Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Sunday, December 25, 2011

Makna Semu Tertaut Pemikiran

Membaca, memindai kata - kata,
berbagai media bisa menjadi perantara,
hanya sekedar coretan pena di atas kertas
atau tulisan yang tercetak rapi dengan perangkat.

Semua berawal dari mimpi,
dari sebuah angan yang tak pasti,
ada yang berasal dari sebuah pemikiran sederhana dari seorang pemikir berkualitas,
juga dari sebuah pemikiran kompleks dari sang maestro pemikir sederhana.

Banyak yang beranggapan,
pemikiran seorang maestro pemikir sederhana itu tak ada apa - apanya,
dan pemikiran seorang pemikir berkualitas itu segalanya.
Meskipun salah, tak kan jadi masalah.

Sebuah pola pikir yang salah tentang tulisan,
tulisan hanya sekedar tulisan.
Memiliki hanya satu makna dalam kehidupan,
atau juga memiliki banyak makna dalam berbagai sudut pandang.

Sekilas tampak benar,
tapi itulah kebenaran semu.
Hanya manusia yang menentukan,
bukan dari sebuah kebenaran hakiki sang pencipta.

Tapi kita hanyalah manusia,
bagaimana kita tidak harus mengikuti kebenaran dunia,
jika kita masih hidup di dunia.
yang banyak menyuguhkan realita, fakta, dan cerita, yang tak bisa diterka.

Berpikir kritis dan berusaha untuk dewasa.
mudah memang berkata seperti itu,
mudah juga untuk mengartikannya.
Tapi apakah itu benar?

Perasaan tercampur aduk di dalam sebuah karya tertulis.
maksud dan tujuan tergambar jelas seperti layaknya membaca peta,
dan tampak sebagai tulisan biasa jika tanpa adanya rasa.
dan semua orang tahu itu, serta lebih sering mengklaim tentang hal itu.
Entah itu benar atau salah.

Terkadang sesaat kita merenung dan tenggelam dalam pikiran,
berimajinasi dengan aktif bersama angan,
memikirkan tentang semua yang dapat dijangkau dengan alam pikiran,
bermain - main dengan pintu - pintu semu dalam diri.
Sejenak tertangkap beberapa konsepsi yang kaupun tak tahu kapan itu muncul.
Mata memberikan informasinya pada lorong sempit syaraf pikir.
berjubel hingga harus antri sebelum diolah oleh superior pengatur tubuh.

Berbagai pintu semu terbuka lebar,
dan ada yang tertutup dengan alasan tak berrelasi
tapi apakah pilihan itu benar? Belum tentu,
karena kaulah tuhan di dalam pikiranmu,
jadi pilihanmu adalah selalu benar untuk dirimu.

Feedback yang muncul?
kembali lorong sempit syaraf harus tersiksa ketika dipenuhi bebagai macam informasi,
juga terselip emosi,
karena apa yang telah diolah oleh sang superior tubuh,
tak bisa kau terima begitu saja.

Elakan, alasan, dan juga argumen tentangan
tertuju pada sumber tangkapan kata - kata yang kau terima.
dan itulah kehancuranmu,
kau semakin lemah dihadapannya.
Mengapa demikian?

Karena kau masih ada di dalam satu perspektif pemikiran,
sedangkan seseorang di sana menyuguhkan pandangan baru tentang tantanganmu.
Masih juga tak bisa menerimanya?
Itu semua terserah padamu,
karena pola pikir dan kedewasaan adalah sebuah pilihan.
Apa yang benar menurutmu terkadang benar menurut orang lain,
tapi terkadang juga salah.

Sebenarnya kau akan tahu hal itu,
berdeduksilah, berpikir jauh kebelakang, berpikir masuk ke dalam,
dan berpikir tinggi ke atas ke dalam superior tubuh.
Selami isi pemikiranmu, kembali ke dalam konsepsi umum tentang penciptaanNya,
dan kembalilah pada sebuah pemikiran suci,
tentang kebenaran, dengan ketidakberadaan konflik,
juga tanpa ada pertentangan.
Bukan pertentangan orang lain, tapi dari dirimu sendiri.

Friday, December 16, 2011

Virgo's Story in that Night

Sepasang mata indah tampak sedang memandangi seorang anak laki - laki yang bersandar seorang diri di atas balkon di sudut sekolah.

"Hey, Go! Ngapain sih?" sapa salah seorang temannya yang keluar dari daalam kelas. Hening masih terasa, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Virgo. Sesaat Arfo menunggu jawaban, tapi karena Virgo tetap tak bergeming, ia sadar bahwa kawannya sedang tak ingin diganggu. Ponsel di saku Virgo bergetar memecah lamunannya pagi itu. Dia membaca nama yang tampak di layar ponselnya, "Ai". dan nama itulah yang membuatnya tersenyum untuk pertama kalinya pagi itu.

Tak sengaja Virgo melirik jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 08:00 dan dia sama sekali tak menyadaari bahwa di sampingnya telah duduk beberapa orang teman yang matanya semua tertuju ke tengah lapangan basket. Di mana pertandingan classmeeting sekolah sedang berlangsung. Pertandingan itu tak sedikitpun menariknya untuk keluar dari pikirannya sendiri. "Aku lihat Virgo dari sini.", sebuah sms yang membuatnya untuk membetulkan kacamata dan memfokuskan pandangan ke arah sebuah ruang kelas yang letaknya dua deret tepat di depan ruang guru. Di sana ada seorang gadis berkerudung yang telah cukup lama duduk dan memperhatikan Virgo. Dan Virgo telah menemukan siapa pengirim sms yang membuatnya tersenyum pagi itu. Iza, yang tak lain adalah adik kelas Virgo yang beberapa hari lalu telah berhasil membuat Virgo berani untuk kembali berkomitmen dan mencoba untuk berani mengenal seorang gadis lebih dari sekedar teman dan sahabat lagi, setelah hampir setahun ini dia fokus untuk tidak memberikan kepercayaan hatinya pada siapapun. Pagi ini virgo bermaksud untuk mengajak Iza pergi bersama ke sebuah acara di sekolahnya nanti malam. Semacam acara perayaan hari kemerdekaan.

