Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Wednesday, December 31, 2014

Brotherhood New Year 2015 (part 1)

PROLOG
   Mengakhiri tahun dengan keluarga, pernah. Hampir seluruh hidupku semasa sekolah selalu seperti itu. Mengakhiri tahun bersama sahabat-sahabat “le trois mousquetaires” juga pernah, sering sih dulu. Bersama Edan Bahagia, IPA 4, Middle, Respect, atau yang lainnya semua pernah. Tapi itu kan kawan-kawan sekota, masih memiliki pola pikir yang rata-rata sama dan tak begitu jauh berbeda. Bagaimana dengan tahun ini (2014)? Aku mengawali tahun ini (2015) bersama kalian kawan, saudara baru yang dipertemukan melalui serangkaian tes dan seleksi, dan akhirnya dipersatukan di dalam satu nama, Braderhud (tulisan asli: Brotherhood).

   Semester lima telah berakhir beberapa hari lalu, meninggalkan satu laporan saja yang perlu dikerjakan dan diasistensikan kepada salah satu dosen “terbaik” yang pernah aku temui, empat mata kuliah bersamanya membuatku banyak belajar tentang kesabaran, kegigihan, integritas, serta perjuangan keras untuk mencapai hasil dan target. Oke, mari kita lupakan tentang kuliah sejenak. Tiga puluh satu Desember telah dinobatkan sebagai penghujung tahun masehi. Hampir setiap tahun pasti ramai, menimbulkan kemacetan di jalan raya, dan keramaian tanpa ujung semalaman.
   Mungkin konsepnya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, bakar-bakar. Tapi kali ini bersama sekumpulan beswaners Surabaya. Bertempat di Semolowaru (rumah HAP) kami menghabiskan malam di akhir 2014. Dari mulai jagung, sosis, hingga pisang pun tak luput dari uap panas arang pembakaran. Awalnya sulit membuatnya menyala, perlu perjuangan tangan-tangan sang ahli kipas dan kipas angin listrik. Bermodal margarin, kecap, sambal botol, dan tak lupa sikat gigi (untuk mengoles), acara bakar-bakar berhasil menyita waktu kami malam itu. Berlanjut dengan bernyanyi bersama saat satria berGITAR hadir meramaikan dini hari pertama di tahun 2015. Dari mulai lagu galau hingga lagu beswan tak luput dari nyanyian kami. Suara serak-serak becek dan rasa pede menjadi pijakan kami untuk meramaikan malam hingga pukul 03.00 pagi.
   Berakhir dengan saling berpamitan untuk merencanakan sesuatu di esok hari, maka kami pulang untuk mengistirahatkan mata di awalan tahun 2015 ini, lalu apa yang akan kami lakukan esok hari?
Kita lihat saja nanti.....

To be Continued

Saturday, December 20, 2014

Analogi Hati dan Ekspresi: Edisi POSITIVE THINKING

PROLOG
   Menjadi baik tidaknya hidup itu tergantung dari sudut pandang apa yang kau gunakan. Ketika hal-hal positif yang memenuhi kepala ini berhasil mendominasi, sudah dapat dipastikan apa saja yang dialami akan menjadi acuan manfaat di kemudian hari. Meski tak bisa dipungkiri sebelumnya bahwa di awal belum pasti kita bisa menerima apa yang terjadi, tapi dengan berbagai mekanisme sinapsis otak dan pemikiran-pemikiran panjang yang positif, maka pendewasaan dari sebuah masalah tak akan pernah menjadi sia-sia.

