Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Sunday, October 16, 2016

The Lone Wolf Power Existence

PROLOG
Satu waktu bernama sepi menjamah sekali lagi, kita tak tahu pasti kapan 'kan pergi, hanya saja seorang pemikir sejati tak akan terjebak dalam pusaran labirin yang diciptakannya sendiri.

Sang waktu percaya dengan satu kalimat bahwa "sepi tak kan pernah membunuh sampai mati". Ya, dia demikian. Ya, mungkin... Sampai akhirnya sepi ini hadir menelisik kembali, dalam nuansa ramai dengan balutan canda tawa tak terkendali.

Personality circle based on MBTI Introspective vs Observant
Menjadi seorang mastermind itu berat, katanya. Hidupnya penuh perasaan, penuh perencanaan, juga justification pribadi yang menimbulkan lebih banyak awalan su'udzon dalam hatinya (meski akhirnya tetap ditransformasi menjadi hal-hal logis dan tak berpihak).

Introversion, Intuition, Thinking, and Judgement...
Segalanya berlaku abstrak jika tanpa aksi, segalanya nampak buram jika tak dilakukan.

Jadi sekali lagi, sepi ini diolah dalam angan para pengidap INTJ. Dibumbui dengan fakta-fakta hasil observasi lapangan, juga perhitungan matang boundary layer sistem yang akan dianalisis. Apa sistemnya? Jelas dirinya sendiri. Dan surrounding-nya adalah siapapun dan apapun yang ada di sekitarnya.

Suasana ramai tak semarak bagi mereka para pengidap the architect. Karena ramai di luar belum tentu pikiran mereka dengan mudah menyerap keramaian hasil difusi "dari mata turun ke hati". Tak semudah itu. Ada satu membran tebal yang membentengi sistem mereka.

Jadi konsepnya, sepi akan selalu bisa hadir dan menyelimuti mereka, ada atau tak ada pengaruh dari luar sistem mereka.

Jadi, para konseptor ini selalu kesepian?

Bisa jadi iya, bisa juga tidak. Karena sepi yang dimaksud bukan semata sepi tanpa arti. Mereka membentengi sistem mereka dari pengaruh luar hanya untuk menciptakan kerajaan pikiran mereka sendiri, yang hanya dirinya sendiri sebagai rajanya, dirinya sendiri yang mampu bertitah, dan melanjutkan monarki dalam pikirannya sampai mati.

Mereka cenderung independen, seolah tampak "ya ya ya", tapi dalam hati tak menerima. Susah diajak berdamai dengan pendapat yang tak sesuai, dan bahkan dalam menjalankan instruksi yang tak mampu menembus gerbang emas pemikiran mereka.

Lalu akhirnya sepi ini memanfaatkan mereka, mengambil alih fungsi real surrounding menjadi tabir indah yang menjanjikan diri the architect satu-satunya pusat perhatian dalam dirinya. Ya, raja di dalam dirinya.

Kesepian menjadi tameng paling licik, turunan dari sepi itu sendiri, untuk memojokkan sang mastermind untuk mendapatkan judgement buruk dari the real surrounding-nya. Padahal tak demikian, justru sepi itu sendirilah yang dimanfaatkan oleh mereka, para pengidap INTJ...

Sebagai apa?

Sebagai area pendewasaan dan introspeksi, untuk meningkatkan kemampuan bermuhasabah dan mencari jati diri, dari dalam diri sendiri, bagi para pemikir ulung, sang mastermind.

Jadi,
sepi itu kawan,
sepi itu tempat persembunyian,
sepi itu tempat paling indah untuk membangun pemikiran,
sepi itu kebutuhan,
sepi itu lorong paling panjang yang terkadang menarik dan mengasyikan,
sepi itu juga labirin rumit yang sangat menyesatkan,
dan sepi itu...
tahta terbaik yang dimiliki oleh the architect untuk membangun dirinya, memperkuat nalar, juga memperindah logikanya.