Mata Virgo kembali melirik ke arah jam tangannya, tepat pukul 11:30 di sudah membulatkan tekad untuk menghampiri Iza ke kelasnya. Tak lama kemudiaan kakinya telah berhasil membawanya untuk berdiri di depan kelas Iza.
"Ai," sapa Virgo pelan
"Ya, kak?" jawab Iza
"Nanti malam aku jemput mau nggak?"
"Hmm, aku sama temenku. Gimana dong?" jawab Iza ragu
Sempat kecewa, tapi Virgo menyadari posisi Iza yang terlanjur berjanji dengan temannya, "Yaudah, tapi waktu acara nanti kita barengan ya, Ai?" lanjut Virgo. Dengan nada menggoda Iza menjawab, "Bareng? Maksudnya?" dan sebelum Virgo sempat menjawab lagi Iza tersenyum dan berbisik ke telinga Virgo, "Iya iya, aku tahu maksudmu, kak!"
Dan Virgo pun membalas dengan senyuman sambil berlalu kembali ke kelasnya untuk mengambil tas. Sebelum pulang Virgo menyempatkan untuk mengirim sms pada Iza, "Sampai ketemu nanti malam ya, Ai! :* "

Sore harinya saat mendirikan stand untuk acara nanti malam, Virgo sengaja datang bersama Arfo untuk membantu teman - teman yang lain. Arfo, sahabat Virgo yang sering menjadikan dirinya sebagai diary berjalan bagi Virgo. Dengan setia mendengarkan cerita - cerita dari kawan sebangkunya itu. Tapi akhir-akhir ini Arfo lebih sering tak mendengar sepatah katapun dari Virgo saat Arfo menanyakan tentang keadaan kehidupan Virgo. Dan Virgo sadar akan hal itu, tapi perasaannya saat itu sedang tak ingin ia ungkapkan dengan siapapun.

Kaos kuning lengan panjang yang melekat di tubuh Virgo telah menjadi resapan keringatnya malam itu saat dia bernyanyi bersama, melompat - lompat bersama, dan bercanda bersama di stand kelasnya. Saat tawanya membuncah bersama teman - temannya itulah ponselnya bergetar, "Katanya mau bareng?". Dan Virgo pun terbelalak saat membaca sms itu. Lalu dia pun segera menuju ke stand kelas Iza.
"Kok bajunya basah?" tanya Iza menggoda
"Iya, maaf habis loncat - loncat di stand."

Tanpa panjang lebar lagi, Virgo segera menggenggam tangan Iza dan membawanya berkeliling ke stand - stand kelas yang lain. Inilah kesempatan Virgo untuk memperkenalkan Iza ke teman - temannya setelah beberapa hari sebelumnya Virgo sering diam merahasiakan tentang Iza dan perasaan hatinya. Bukan hanya perasaan senang yang ia rasakan bersama teman - temannya lah yang membuatnya tertawa malam itu, tetapi juga karena keberadaan gadis yang menggenggam erat tangannya malam itu, yang membuatnya tersenyum bahagia. Hanya harapan "Kisah ini jangan pernah berakhir." yang tersirat dari senyum bahagianya malam itu. Tepat pukul 23:30, kisah Virgo malam itu berujung dengan ucapan salam setelah ia mengantar Iza sampai ke rumahnya. Dan lambaian tangan Iza denagn sebuah pesan "hati - hati, kak!" yang terucap dari bibirnya telah membuat Virgo terkesan akan keindahan kisahnya malam itu.

Sunday, November 27, 2011

Prolog

Siang yang terik,
sekilas tak tampak akan ada hal yang menyenangkan hari ini,
berawal pagi tadi saat aku terbangun pukul 03.30 a.m
membangunkanmu dengan sebuah pesan singkat melalui ponsel,
kubasuh tubuhku seraya mengingat diriMu, sang Khalik
berserah diri dan bersujud, bersimpuh keharibaanMu...
hingga mata ini tak sanggup lagi untuk menahan beratnya rasa kantuk,
hingga waktu menunjukkan pukul 05.30 a.m
kembali aku menghadapMu, dalam sebuah kesakralan fajar.

Tepat pukul 06.55 a.m aku meninggalkan rumah dengan meminjam separuh sayap malaikat,
melaju dengan kecepatan tak kurang dari 50 km/jam
menuju sebuah tempat di mana otakku akan menerima sebuah cabang ilmu,
yang mempelajari tentang segala sesuatu yang tak nampak di dalam penglihatan biasa,
tetapi selalu ada di sekitar kita,
ah, tak begitu penting lah apa itu...
Yang pasti pagi ini aku menimba ilmu,

tepat pukul 09.15 a.m aku pulang dengan sejuta pertanyaan,
apakah yang akan terjadi setelah ini?
sesaat setelah aku usai menjemput seseorang yang lahir dari rahim ibu yang sama, 5 tahun sebelum aku dilahirkan.
setibanya di rumah, aku segera memegang sebuah alat pengaduk,
memutar-mutarnya di atas sebuah adonan,
tak kurang dari satu setengah jam adonan pun berubah menjadi sebuah kue,
kumasukkan ke dalam sebuah kotak, yang akan aku bawa ke suatu tempat setelah ini....