   Sedikit random memang, karena tahu-tahu membahas tentang pikiran. Tapi bukan sembarang pikiran, akan tetapi lebih mengerucut pada sebuah pemikiran yang baik-baik (atau yang dalam bahasa kerennya adalah positive thinking, dan bahasa illahiyahnya adalah Khusnudzan). Sebuah pemikiran positif tidak hadir secara tiba-tiba. Melalui berbagai macam kontra batin dan penyelarasan berulang kali, dan pengalamanlah yang mengambil alih hasil akhirnya. Sekali lagi, pengalaman, bukan usia. Banyak kotak ajaib dengan usia-usia yang jauh lebih muda, dan atau bahkan sama, tetapi pemikirannya sangat berbeda. Cara mengambil sikap, cara menghadapi orang lain dan membuat keputusan sangatlah ditentukan dengan seberapa kuat kotak ajaib tersebut menguasai kejiwaan dan pemikirannya untuk selalu khusnudzan.
   Khusnudzan sendiri bukan berarti membodohi diri sendiri dengan selalu tidak peduli dengan hinaan dan kritikan orang lain yang ditujukan padanya. Akan tetapi lebih menuju ke pola pikirnya tentang kritikan, hinaan, cercaan, atau bahkan negative justification itu. Bukan menganggapnya sebagai upaya destruktif yang menjatuhkan, akan tetapi justru dianggap sebagai upaya terbaik bagi dirinya untuk memperbaiki diri. Seperti yang tertulis secara garis besar dalam sebuah buku berjudul "Misteri Pikiran Manusia" karya I. Robertson, menyatakan bahwa di dalam pikiran kita terdapat sebuah mekanisme tertentu yang disebut mata pikiran, yang dapat memberikan sebuah doktrin positif pada pikiran, dan bahkan memberikan pengaruh positif pada tubuh (Bab 8 Imajinasi yang Menyembuhkan). Berpijak dari sana, dapat disimpulkan bahwa pemikiran positif manusia adalah hal luar biasa yang bisa menjadi sumber kekuatan di dalam diri manusia itu sendiri. Dari mulai pendewasaan hingga penyehatan fisik.

   Ada suatu case, dua orang kawan yang menerima kata-kata cercaan yang dilontarkan oleh seniornya di suatu organisasi. Dalam hal itu sang senior menyatakan ketidak becusan mereka dalam melaksanakan sesuatu. Yang pada saat itu mereka masih menduduki tataran staf yang notabene masih dalam tahap pembelajaran, maka tak heran jika ada penangkapan yang berbeda dari mereka berdua. Satu orang pertama bernama A, dan orang kedua bernama B. A 'meratapi' kata-kata seniornya dalam kegundahan, kegelisahan, dan berujung depresi. Ada kebencian terhadap sang senior, yang menggiringnya pada sebuah ketakutan dalam dirinya sendiri yang membuatnya tak ingin melanjutkan apa yang telah dimulainya di dalam organisasi. Berbeda dengan B, dia 'merenungi' apa yang telah dia terima dari seniornya. Mencoba mencari letak kesalahan dan penyebab dia menerima cercaan itu. Setelah dia menemukannya, dia jadi tahu mengapa dia dicerca, dan menjadikan hal tersebut sebagai batu loncatan akselerasi diri dalam berkarya dan memperbaiki apa yang sebelumnya menjadi penyebab cercaan itu timbul.

   Dari case tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan pikiran sangatlah "berbahaya". Yang dapat menentukan seseorang menjadi 'optimis' atau juga 'kalah sebelum berperang'. Sudah bukan saatnya bagi seorang manusia yang ingin menjadi lebih baik untuk memerhatikan hanya apa yang tersurat dan tampak di depan mata. Karena yang tersirat jauh lebih penting untuk digunakan sebagai acuan. A terlalu memandang cercaan sebagai subyek utama dalam evaluasi organisasinya. Berbeda dengan B yang memandang cercaan adalah tabir yang harus ia buka untuk menemukan apa yang sebenarnya terjadi mengapa cercaan itu sampai timbul.
   Mengingat tentang positive thinking, sudah seharusnya manusia meneladani apa yang Malaikat lakukan terhadap segala perintahNya. Tanpa ada suatu pembangkangan, dengan penuh positive thinking bahwa dirinya tercipta hanya untuk menghamba, Malaikat mampu menjadi satu-satunya makhluk yang mendapatkan kepercayaan absolut olehNya untuk melaksanakan suatu tugas-tugas tertentu. Seperti yang tercantum dalam buku ESQ karya Ary Ginanjar Agustian (halaman 125), "Malaikat adalah contoh bagi manusia tentang integritas sesungguhnya, integritas total yang menghasilkan suatu kepercayaan tingkat tinggi."
   Terbukti dengan positive thinking kita juga telah meneladani sifat mulia dari Malaikat. Dengan positive thinking akan membawa pada kreativitas pemikiran yang membuat kita berpikir untuk mencari sudut pandang lain dalam setiap masalah. Dan dengan positive thinking juga kita bisa menjadi lebih tangguh. Tangguh untuk tidak segera merasa kecewa terhadap apa yang tersurat dan tidak kita harapkan terjadi dari apa yang telah kita kerjakan. Lalu adakah pilihan bagi kita untuk tidak mencoba ber-positive thinking?