Ya, baik sepi secara nyata, maupun sepi yang mereka ciptakan sendiri, meski berada dalam keramaian dan hiruk pikuk canda tawa.

Karena memang begitulah adanya,
bukan menggolongkan dan menjadikan suatu kelompok seakan spesial,
tapi inilah adanya, setidaknya hasil analisis tak official dari seorang pengidap...
mastermind,
the architect,
sang pemikir...

INTJ is mine, how about you?

16 Personality Type (click to enlarge if you want to know more)
EPILOG
Karena sepi adalah fase pendewasaan pemikiran, bukan penyiksaan yang mematikan.

Pustaka rujukan:
3. Authors. ( ). MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR MANUAL. WC Personality Inc.
4. Prem, Kathy. ( ). Myers-Briggs Personality Type Indicator – MBTI test manual slide. Engineering Career Services University of Wisconsin-Madison

Thursday, October 6, 2016

Puzzle Dari Surga

PROLOG
"Akhir-akhir ini aku muak, dengan segala hal berbau drama yang panjang dan tak bernyawa. Entah dari manapun asalnya, intinya bukan pada akar masalahnya. Justru dari persepsi yang terbangun karenanya," katanya mengomel sendirian.

Desa itu bernama Bumi, telah sangat lama dilanda kekeringan. Kerontang, tak ada kehidupan dan kesenangan (yang dapat dipertontonkan). Orang-orang hidup serba hening, pertukaran kata-kata pun hanya terjadi sebatas formalitas dan kebutuhan, juga kepentingan pribadi. Hubungan antar individu serasa jauh dan tak terkoneksi, meski jembatan bernama dunia maya telah terpancang dengan megahnya. Atau justru itu yang menyebabkannya? Entahlah, kejadian itu terjadi dalam kurun waktu berpuluh-puluh dekade...

Jauh sebelum desa Bumi tercipta, Tuhan menciptakan banyak hal di alam semesta. Dari mulai bintang-bintang berpijar, hingga bulatan-bulatan batuan dengan perpaduan udara dan segala tetek bengeknya. Hingga akhirnya muncul puzzle kecil bernama manusia. Awalnya hanya satu, bersama pasangannya. Namanya Adam dan Hawa, sungguh klasik ceritanya. Tapi kali ini aku tak ingin menceritakan tentang mereka ataupun juga kisah Khuldi dan Iblisnya.

Tuhan telah merencanakan penciptaan puzzle dalam jumlah yang amat sangat besar, jelas. Hingga pada suatu masa puzzle-puzzle itu Dia jatuhkan satu per satu ke desa bernama Bumi. Tentunya diawali dengan puzzle tertua dan terdahulu, Adam dan Hawa. Berjuta tahun berlalu, bahkan sekian tahun dengan nominal angka yang sampai sekarang para ilmuwan pun masih menyandarkan pada hipotesis (yang disepakati bersama) tentang perhitungan kapan desa itu tercipta. Kini Tuhan telah menjatuhkan jutaan puzzle yang telah Dia ciptakan. Puzzle dengan satu gambar utuh, dan satu penampang unik, berwarna-warni, sangat indah. Dia menamakannya kedamaian, ah tidak, Dia juga menyebutnya kesatuan. Eh, atau universe? Entahlah, kau paham maksudku.

Malam itu hujan badai, diselingi dengan salju yang berjatuhan, Salah satu puzzle berjalan sendirian.
"Hujan bulan Desember selalu seperti ini, dinginnya menusuk tulang, dan bahkan meruntuhkan daya tahan," begitu katanya.
"Hei pak tua, apa yang kau lakukan berjalan di tengah badai seperti ini?" teriak salah seorang puzzle lain dari balik jendela.
"Ah sudahlah, jangan pedulikan aku, urusi saja urusanmu di balik tembok tebal itu," selorohnya sambil lalu.