Siang ini entah kenapa tak terasa sepanas biasanya,
meskipun aku mendengar banyak sekali orang mengeluh tentang terik matahari yang menyengat,
jeans biru tua, kaos merah bata dan jacket yang melekat di tubuhku mungkin telah membuatku terlalu nyaman,
tapi apa hanya kerena itu?
sepertinya tidak,
aku melaju dengan kendaraan bermotor dengan kecepatan tak lebih dari 45 km/jam,
khawatir jika kotak yang kubawa akan terkoyak.
Setibanya di sebuah rumah di Jalan Sawunggaling bernomor 77,
aku menghentikan motor,
Kuucap sebuah kata sapaan salam,
tak seorangpun menjawab,
tak berapa lama ada seorang perempuan paruh baya yang keluar dari pintu samping rumah,
kuucapkan salam sekali lagi,
tampak dari wajahnya bahwa kedatanganku seperti seorang tamu yang sudah tak asing lagi berkunjung,
maklum saja, salah satu penghuninya adalah seorang gadis yang telah berhasil membuat perasaanku tak menentu,
Pintu utama terbuka,
aku yang memang dipersilakan, segera duduk di ruangan di mana biasanya aku selalu berada saat berkunjung ke rumah itu,
Aku menunggu, sedikit bosan memang...
Tapi dari dalam muncul seorang wanita tua yang menyapaku dengan ramah,
dan bahkan menawariku untuk berkunjung ke rumahnya,
karena cucunya, gadis yang menjadi alasan aku berkunjung ke rumah itu, sedang berada di sana.
sebentar setelah itu, kau pun keluar...
Berbalut kaos bergaris hitam putih, jeans biru gelap dan kerudung abu - abu,
kau terlihat menawan, dan senyummu pun menghiasi wajah manis yang kau miliki,
Ah, terlalu memuji nanti kau kira aku menggombal,
Tanpa basa - basi, kau duduk tepat di sudut 45 derajat dari pandangan di temppat dudukku,
persis seperti apa yang kau lakukan setiap kali aku berkunjung ke rumahmu,
Dan hening berhasil membuka pembicaraan antara aku dan kamu,
tentang cabang ilmu yang pagi tadi aku pelajari, tetapi dengan jenjang yang berbeda,
kau bilang sulit, memang benar, untuk jenjang yang kau jalani, itu sulit.
Tapi kucoba menjelaskannya padamu, entah itu berguna atau tidak,
dan tiba - tiba aku teringat tentang bahan pembicaraan sebuah pesan singkat dari orang asing yang berada di dalam inbox ponselku,

Kuperlihatkan padamu, kau pun tersenyum...
Aku ikut senyum, karena dengan memandangmu tersenyum saja aku merasa senang berada di sisimu,
kau berlanjut dengan memandang seorang gadis yang terpampang di walpaper ponsel yang kau pegang,
yang tak lain adalah foto dirimu sendiri,
kau memintaku untuk menggantinya,
dan aku menolak, karena itulah salah satu motivasi terbesarku,
canda, tawa, hening, dan saling pandang,
mewarnai momen itu,
kau tak secanggung sebelumnya ketika kita beradu pandang,
kulihat senyum manis di wajahmu,

Tanpa terasa adzan Dhuhur pun memecah keheningan yang terjadi,
aku kembali didaulat sebagai imam oleh ibumu,
sujudku padaNya di sana seraya membawaku pada sebuah do'a,
agar aku dapat merasakan momen ini kelak,
bersamamu, bersama anak - anak kita,
di dalam sebuah keluarga...
Dan setelah sejenak aku memanjatkan doa tentang masa depanku, dan tentang kita,
aku kembali ke ruangan di mana kita berada tadi,
Kau kembali dengan hening dan senyuman,
dan aku pun yang harus memulai tentang pembahasan terakhir yang menjadi topik sebelumnya
tak lama setelahnya, ibumu memanggil untuk menyediakan hidangan makan siang yang diperuntukkan untuk kita,
Seperti layaknya candle light dinner, hanya saja ini lunch...
kau duduk tepat di depanku, terkadang saling pandang,
dan terkadang juga terpaku dalam lamunan,
di ruang makan di dalam rumahmu,

Tak usah terlalu banyak diceritakan,
mungkin akan lama jika semuanya tertulis secara detail,
dan mungkin juga membosankan,
Pembicaraan dan canda tawa itu kembali menenggelamkanku di dalam sebuah momen indah,
hari ini,
bersamamu,
halus tanganmu dan jari jemarimu, senyummu, suaramu, juga canda tawa kita,
mungkin hanya akan terjadi hari ini,
tapi rasaku, tak akan berpaling,
darimu...
Jika kau tetap seperti ini, tetap menjadi malaikat kecilku,
malaikat misterius yang membuat jantungku berdetak saat kutatap mata indahmu,
Karena kepercayaan dan kesetiaan akan mendasari setiap hubungan,
kuharap aku dan kamu menjadi simbol keduanya,

"Aku akan kembali, di saat di mana kau mau menungguku hingga saat aku kembali nanti"
My mysterious cute Angel
^^

Thursday, October 6, 2011

Tentang Kita

Rasa indah itu kita jalin bersama,
dalam sebuah atmosfer penuh canda tawa,
Persaingan, persahabatan, permusuhan,
juga perasaan cinta yang pernah ada,
semua tertaut dalam imaji.

Tak banyak waktu yang kita lewati,
kurang dari 24 bulan kita bersama.
Itu bukan waktu yang singkat untuk dilupakan,
bukan pula waktu yang lama untuk bisa selalu terkenang.

Awalnya kau tak tahu siapa aku,
begitupun aku, tak pernah terpikir akan bertemu denganmu,
kita hanya bertemu di sebuah ruangan,
di sudut timur laut bangunan ini,

Di sanalah kita memulai sebuah hubungan,
yang mungkin hanya hati kita yang mampu merasakan,
jika memang logika tak ingin meng’iya’kan.

Terkadang gengsi dan sombong tak ingin mengalah,
dari sebersit perasaan sayang yang tertoreh di dalam hati,
juga rasa peduli dan saling memiliki,

Di bawah naungan atap sebelas ipa empat,
kita mencoba untuk saling mengenal,
saling menyelam ke dalam setiap karakteristik,
beradaptasi di dalam sifat masing – masing,
saling menjaga satu sama lain,

Mungkin banyak yang masih meragukan itu semua,
rasa malu untuk mengakui dan meyakini,
bahwa aku merasakannya,
bahwa kau merasakannya,
bahwa dia merasakannya,
dan bahwa kita semua merasakannya…

Perasaan satu,
kebersamaan di dalam setiap perbedaan, di dalam setiap ketidaksamaan.
Kebersamaan yang tak biasa, yang istimewa,
kebersamaan dalam resonansi kebahagiaan,
kebersamaan dalam gaung kesedihan.