EPILOG
   Banyak hal yang dapat ditularkan untuk orang lain. Bisa berupa kebermanfaatan atau juga mudharat. Yang dari kedua hal tersebut juga merupakan hasil interpretasi dari sudut pandang manusia. Tapi daripada harus bersusah-susah menciptakan mudharat bagi orang lain yang tanggungannya adalah dosa di akhirat, juga kepercayaan di dunia, maka apa salahnya kita mencoba bermanfaat? Dan bagi para pembaca juga, apa salahnya mencoba ber-positive thinking dengan apa yang kalian baca? Toh, berpikir positif dengan berbagai macam sudut pandang juga akan menjadikan kita lebih kreatif dalam menjalani kehidupan, bukan? Mari saling memaknai hidup dengan lebih positif.

Wednesday, December 17, 2014

Analogi Hati dan Ekspresi: Edisi INTROSPEKSI dan GENGSI

PROLOG
   Bermain kata, bermain ekspresi, juga bermain hati. Kali ini kau mencoba sesuatu yang baru, mendefinisikan sesuatu dari sebuah sudut pandang ganjil seorang manusia. Memang sih kau bukan ahli untuk bidang itu karena memang ilmu perkuliahanmu bukan memelajari tentang hal-hal seperti itu. Tapi apa salahnya calon dokter Material dan Metalurgi mencoba mencari tahu tentang apa yang tak pernah didapatnya di bangku perkuliahan. Karena hal itu kau dapat dari sosialisasi, hubungan dengan orang lain dan bahkan sekedar mengobservasi interaksi orang lain dalam diammu.

   Kembali menyinggung tentang sang Kotak Ajaib yang jumlahnya sudah tak sedikit lagi di muka bumi, ada bermilyar-milyar bentuk Kotak Ajaib di bumi ini. Lalu apa urusanmu mengangkat topik tentangnya? Tak banyak, yang pertama adalah tentang INTROSPEKSI. Menjadi evaluator, penilai hal buruk orang lain, atau bahkan mengorek-ngorek kesalahan orang lain, yang sangat mudah dilakukan. Bahkan lebih mudah jika dibandingkan dengan mengupil di dalam kamar kos, tanpa harus malu, tanpa tedeng aling-aling. Lalu pertanyaannya adalah, pernahkan kau berpikir tentang perasaan mereka, kotak ajaib lain yang kau beri perlakuan itu?
   Menanggapi pertanyaan seperti di atas, banyak anak gaul jaman sekarang dengan entengnya berkata, "Ah, baper* banget sih digituin aja udah gak enak? Lemah!!!"
   Haha, sedikit tergelitik dengan ucapan seperti itu, karena asal tahu saja, sebenarnya ucapan seperti itu tak jauh berbeda dengan "Bukan urusan saya" lho. Memang menilai orang lain itu perlu jika untuk memberikannya refleksi tentang dirinya, tapi jika selalu mencari-cari celah kesalahan, apakah itu baik? Mari merenung sekali lagi, tanyakan pada diri sendiri. Karena lidah bukan pedang, yang ketika menghunjam akan menunjukkan cipratan darah dan luka yang menganga. Tapi sakit dari apa yang ditimbulkannya menjadi luka terdalam yang akan terus ada di memori manusia, lebih dalam dan lebih sakit daripada pedang. Kau sudah sering mengalaminya mungkin, dan kali ini ingin menuliskannya agar tak ada orang lain yang mengalami hal yang sama. Berkata-katalah jika yang ada di balik kemudi dari kata-katamu adalah logika, tapi lebih baik diamlah ketika nafsumu sedang duduk santai memainkan peran dalam kata-kata yang akan kau ucapkan. Kritikan dengan kata yang baik lebih membangun daripada dengan hinaan dan cercaan. Bismillah, semoga kita selalu dihindarkan dari ketidakmampuan untuk berINTROSPEKSI.

