Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Wednesday, May 25, 2016

Cukup Empat Puluh Lima Menit, Bebas Pustaka

Hai hai halo hai...
Lama tak jumpa ya?

Kali ini saya ingin menyapa reader (khususnya mahasiswa tahun akhir yang bersarang di Institut Teknologi Sepuluh Nopember) dengan beberapa informasi bermanfaat.

Setelah beberapa waktu lalu saya mengunggah Tata Cara basi UPLOAD FILE KE DIGILIB ITS di link >> posting basi, yang ternyata terhitung sejak tanggal 25 Mei 2016 tidak berlaku lagi (karena adanya perubahan mekanisme pengunggahan file Tugas Akhir oleh pihak Perpustakaan ITS) dan harus bermigrasi dari http://digilib.its.ac.id/ ke http://repository.its.ac.id.
Kali ini sebagai ungkapan permintaan maaf saya karena posting basi tersebut, saya bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi valid tentang pengunggahan file Tugas Akhir ke REPOSITORY ITS.
Untuk mengetahui secara gamblang tata cara untuk pengunggahannya secara mandiri beserta bagian-bagian apa saja yang harus diunggah ke web REPOSITORY ITS, silakan download file berikut:
1. MENYIAPKAN FILE PDF TUGAS AKHIR PRA-UPLOAD
2. TATA CARA PEMBERIAN WATERMARK BESERTA FILE WATERMARK
3. TATA CARA PENGUNGGAHAN FILE PDF KE WEB REPOSITORY ITS

Dan selanjutnya, saya akan memberikan gambaran tentang bagaimana mendapatkan Surat Keterangan Bebas Pustaka di Perpustakaan Pusat ITS yang katanya ribet, rempong, riweuh, dan macem-macem lagi kata sebagian besar mahasiswa ITS yang sudah pernah merasakannya.
Ternyata hal tersebut sangat TIDAK BENAR.

Karena menurut pengalaman saya hanya membutuhkan waktu tak lebih dari 45 menit untuk mengurusnya sampai keluar stempel akhir. Waktu tersebut sekaligus estimasi waktu pengunggahan, naik tangga/lift, dan juga berkomunikasi dengan petugas perpustakaan.
Tentunya dengan beberapa kondisi:
1. Anda sudah pernah mendaftar sebagai anggota Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebelumnya, yang bisa diurus di lantai 4 (tepatnya di Ikoma Corner).
2. Anda telah menyelesaikan persiapan pengunggahan file PDF ke web Repository ITS, seperti yang sudah saya terangkan di atas (download file-filenya, pelajari, lakukan perlahan, jangan gugup, dan jangan lupa berdoa terlebih dahulu agar diberi kelancaran oleh-Nya).
3. Anda tidak memiliki tanggung jawab yang terlupa terhadap buku pelajaran dan referensi, baik menghilangkannya ataupun lupa mengembalikan, sehingga berujung pada pembayaran denda. Karena ini juga yang akan mengulur waktu anda dalam mengurus Surat Keterangan Bebas Pustaka.