Dulu kita pernah membuat kesan yang tak mudah dilupakan,
dengan awal sebuah kenakalan, dan ketidakpatuhan,
tapi kita tetap bersama, dan itulah yang menjadi identitas kita.

Hanya seperti itukah “kita”?
Tidak…
Tak jarang kita mendapatkan pujian,
dan bahkan penghargaan atas torehan prestasi,
yang mungkin, tak dimiliki oleh mereka,
yang bukan ipa empat.

Inilah akhirnya,
kita bukan lagi sebelas ipa empat,
kini hanyalah tinggal masalah waktu,
ingin kita hitung mundur, kita tak tahu pasti kapan akan berakhir,
di jenjang ini kita masih berwajah sama, memegang identitas yang sama,
hanya tingkatan yang membedakan.

Dua belas ipa empat,
kita masih di sini,
di sebuah komunitas unik yang dipertemukan setahun lalu,
yang beberapa bulan lagi akan berjuang bersama,
bukan hanya untuk masa depan kita,
tapi juga untuk kelangsungan prestisius sebuah instansi,
SMA Negeri Satu Bojonegoro.

Hanya sampai di sinikah persaudaraan kita??
…..
Akuilah kawan, kita saling mengenang,
sisa – sisa kenangan SMA kita ini,
bukan hanya akan hilang dari memori kalian.

Inilah awal mula kita,
dari sini kita memulai sebuah tujuan,
terjatuh, tertatih, dan berlari dalam sebuah kebersamaan,
di sinilah awal dari sebuah kepakan sayap kupu – kupu,
masa ini akan jadi satu – satunya masa indah yang pernah kita alami,

tapi semuanya tak akan terus begini,
ada masa yang harus berganti,
kembali di dalam zona turbulensi menuju fase sinkronisasi pemikiran,
sebuah kedewasaan,
yang nantinya akan membawa kita ke jenjang yang lebih tinggi,
universitas…

Di sini kita bertemu, dari sini pula nantinya kita akan berpisah.
Dan mungkin raga kita memang berpisah,
tapi ingatlah kawan,
sampai kapanpun kita adalah satu,
kita pernah menjadi saudara, kita pernah menjadi bagian di dalam sebuah komunitas unik,
dari sekolah ini,

IPA EMPAT…
Kita tertawa, kita bercanda, kita bersuka ria,
meski terkadang air mata tak mampu terbendung,
aku mohon kawan, kenanglah persaudaraan kita…
Selamanya!

Friday, September 2, 2011

Dari "tak hingga" menuju "nol"

Satu, dua, tiga, empat...
semuanya tak ada akhirnya,
hanya kumpulan huruf - huruf yang menjadi kata,
yang kita sebut angka,
yang hingga detik ini pun, tak ada yang tahu berapa ambang atasnya,
"tak hingga"
itu yang mereka sebut akhir,
dan itulah acuannya,

beberapa jam yang lalu takbir berkumandang,
entah sudah berapa bulan kita merindukannya,
atau sudah berapa kali kita melupakannya,
moment itu tak berhenti pada takbir pada lisan,
karena "hati" ikut berucap,
perasaan haru,
introspeksi diri,
refleksi pribadi,
tentang kesalahan, dosa dan juga lisan yang tak terjaga,

Lalu apa hubungannya dengan angka?
mengapa prolognya nominal angka - angka?
Itu semua simbol,
bukan angkanya yang akan menjadi kajian,
tapi "tak hingga"
Dosa kita, kesalahan - kesalahan kita, keteledoran kita,
semuanya tak akan pernah berakhir pada suatu nominal tertentu,
karena kita tak akan pernah mampu menghitungnya,
Atid yang mencatatpun,
kita tak tahu bahwa yang kita lakukan itu adalah sebuah dosa,
itu semua menjadi ambigu,
dan hanya ada satu penyelesaian dari semuanya,

Memohon maaf saja belum cukup,
jika hati kita masih tersiratkan noda,
"maaf" pada lisan, yang tak sampai pada hati,
akan menjadi garam yang dengan sengaja disebar di tengah samudera,
tetapi "maaf" yang tak terucap pun,
akan menjadi indah saat hati ikut meng"amin"kan...

Tapi alangkah baiknya,
jika "nol" ikut meramaikan hati kita,
saat "nol" berhasil menguasai hati kita,
ketika "nol" mampu menyederhanakan kompleksnya kesombongan kita,
Itulah yang sebenar - benarnya "maaf"
Lisan, pikiran, perasaan (hati), juga tingkah laku...
itulah yang sering terlupa dari manusia,
keseimbangan 4 elemen kehidupan...
Karena saat lisaan yang berdosa, semuanya ikut tersakiti,
dan tak cukup hanya dihapus dengan lisan,
ketika pikiran dan perasaan yang berdosa, semuanya akan meradang,
tak ada yang tentram,
semua terusik, dan itu semua akan tervisualisasi dengan lebih dahsyat,
juga tak cukup hanya melalui perasaan dan pikiran saja yang bergumam "maaf"
saat tingkah laku berujung dosa,
maka tak hanya tingkah laku saja yang harus menghapusnya,
semua terlibat,

It's complicated,
terlalu rumit memang,
Jadi alangkah baiknya, di moment sederhana nan istimewa ini,
Segalanya berawal ketulusan menuju keikhlasan,
dengan segala ucapan kata "maaf"
Bagaimanapun cara dan bentuknya.

Friday, August 19, 2011

Hembusan Nafas Pertama

semua berjalan biasa, tak ada yang berubah,
hanya satu dua patah kata,
terkirim dan terbaca,
semuanya hanya seperti biasanya,

sepertinya "filosofi pasir" yang pernah kutulis akan berguna,
tak hanya dalam hal cinta,
tapi dalam hidup, apapun itu...
tak banyak yang bisa dinikmati hari ini,
tapi kita buktikan saja nanti,
saat semua yang merasakan senang kali ini,
berbalik menjadi tangis di kemudian hari,

dan peluh yang menetes detik ini,
akan jadi benih kebahagiaan yang kita tuai nanti,
boleh saja bersenang dulu,
tapi ingatlah konsekuensinya,
jangan terlalu berlebihan,
karena ini dunia nyata, bukan cerita....