   Kali ini tak cukup di sini saja, masih ada lagi case baper* lainnya yang akan sedikit membuat kau berhasrat untuk menulis sesuatu tentangnya. Yaitu tentang rasa malu dan segan untuk memuji dan mengakui kelebihan orang lain, atau bahasa singkatnya GENGSI. Gengsi merupakan salah satu penyakit yang sering menghantui setiap kotak ajaib di bumi ini. Padahal di dalam berinteraksi dengan orang lain, sikap "malu dan segan untuk memuji dan mengakui kelebihan orang lain" ini sangatlah mengganggu. Karena apa? Jawabannya adalah apapun yang dilakukan, ditelurkan, dan dihasilkan orang lain adalah "remeh" baginya, "sudah pernah dia dapatkan", dan yang bahaya lagi adalah anggapan "ah, nggak penting". Karena dengan setiap anggapan dan perasaan itu hadir di dalam benak kita, akan ada satu pintu pembelajaran yang tertutup bagi pendewasaan kita.
   Menurut Freddy Liong dalam bukunya SUCCESS @ WORK, "Bila setiap orang yang berinteraksi dengan Anda memerlukan 'kekuatan ekstra' karena anda menyebalkan, sombong, SUSAH MENERIMA PANDANGAN ORANG LAIN, selalu membuat orang lain jengkel, maka Anda termasuk energy sucker." (hal. 46)
   Yang dalam interpretasi luas, energy sucker merupakan orang-orang yang patut untuk dihindari daripada sakit hati. Dan anggapan dari si energy sucker ini, setiap orang yang kecewa dengan dirinya, dengan omongannya, adalah baper*.
   Ada satu case dari pengalaman seorang kawan yang memiliki hobby membuat quotes dan ingin memotivasi orang lain, tapi semangatnya harus sejenak teredam hanya karena salah seorang energy sucker. Saat di mana dia menyebarkan sebuah quotes yang menurut beberapa orang kawan yang lain "cukup memotivasi", tapi sangat disayangkan, sang energy sucker harus mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak diucapkan. Kira-kira visualisasi ucapannya seperti ini, "Quotesnya mirip sama yang sering diomongin si A, seseorang yang memiliki jabatan XXX. Copast nih!" Padahal mungkin quotesnya hanya mirip, lalu apa yang salah? Jangan bilang ini hanya kerjaan si baper* lagi ya...
   Haha, bukan tentang baper* atau tidak, sekali lagi apa salahnya sih mengapresiasi apa yang orang lain telah hasilkan, telurkan, atau lakukan? Mungkin pemilihan diksi dan redaksional yang pas dalam berkata sangat penting. Bisa saja si quoters ini akan berhenti memotivasi lewat quotesnya hanya karena dia takut disangka copast, atau hanya karena kata-kata yang dia buat "mirip" dengan kata-kata yang pernah orang lain (yang mungkin telah berJABATAN) katakan.
   Mengapa tidak diresapi saja quotesnya, atau mungkin malah dijadikan sebagai semangat, entah siapapun yang membuat, mirip atau tidak dengan quotes yang pernah didengar, itu urusan belakang. Toh, tak penting hanya mengorek-ngorek tentang apa yang tersurat, karena sesungguhnya jauh lebih penting untuk memahami yang tersirat terlebih dahulu, untuk memudahkan diri dalam mengetahui apa arti yang sebenarnya dari apa yang tersurat. Interaksi dengan orang lain itu mudah dalam sebuah awalan, tapi untuk mempertahankan interaksi yang baik dengan meminimalisir rasa sakit hati itu sulit. Seperti kata Rockfeller (yang mungkin kau pun tak tahu siapa dia) dalam quotenya, "Kemampuan berinteraksi yang baik dengan orang lain lebih berharga dibandingkan dengan semua keterampilan lain." (tertulis di dalam buku SUCCESS @ WORK oleh Freddy Liong halaman 45).
   Dan kasus di atas bisa saja ditarik dalam sebuah akar yaitu GENGSI, rasa malu dan segan untuk memuji dan mengapresiasi apa yang telah  orang lain hasilkan. Padahal jelas di dalam Al Qur'an juga dinyatakan, bahwa iblis harus diusir dari surga karena rasa GENGSInya terhadap Nabi Adam as.

"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" dan sang iblis menjawab, "Saya LEBIH BAIK daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS. Al-A'raaf [7]: 12)

EPILOG
   Untuk itu, tanpa harus menyudutkan sang energy sucker, atau membuat kotak ajaib yang lainnya merasa tak enak, mari kita sudahi dulu untuk pembahasan tentang baper* kali ini. Yang perlu dilakukan bukan saling menghakimi atau saling membenci, mari segerakan berINTROSPEKSI dan menjauhi rasa GENGSI untuk membangun sebuah interaksi dengan orang lain yang lebih baik lagi. Kau bukan yang paling benar, begitu pula mereka, dan kau juga tak salah, begitu juga mereka. Mari saling memperbaiki dalam lingkaran keberagaman yang memang tak dapat kita hindarkan. Karena menjadi PEJUANG KEBERAGAMAN tak akan pernah bisa tercapai tanpa dimulai dari diri sendiri.



baper* = bawa perasaan

Wanna support???