Gambar 1. Estimasi waktu dalam mengurus Surat Keterangan Bebas Pustaka

Langkah-langkah tersebut antara lain adalah:
1. Membawa buku Tugas Akhir yang telah dijilid rapi beserta CD (berjaga-jaga jika diminta oleh petugas).
2. Titipkan tas anda di loker, di sini ada mekanisme baru lho dalam penitipan barang di loker, ingin tahu? Coba saja berkunjung ke Perpustakaan ITS!!!
3. Bawa buku+CD (bawa alat tulis juga) ke RUANG PENGADAAN dan isi data diri beserta judul Tugas Akhir anda.
4. Di RUANG PENGADAAN anda akan dipersilakan mengisi data tertentu dan mendapatkan akun untuk masuk ke dalam web REPOSITORY ITS.
5. Setelah anda mendapatkan akun, silakan log in ke web REPOSITORY ITS untuk mengunggah file PDF anda secara mandiri (ini bisa dilakukan langsung di lantai 1 Perpustakaan ITS. Tenang saja! Internetnya kencang kok)
6. Dari RUANG PENGADAAN anda juga mendapatkan kertas verifikasi yang harus ditandatangani oleh masing-masing petugas di ruangan-ruangan di tiap lantai (perhatikan Gambar 1)
7. Setelah anda menyelesaikan pengunggahan file PDF, silakan menuju ke RUANG KOMPUTER untuk verifikasi file PDF yang telah anda unggah (perhatikan prosedur pembuatan watermark yang anda yang telah saya berikan filenya di atas, karena watermark yang akan dicek berulang-ulang oleh petugas RUANG KOMPUTER, selain kondisi file yang corrupt, error, dll)
8. Lalu lanjutkan perjalanan anda ke lantai 3 perpustakaan menuju RUANG MAJALAH dan RUANG REFERENSI, di sana anda akan bertemu petugas yang cukup ramah dan akan segera memberikan tanda tangan setelah anda menunjukkan KTM.
9. Setelah itu langkahkan kaki anda menuju lantai 4 perpustakaan ke RUANG Ikoma Corner dan satu ruang lagi yang di sana anda akan menemui petugas yang cukup pendiam dan membuat anda canggung. Tapi itu tak jadi masalah, lakukan saja obrolan ringan dengan mereka untuk sekedar mencairkan suasana. Di ruang Ikoma Corner inilah Kartu Anggota Perpustakaan ITS yang pernah anda buat, ditarik kembali oleh petugas.
10. Setelah tanda tangan didapatkan dari lantai 4, pergilah ke lantai 5 menuju RUANG SIRKULASI. Di sini anda akan mendapatkan tanda tangan dan juga stempel di dua orang yang berbeda. Di sini juga anda harus mengisi beberapa data diri sebagai "Calon Wisudawan" di buku tebal sebesar folio bergaris.
11. Akhirnya Surat Keterangan Bebas Pustaka pun anda dapatkan, dan anda harus menyimpannya untuk keperluan yudisium dan wisuda.
12. Anda dipersilakan untuk turun menggunakan lift atau tangga, tapi saran saya jika lift ramai jangan buang waktu anda untuk menunggu, segera turun melalui tangga, itung-itung anda olahraga. Karena saya yakin akibat pengerjaan Tugas Akhir anda sering mengalami hidup yang tidak teratur, makan tak teratur, dan bahkan absen berolah raga selama berbulan-bulan.

Terakhir dari saya, selamat mengerjakan tugas akhir!!!
Semoga sukses :)

#KotakAjaib
Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha
Mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS angkatan 2012

Monday, May 2, 2016

Gap ini Salah Siapa? PENDIDIKAN?

Sudah berlalu sehari lalu rupanya, hari buruh internasional yang memiliki sejarah panjang dari berbagai sudut pandang.
Saya mungkin lupa untuk bercitra dan berucap selamat hari buruh dan semacamnya kemarin, mohon maaf. Akan tetapi di sini saya akan mencoba sedikit memaknai hari tersebut dengan satu peringatan lagi.

Berhubungan dengan satu hari setelah satu Mei, Indonesia juga memiliki peringatan yang tak kalah penting bagi suatu bidang fundamental penyokong pilar di setiap negeri, Pendidikan.

Dua Mei tepatnya, bertepatan dengan hari di mana Ki Hadjar Dewantara terlahir ke dunia. Orang yang namanya besar dengan "Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani" itu menjadi perlambang peringatan Hari Pendidikan Nasional.

Lalu apa kaitannya Mayday dengan dua Mei?
Bukan koneksi secara langsung yang akan saya bahas di sini, melainkan hubungan tak langsung yang menjadi rantai domino dalam membangun peradaban bangsa ini.

Tak jarang orang menganggap bahwa suatu pekerjaan adalah segala-galanya, dengan cara merendahkan pekerjaan yang lain. Sering juga orang salah menganggap bahwa suatu posisi adalah lebih keren daripada posisi yang lain, tanpa memertimbangkan bagaimana peran dari masing posisi tersebut.

Sama, seperti apa yang terjadi pada buruh (eh, selanjutnya akan saya sebut "pekerja" saja ya) di negeri ini.
(harap bersabar jika anda semua para pembaca gelisah karena saya tidak segera membahas hari pendidikan, karena memang tautannya akan ada setelah saya selesai dengan urusan perburuhan dari sudut pandang saya)
Terkadang saya tak habis pikir dengan para pekerja di negeri ini. Banyak dari mereka yang seharusnya bangga dengan posisi yang mereka sandang sekarang.