Hidup bukan sekedar hari ini,
masih ada masa depan yang harus dijalani,
jalur takdirNya yang belum kita ketahui,
akan menanjak, turun dengan curam, atau bergelombang penuh rintang...
halangan dan dinding tinggi, terhampar...
rumput hijau nan indah pun tersebar,

Tak akan selalu bersusah,
dan tak akan pula selalu menyenangkan,
ini benar - benar kehidupan,
bukan dongeng yang nantinya berhenti saat sang tokoh mengakhiri hidup meregang nyawa mengenaskan,
atau sang tokoh menikah dan hidup bahagia selamanya, "Life happily ever after"
tak hanya terdiri dari happy ending ataupun sad ending,
semuanya bisa terjadi,

itu hanya pendapat,
tapi memang benar terjadi di hidupku,
tak hanya sekedar bahagia sesaat, yang diharapkan,
juga butuh linangan air mata sejenak untuk mengingat kerasnya hidup,
agar usaha tak terkesan sia - sia tanpa pengorbanan,

bertajuk "kehidupan"
tak harus menceritakan tentang sejarah,
bisa juga tentang arti kehidupan,
makna nyawa yang Dia tiupkan ke dalam jasad hina ini,
juga kiasan - kiasan yang memberikan warna kehidupan,
juga agar kehidupan tidak terkesan stagnan dan kelabu,
hanya terdiri dari hitam putih warna baik dan buruk,
karena tak sedikit pula tercemar kemunafikan,

itulah hidup, cerita tentang khalifah - khalifah anak cucu Adam penghuni alam fana,
Bumi...
Yang terkadang mencari arti hidup dengan berbagai macam cara,
dari pemikiran hingga kiasan sajak, syair daan kata - kata...
terperinci dalam setiap detik denyut nadi yang tertanam dalam tubuh,
setiap insan yang masih menghembuskan nafas irama kehidupan...

Tuesday, August 16, 2011

Pantulan Masa Lalu (A.L's History)

Sebuah nama yang tidak biasa,
yang sampai saat ini pun kau tak tahu maknanya,
dipersingkat dengan 2 huruf unik berbatas titik...
3 tahun lalu pernah jadi inspirasimu...

hingga saatnya tiba,
kau tak tahu keberadaanya,
1 tahun tak cukup waktu untuk memburunya lagi,
sahabat dunia maya,
kau kehilangan inspirasi,
dan semuanya berawal,

Kau berusaha memvisualisasikannya ke dalam sebuah nama,
di diary elektronikmu, juga di account jejaring sosial...
Tak terhitung yang mencela apa artinya,
terserah, mereka punya hak...
Tapi bagimu itu sangat berarti,

Karena dia yang memberikanmu identitas itu,
P.T.I
Itulah inisial nama yang akhirnya kau pilih,
Terpampang jelas di sebuah header dalam suatu diary elektronik,
berisi sajak dan syair,
yang mungkin jika seorang sastrawan membacanya,
sering terdengar tawaan dan cibiran...
Karena memang lebih banyak tak bermakna,

A.L
Kini kembali kautemukan nama itu,
lebih tepatnya inisial dari nama seseorang yang kautemui saat ini,
yang awalnya hanya membuatmu penasaran,
bingung dengan kata - kata singkat yang ambigu,
yang terkirim ke inbox ponselmu,

Hanya perkenalan singkat,
tapi sepertinya dia berbeda,
tak banyak yang bisa kaukatakan,
hanya bisa mengenang sosok inspirator,
sahabat dunia maya yang telah tiada 3 tahun lalu,

Yang kini.
tergantikan dengan sosok yang baru,
bukan berarti A.L yang sekarang menjadi penggantinya,
hanya saja, kembali menjadi inspirator,
yang bukan berarti, kau harus menanggalkan "T dan I" yang ada di inisial paling belakang dari namamu,
Itu tetap menjadi kajian,
tetapi menjadi gayamu,
ciri khas dari karya - karya sederhana milikmu,


P.T.I

Sunday, August 14, 2011

Cerita di Depan Cermin

Bangunan mungil berwarna cerah,
terletak di sebuah pinggiran kota kecil...

Agak jauh dari keramaian,
butuh waktu 10 sampai 15 menit untuk merasakannya...
Seseorang duduk termenung di salah satu ruangan di rumah itu,
memandangi laptop yang mengalunkan lagu - lagu pop akustik favoritnya,

hanya ada kau sendiri di sana,
bukan di dalam ruangan itu, tetapi di dalam rumah itu...

Waktu menunjukkan pukul 12:34 WIB
kau teringat akan lantunan adzan yang terdengar samar di sela - sela alunan lagu dari laptopmu tadi,
tak lama kau telah berada di dalam ruangan kecil dengan bak mandi penuh dengan air,
di sana kau basuh tubuhmu seraya bergumam niat...
kain yang kau pakai dan sajadah yang kau buka menandakan kau sedang rindu padaNya,

tak berapa lama sujudmu berakhir dengan salam terakhir,
kembali mengurung diri dalam ruangan berdinding putih yang belum terlapisi cat,
di sana kau duduk bersila diatas kasur dengan pakaian berserakan diatasnya,
sebuah printer berwarna hitam hening tak bergerak di samping kirimu,
hanya terdengar alunan lagu - lagu dari laptop dan sesekali terdengan suara jemari mengetikkan sesuatu,

beberapa kalimat yang kau pikirkan tak ingin berlama - lama di dalam pikiran,
jemarimu telah membuatnya nyata,
tergambar jelas dan terbaca indah...
di sebuah diary elektronik kau mengatur skenario,
menuangkan pemikiran demi pemikiran.
Yang khas kau miliki,
tanpa ada aturan yang pasti,
ataupun sesuatu yang membatasi,

Di dalam kesendirian,
kau mulai berpikir tentang tanggung jawab,
di dalam kesendirian kau membayangkan sesuatu tentang masa depan,

tiba - tiba sebuah nada pesan dalam mode getar berbunyi,
kaulihat nama yang muncul,
A.L.
Sebuah nama yang baru - baru ini telah berhasil membuat pikiranmu kacau,
membuatmu tak sabar menunggu setiap balasan pesan darinya,
meskipun hanya berupa 2 atau 3 kata,
mungkin terkesan singkat,
tapi bagimu itu misterius,
seorang wanita unik yang memberikan harapan serta semangat baru bagimu...