Desa itu adalah masa lalunya, puzzle tua itu terus berjalan menuju arah entah kemana. Dia lelah dengan semua hal. Drama tak bernyawa, ketiadaan rasa juga irama, semuanya hambar baginya. Puzzle itu lelah...

"Aku tercipta dengan peran tak penting memang," gumamnya.
"Tapi apakah aku memang tertulis dalam jutaan rencana-Nya?"

Entahlah, sekali lagi dalam hipotermia puzzle itu berjalan sendiri ke arah yang tak tentu, kadang ke timur, kadang ke barat, dan mungkin juga akan ke selatan atau utara.

Semak belukar keputus asaan menghentikannya sejenak.
Puzzle tua itu tertidur dalam gelap malam, dinginnya angin tak lagi ia pedulikan.

Tahukah kamu? Siapa puzzle tua itu?
Dia adalah "si tengah", sebuah puzzle maha penting yang telah lama mengembara, mencari puzzle-puzzle lain yang (mungkin bisa diselamatkan). Dalam keteraturan irama meski dalam perbedaan dan segala dinamika. Puzzle itu lelah dengan dunia, terutama apa yang terjadi di desa bernama Bumi. Puzzle-puzzle di sini sangat susah untuk menjadi satu. Berdalih pendapat dan acuan terbaik dari satu sudut pandang, telah berhasil memberangus toleransi dan diversity.

"Ah, jangan banyak omong tentang toleransi, nanti ada pihak yang tersungkur dengan batu sandungan yang kau elukan, atau bahkan ada pihak lain juga yang merasa bangga, seolah mendapat bantuan tangga untuk mencapai puncak kesombongan mereka," bisik puzzle tua padaku.

Ah ya, aku lupa, kata itu relatif dan sarat tendensi. Lalu bagaimana pak tua?

"Aku tak peduli lagi, bagaimana kau berceloteh tantang desamu sendiri. Yang pasti aku ingin istirahat. Lelah dengan segala hal berbau persepsi dan pemenangan diri. AKU DIAM!" ujarnya menyeringai padaku, sebelum nafasnya berhenti, sekali lagi.

Ah sudahlah, sang puzzle kunci telah pergi, tak ada harapan lagi untuk desa ini. Sudahlah, tutup mulut saja, aku pun akan melanjutkan perjalanan tanpanya. Memang benar, Tuhan menciptakan kita sebagai puzzle penuh warna, yang tak pernah sadar bahwa sebenarnya kita saling mengisi. Apa mungkin Tuhan yang salah? Melemparkan puzzle ini satu per satu. Sehingga apa? Tak pernah ada pandangan utuh yang tercipta, karena egoisme masing-masing dari kami.

Aku pernah mendengar kata-kata sarat makna tentang manusia puzzle ini,
"Sejujurnya Tuhan telah salah sepertinya, karena telah mengumpamakan manusia puzzle sebagai cermin. Di mana ketika Dia membantingnya ke desa bernama Bumi ini, cermin itu pecah berkeping-keping. Sehingga saat pecahan-pecahan tersebut merefleksikan diri di dalamnya, yang nampak hanya satu pemandangan dirinya, tak ada yang lain, tak ada perspektif utuh yang terpantul (untuk mencerminkan gambaran jelas) menjadi kesatuan puzzle yang utuh. Yang jelas, Sebelumnya Tuhan pernah menamakan kumpulan puzzle yang utuh sebagai kedamaian, atau mungkin juga kesatuan, a universe.

EPILOG
Persepsiku bukan semata hanya milikku, karena kita adalah bagian dari puzzle, atau mungkin juga cermin yang terpisah-terpecah satu sama lain. Yang hanya akan memantulkan apa yang kita inginkan, apa yang kita miliki dan mainkan. Itu semua bukan pandangan utuh seperti apa yang seharusnya ditampakkan. Tapi ini adalah rencana Tuhan, jadi cobalah mempersatukan!!!

Wanna support???