Karena apa?
Karena tanpa pekerja, sang pemilik modal tak berdaya apa-apa. Sang pemegang saham dan pemilik kebijakan pekerjaan tak bisa berkutik tanpa mereka, pekerja.

Orang-orang yang menjadi poros penggerak perekonomian suatu negara lebih sering mengerdilkan posisi mereka sendiri dengan menganggap dan mengotakkan diri mereka pada level rendahan dan terkesampingkan.

Berbeda dengan sang pemilik modal, atau yang dalam hal ini saya sebut si pemberi kerja. Mereka justru merasa super power dengan apa yang mereka miliki, apa yang mereka kumpulkan, aset aset perusahaan bernilai miliaran bahkan triliunan, dan seakan lupa dengan siapa yang menyokong bisnis mereka, ya, sekali lagi para pekerja.

Ini baru dua ulasan tentang dua posisi berbeda yang saling berhubungan, sudah nampak bukan bagaimana ketidak-sinkron-annya? Ya, nampak jelas, bahkan tanpa ada tulisan ini pun khalayak juga sudah paham posisinya.

Begitulah anggapan masyarakat, tak hanya Indonesia, saya kira masyarakat Internasional yang katanya sudah menerapkan keadilan dan hak asasi manusia di atas segala-galanya pun masih resah dan gundah dengan "gap" semacam itu.

Tahukah anda (termasuk menunjuk ke diri saya sendiri juga kok, tenang saja)?
Bahwa ketidak-sinkron-an semacam itu timbul karena ada kesalahan mendasar yang tertanam sejak kecil dari diri kita.

Mungkin dulu semasa kecil sering kita melihat, atau justru malah mengalami, suatu percakapan di mana seorang ibu mengancam anaknya yang tak mau belajar membaca/berhitung dengan menunjuk-nunjuk seseorang dengan pekerjaan (yang menurut orang tua kita) tak layak sebagai contoh bahwa "jika gagal dan tak pandai akan menjadi seperti mereka".

Itu faktanya...
Itulah mindset awal timbulnya suatu anggapan salah kaprah tentang "gap" si kaya dan si miskin, si pekerja dan si pemberi kerja, dan sebagainya.

Dan disadari atau tidak, masalah ini menjadi masalah serius dalam dunia PENDIDIKAN kita.

Kok orang tua kita, wong guru saja tak jarang menggunakan metode yang sama dalam mendidik murid-muridnya. Katanya mengajarkan kesetaraan dan penghormatan kepada sesama, toh tak jarang juga (meski konteksnya dalam bercanda) para pendidik berujar tentang perbandingan suatu posisi (pekerjaan) dengan posisi lainnya dengan merendahkan salah satunya.

Tak perlu lah saya sebut konkretnya seperti apa, bahkan mungkin pembaca sudah banyak yang paham bagaimana teknis peristiwanya.

Ya di situlah missing link-nya.
Adanya "gap" antarposisi menyebabkan carut marutnya negeri ini. Dan tanpa disadari ternyata hal itu bermula dari fundamental utama dari suatu peradaban, PENDIDIKAN.

Andai sejak awal yang diajarkan pada kita adalah mindset tentang bagaimana pendidikan bukan berguna untuk mengejar posisi dan materi semata, serta bagaimana manusia harus bertahan hidup di masyarakat dengan peran masing-masing yang mereka miliki/dapatkan berdasarkan kapasitas dan kapabilitas mereka, mungkin (saya bilang mungkin lho ya) generasi saat ini bisa lebih pandai bersikap dan menyikapi layaknya sang inisiator ING NGARSA SUNG TULADHA (yang di depan memberikan contoh dan teladan), ING MADYA MANGUN KARSA (yang di tengah memberi semangat), dan TUT WURI HANDAYANI (di belakang memberikan daya kekuatan), Ki Hadjar Dewantara.

Dari tiga semboyan tersebut saja telah nampak jelas, bahwa tak perlu ada pengotakan peran di masyarakat. Karena semua posisi memiliki peran. Tak harus merendahkan satu sama lain ataupun merasa direndahkan, masing-masing dari kita adalah manusia pilihan yang harus menjalankan peran masing-masing.

Karena memang seperti itulah utopia dari kehidupan bermasyarakat yang sempurna.
Selamat HARI BURUH INTERNASIONAL, yang mari kita maknai bersama dengan semangat HARI PENDIDIKAN NASIONAL.

Wanna support???