Sudah terlalu banyak deskripsi tentangnya...
tak berapa lama berbagai macam pesanmu telah berhasil kau kirim padanya,
kau kembali termenung,
memikirkan kehidupan,
melalui pemikiran yang menerawang jauh,

sekali lagi kau mengetikkan beberapa kata pada keyboard laptop.
tak ada yang istimewa,
hanya setelah itu sebuah nada panggil berbunyi dari ponselmu,
hanya sebuah telepon dari ibumu yang memang sedang tidak dirumah,
pergi bersama ayah dan kakakmu,
di panggilan itu kau menerima beberapa pesan tentang rumah,
dan terputus,
setelah panggilan itu terputus kau lakukan apa yang beliau pesankan,

Tapi kembali lagi kau dalam kesendirian,
bukan rasa takut atau bosan,
hanya saja perasaan galau, bingung, gundah...
entah apalah namanya,
kau hanya terus saja menuangkan skenario - skenario gilamu ke dalam diary elektronik...

Memang tak banyak pesan yang bisa kau bubuhkan,
hanya cerita tentang dirimu yang sedang sendiri,
termenung, bertukar pesan dengannya, menerima pesan dari ibumu,
juga dirimu yang sedang gundah dalam kesendirian dan menuangkannya di dalam diary elektronikmu...
terkesan tak penting memang,

tapi cukup menarik untuk mengisi hari - hari yang sedang sepi,
dan berbagi kisah dengan yang lain...

Saturday, August 13, 2011

Skenario Kelahiran dan Kehidupan

awalnya hanya satu,
terlahir dari dua keluarga yang berbeda...

dua anak manusia,
terkadang juga terlahir di belahan dunia yang berbeda,
dengan jenis yang berbeda,
kita tak akan pernah tahu,
di mana, kapan dan bagaimana mereka bertemu,
yang pasti semuanya telah diatur di dalam skenario keagungan penciptaanNya,

seorang pria gagah yang hari ini masih menjadi seorang bayi yang baru dilahirkan,
tak akan tahu seperti apa wujudnya dulu,
dan bagaimana kelanjutan hidupnya di masa depan,
semua hanya berjalan semestinya,

seorang wanita cantik yang detik ini baru saja membuka matanya dan melihat dunia,
tak pernah mengerti menjadi apakah dia sebelum terlahir,
lalu jadi seperti apa dia di masa depan...
dan semuanya hanya mengalir begitu saja,

hingga suatu masa,
menemukan jalannya,
Dia mempertemukan mereka di dalam sebuah takdir,
yang tak ada seorangpun pernah bisa meramalkannya...
terkadang dari sebuah pertemuan sederhana,
atau hanya dengan sebuah tatapan mata,
pertemuan dua hati tak pernah bisa di duga,
hanya Dia yang tahu prosesi pertalian perasaan itu,

sampai tibalah saatnya mereka bersatu,
di bawah naungan janji suci yang terucap,
saat itu hanya perasaan senang yang akan mereka rasakan,
tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,

yang mereka pikirkan hanyalah sebuah rencana,
yang memungkinkan bertambahnya kebahagiaan mereka di masa yang akan datang,
hari - hari berlalu seperti biasa,
malam pertama mereka berjalan biasa,
tak perlu tergambar dengan jelas bagaimana kisahnya,
hanya saat hal itu tiba,

saat di mana berjuta - juta sel sperma yang saling berlomba meraih takdir mereka,
dan satu sel telur telah menunggu untuk menyematkan satu tahta persatuan,
atau bahkan dua, atau bahkan tiga,
Ah... semua tak akan pernah berhenti jika kita memikirkannya,
yang akan aku kiaskan hanyalah satu...
proses pertemuan kedua sel yang terkesan singkat jika kita melihat dari sudut pandang masa lampau,

hingga diferensiasi terjadi,
tangan - tangan mungil, hidung kecil yang terbentuk,
semuanya terlihat begitu biasa,
tak ada yang istimewa,
hanya saja, ketika saatnya tiba...
satu pemikiran yang muncul,
"akankah embrio ini akan mengulang sejarah ayah atau ibunya?"
sekali lagi tak akan ada yang tahu...

Mungkin saja, ketika bayi ini kelak menjadi seorang pejantan,
hanya kembali mengulang jalan ceritaNya untuk menemukan belahan jiwanya,
seorang wanita yang akan menemani hari tua hingga akhir hayatnya,
Atau jika bayi ini kelak menjadi seorang wanita,
hanya akan kembali mengulang skenario yang Dia buat,
untuk kembali menjadi hawa bagi adamnya...

Sebuah cerita unik dariNya...

Friday, August 12, 2011

Konsepsi Badai

angin berlari dengan sombong memamerkan kekuatan,
hujan yang turun pun seolah mengetahui tentangnya,
mereka berkejaran saling mendahului untuk tiba di bumi,
berbeda dengan awan, yang berarak berkumpul menyambutnya,
bukan awan putih ramah yang menyapa,
melainkan awan hitam tebal dengan tumpukan uap air yang menggembung di bagian lekuk tubuh,
menjadi pertanda suatu peristiwa akan terjadi,

kilat dan petir menampakkan dirinya,
berjalan - jalan sore dengan riang gembira...
sesekali angin menghampiri mereka...

lautan mulai cemas dan gundah,
ombak pun berlarian menghindari angin yang mengejarnya...
Pohon - pohon dan semak seolah tak melawan,
tanah masih tetap hening, tak berkata...

