanya.”
   Aku pernah mendengar kata itu dari guru terbaikku sepanjang masa, papa. Selaras dengan apa yang mungkin akan Djarum Foundation tanamkan padaku, pada kami, pada kita semua, para Beswan Djarum 30.

   Hari itu telah aku tunggu sejak lama, menjadi bagian dari Character Building Beswan Djarum angkatan 2014/2015 batch 4. Aku merencanakannya sebulan lalu, karena memang aku tepatkan dengan rencana refreshing di waktu libur kuliah. Tergabung ke dalam sebuah batch unik. Ya, setidaknya menurutku memang unik, karena aku juga tak tahu batch lain seperti apa. Aku dan seratus dua orang lainnya akan menerima tempaan fisik dan mental selama beberapa hari. Seharusnya kami terdiri dari seratus lima orang, akan tetapi karena suatu hal ada dua rekan yang berhalangan mengikuti CB batch 4 kali ini.
   Diawali dengan perjalanan panjang selama lebih dari dua belas jam dari Surabaya menuju Bandung. Aku membunuh waktu dengan mengobrol banyak hal dengan abah Legowo. Dari mulai tentang diri pribadi masing-masing, hingga sharing tentang hal-hal lain yang aku rasa sangat “berbobot” untuk dibicarakan. Tentang kesungguhan, perjuangan, hingga kesabaran menghadapi kehidupan. Tepat pukul tujuh pagi kami tiba di stasiun Bandung. Disambut dengan sebelas orang beswan dari Malang yang telah menunggu “lumayan” lama. Sebagai PIC yang memang seharusnya bertanggung jawab, aku berkali-kali telah diingatkan prov untuk mengontrol kawan-kawan Surabaya dan Malang setibanya kami di Bandung. Setelah berfoto ria dan saling berkenalan lebih lanjut, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju saung Pengkolan 2, yang letaknya tak jauh dari Zone Simulasi Tempur D-235, Cikole. Kami makan dan bersih diri di sana. Pukul sembilan pagi kami berangkat menuju Zone 235 untuk registrasi dan cek kesehatan, juga meletakka barang-barang bawaan. Di hari pertama itu (07/01), setelah melakukan serangkaian tes kesehatan, kami menuju CiWalk di daerah jalan Cihampelas, Bandung. Yang cewek belanja, yang cowok cuma jalan-jalan. Yah, seperti biasanya, hanya jalan-jalan dan mencuci mata. Karena anggapan kami, “ini masih awal, belum mood mencari sesuatu untuk di bawa pulang (read: oleh-oleh).”
   Skip about CiWalk...
   Kami memulai aktivitas sore itu di Saung Angklung Udjo. Makan malan, berkenalan dengan beswan-beswan kota lain, berfoto, bersenda gurau, dan melakukan hal-hal seperti biasa. Adzan maghrib berkumandang, kami segera berwudhu dan melaksanakan sholat maghrib berjamaah. Entah sejak kapan mulainya, aku didaulat menjadi imam ketika Pandawa lima (aku, Aldi, Surya, Huda, dan Afandi) berkumpul dengan cowok-cowok Garang (sebutan untuk beswan 30 Malang). Lalu aktivitas kami lanjutkan dengan berkumpul di hall pertunjukan di Saung Angklung Udjo. Menyaksikan pertunjukan-pertunjukan alat musik Angklung yang menakjubkan. Angklung yang telah diakui UNESCO sebagai kekayaan budaya (kekayaan non benda) milik Indonesia itu bukan lagi menjadi alat musik biasa di tangan orang-orang di sini. Angklung Toel salah satunya, modifikasi Angklung menjadi alat musik pentatonis yang dapat menyihir setiap orang yang mendengarnya ini menyerupai piano menurutku. Membuatku semakin takjub dan semakin bangga dengan kekayaan budaya Indonesia. Hampir pukul sepuluh malam, kami digiring menuju bus masing-masing untuk bertolak ke Zone 235.
   Setibanya di sana kami disambut oleh beberapa orang instruktur TNI yang ada di sana. Kami melakukan unpack pada barang-barang kami, dan meletakkannya dengan rapi di dalam barak Sudirman (untuk beswan putra), dan barak Diponegoro (untuk beswan putri). Lalu...
Apa yang akan terjadi esok hari? Kami tak tahu, jalani sajalah...

To be continued

Wanna support???