Matahari senja tak lagi menampakkan indahnya mega merah,
sinarnya telah tertutup saudara kembar awan hitam, mendung...
anak - anak hujan telah turun mendahului,
dan sekarang saatnya orang tua mereka yang turun ke bumi,
awan semakin lebar membuka gerbang pelarian sang hujan,
seolah tak tahan menahan hentakan ketakutan mereka semua...

hanya angin, yang tak pernah bosan jika saat - saat seperti ini datang...
Tornado, angin puyuh, angin topan, atau apalah namanya,
mereka keluar berjalan - jalan dengan lenggak lenggok khas yang biasa mereka tunjukkan,

dan lagi, kilat dan petir bergantian saling melempar senyum,
melangkah di sela - sela tekanan udara di atas awan,
memperlihatkan betapa senangnya mereka,
karena tugasnya di dunia telah dimulai,

pelangi yang sedih melihat semuanya terjadi tak lagi tersenyum lebar penuh warna,
dia hanya mampu bersembunyi di balik awan bersama kilau cahaya matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat...

Ombak lautan sudah mulai tak sabar dengan cambukan sang tornado,
mereka ingin melawan,
hingga perang pun dimulai,
air hujan yang tak ingin lagi melakukan pembelaan pada kesombongan langit,
melakukan terjun bebas dengan segenap tenaga mereka,
bersatu dengan ombak untuk memanjat tubuh tornado,
pusaran perang besar terjadi,
Lautan merintih...
Anak mereka tak dapat mengendalikan diri,
"Ombakku sayang, janganlah kau lakukan itu nak..."
Namun, suara rintihan sang laut telah
terkalahkan oleh tawa kilat dan petir serta bisiikan angin yang tak ingin melewatkan perang besar ini,
seolah mereka sedang menyaksikan tontonan yang benar - benar seru,

Matahari tak mampu lagi melihatnya,
pergilah dia ke belahan bumi yang lain untuk mengadu,
mengadu pada sang khalik,
tentang apa yang terjadi di separuh bagian bumi,
Tapi tuhan tak menjawab aduan matahari,
isak tangis pelangi tak lagi menjadi pertimbangan bulan untuk mau menampakkan diri...

Sang malam pun tiba, mengatakan selamat tidur pada siang,
dia memanggil bulan dan bintang - bintang,
tapi tak ada satupun dari mereka yang mau muncul,

Keadaan bumi dan langit masih sama,
belum bisa berdamai dari perseteruan mereka saat itu,

Sekarang bukan kiasan yang terjadi,
tetapi kenyataan,
Manusia menjadi korban,
Laut tak mampu menangis lagi,
saat tanah masih hening,

dan bumi pun tak hanya berdiam diri,
dia marah,
Bumi membangunkan tanahnya,
"Wahai tanah, hentikanlah keadaan ini,"
Tetapi tanah tak mampu berbuat apa - apa,
lalu bumi berteriak pada lautan,
"Lautan anakku, mengapa kau membiarkan anakmu meluapkan kemarahannya pada tornado? Bukankah biasanya kau bisa meredam itu semua..."
Tapi sekali lagi lautan hanya mampu marah dan tak berbuat apa - apa...

Lalu sebuah cahaya suci muncul,
merasuk ke dalam pusaran antara tornado dan ombak...
Memisahkan mereka berdua,
seakan tak ingin mengakhiri itu semua,
mereka merajuk, berteriak, meronta...
Tak rela jika pertarungan ini tak ada hasilnya,
tak ada pemenangnya,

Tapi apa kata cahaya suci itu,
"Aku bukan benda - benda pelengkap bumi seperti kalian, tapi aku makhluk ciptaanNya,
Aku diperintahkan untuk melerai kalian,
tak sadarkah, apa yang sudah kalian perbuat pada bumi?"
Rintihan ombak semakin nyaring,
"Aku tak memulainya," dan merangkak turun ke dalam pelukan lautan
Tornado tak berkata apa - apa lagi,
dia hanya mampu melepaskan bisikan bagi sang angin untuk segera pergi bersamanya...
Malam telah bosan menyaksikan bumi kala itu,
Dia ingin segera tidur,
Bulan dan bintang - bintang yang tak ingin muncul saat itu, memutuskan untuk terlelap lebih cepat,

Pagi menyapa,
lautan berhenti menangis, bumi tetap hening, pohon - pohon dan semak tak lagi bergerak,
tornado telah kembali ke peraduan tidur panjangnya,
awan hitam telah melepaskan masa kelamnya,
awan putih kembali menyapa...
Matahari yang cerah mengarahkan sinar terangnya menuju bumi lagi,
dan si kecil pelangi muncul dan tertawa lagi bersama uap air yang kembali ke rumah singgahnya,
berjalan pelan naik untuk tidur dan menunggu metamorfosis dirinya mejadi hujan kembali...

Cahaya suci menghilang,
seraya tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal...

Tuhan telah menghentikan permainan yang ia ciptakan,
skenarionya berjalan sempurna,
hingga tak ada satupun yang menyadari,
bahwa cahaya suci yang muncul adalah malaikat,
yang sengaja Tuhan kirimkan untuk mengembalikan keseimbangan perdamaian di bumi...

Tak bisa dipercaya,
Kaulah sang badai...

Monday, August 8, 2011

Cinta dan Tuhan

satu kekuatan,
dengan sebuah dorongan yang menakjubkan...
bersatu dalam nafas setiap manusia,
yang terkadang tak mereka sadari.
Banyak yang terukir dalam hati mereka,
tapi hanya sedikit yang mereka resapi dengan logika,
membutakan diri sendiri dengan dalih perasaan...
Yang sangat tidak bijaksana jika mereka lanjutkan,

Tapi sekuat apapun pengendalian diri,
hati tetap tak terkendali,
melahirkan nafsu dan sebuah pemikiran dangkal,
yang tak jarang berujung pada kekecewaan...

Memang benar, hati dapat merasakan,
tapi hati yang mana?
yang berada di dalam rongga dada manusiakah?
bukan,
itu hanyalah organ lain...
tak berguna dalam hal analisa hidup!

pikiranlah yang mengambil bagian dari semuanya,
dari mulai hal negatif hingga hal positif yang menimpa kehidupan kita,
itu semua keputusan pikiran...
juga masalah perasaan,
pikiran pula lah yang mengatur...

Serotonin yang dihasilkan tubuh pun,
otak yang memerintahkan,
Rasa bahagia saat merasakan dampaknya pun,
pikiran yang merasakan,

Jadi benar - benar tidak bijaksana seorang manusia yang tak sempurna ini,
menyalahkan kesempurnaan rasa yang Dia berikan,
dan mengambinghitamkannya dengan berjuta alasan...
"Cinta itu buta." "Cinta tak kenal dimensi kehidupan."
Dan dalih - dalih yang lainnya,

Karena semua yang dirasakan, seharusnya telah mereka analisa..
dengan matang dan penuh pertimbangan,
dengan bantuan sang malaikat di dalam dirinya, pemikiran dan logika.
Tapi,
sekali lagi seekor setan telah berhasil memperdaya mereka dengan nafsu yang ia munculkan...

Dia telah memberikan jalan bagi manusia,
tak ada satupun yang luput dari tujuan penciptaan sang khalifah bumi ini,
Semua telah teratur rapi di dalam qodarNya,
tak perlu yakin dengan apa yang sedang dirasakan,
dan tak perlu sepenuhnya sayang dengan seseorang yang dekat,
karena semuanya itu bukan kehendak kita,

Bahkan, rasa sayang manusia yang muncul saat ini,
belum tentu akan Dia biarkan untuk berlanjut di masa depan,
karena garis - garis takdirNya sudah jelas,
dan tak perlu dan tak pantas dipertanyakan,

Kesempurnaan yang luar biasa...

Saturday, August 6, 2011

Kelahiran Sebuah Jiwa

Sebuah jiwa baru telah terlahir,
jiwa yang tersadar dari sebuah ketidaksadaran qalbu yang terlalu lama,
buta tentang sesuatu yang seharusnya tak terpikir untuk terlupakan,
sebuah penuntun kehidupan,
tersusun rapi dalam kata - kata paling indah,
paling sempurna...

Jiwa itu terlahir melalui sebuah tangisan suci,
dari seseorang dengan embrio kesadaran barunya,
yang sebenarnya dulu telah ia ciptakan...
Sebuah tangga menuju jalan Illahi,
dan telah ia lapukkan sendiri,
hingga tak kuasa untuk menahan dosa - dosa yang baru ia sadari hari ini...

bukan apa - apa, hanya saja...
perasaan malu tentang sesuatu hal itulah yang membuatnya tak ingin mencurahkan isi hati padanya lagi,
tak mau menyentuh fisik indahnya lagi,
dan tak kuasa untuk menentukan sesuatu yang berasal darinya...

tapi kali ini,
tetesan air mata suci itu lah yang mungkin membuatnya sadar,
tentang pentingnya penuntun hidup,
sebuah uraian akan kehidupan,
baik yang ada di alam fana' ini,
maupun di akhirat nanti...

dimulainya dari sebuah titik awal yang baru,
ia mundurkan langkahnya hampir 25 tingkat...
Untuk menebus kesalahannya saat meruntuhkan jalannya sendiri,
jalan yang telah ia arahkan pada sebuah tujuan akhir kehidupan,
kenikmatan surgawi nan hakiki,
yang telah ia mulai sejak dosa - dosanya masih menjadi tanggung jawab orang tuanya,
hingga saatnya tiba,

kali ini dia mencoba untuk kembali merasakan,
melakukan, apa yang tidak ia lakukan di masa setelah itu semua berakhir...
dengan penuh harapan,
dan sebuah keikhlasan,
di bulan penuh keridha'anNya inilah dia memulai kembali...
Sebuah perjalanan baru,
yang telah ditempuhnya,
dan ingin ia perbaiki kembali,
setapak yang sebelumnya telah rapi nan indah,
tak terkoyak setelahnya...

Sungguh sebuah kenikmatan besar,
jika petunjuk itu langsung diberikan olehNya...

Subhanallah!!!

Friday, August 5, 2011

Serpihan Cerita Hidup

Terlalu banyak yang dipikirkan,
terlalu pelik masalah yang ada,

seorang anak lelaki duduk di sebuah ruangan dengan lampu yang padam,
tertegun dalam lamunan panjang dalam pikirannya sendiri,
tak jarang pula ia menolehkan kepalanya ke arah yang tak tentu entah mana tujuannya...

Sebuah kalimat - kalimat penuh makna terlontar dari mulutnya,
disusul dengan sebuah pendapat dari seseorang entah siapa di sana,
duduk bersila tepat di depannya, seorang pria dengan siluet fisik tubuh yang kekar di atas kursi.

Tak tahu kapan moment itu dimulai,
perdebatan,
penyanggahan,
ketidaksamaan persepsi,
perbedaan paradigma,
juga rentang usia yang berbeda tidak menyurutkan nyali dari anak tersebut.

Banyak sekali kata - kata yang mampu ia petik dari pembicaraannya pagi itu.
Dari mulai pengalaman hidup sang bapak,
hingga sebuah pengakuan tentang sudut pandang orang tua yang sampai saat ini orang muda sulit untuk memahaminya,
Sebuah wawasan baru sang bapak tentang kehidupan,
seakan mengembalikannya ke dalam sebuah pembicaraan dan penerawangan pikiran yang jauh...
dan hampir tak bertepi,

Itulah hidup,
meskipun semuanya telah terkuak,
seakan tak ada satupun sekat yang menutupinya,
tapi tirai kabut rahasia hati seorang bapak yang tidak dapat ia ungkapkan secara langsung,
dan hanya mampu menyiratkan pesannya melalui sebuah signal pengakuan,
dan ketidaknyamanan tentang sesuatu,
emosi dan kemarahannya yang dulu...
Bukanlah sesuatu yang  terjadi begitu saja,
semuanya mengalami transformasi dan peralihan yang tidak gampang,
semuanya berlangsung lama, hampir satu setengah generasi.

Itu berlangsung secara terus - menerus,
hingga saatnya tiba,
seorang anak lelaki mampu menyelam ke dalam lautan perasaan seorang bapak...
Seseorang yang telah membesarkannya hingga tibalah saatnya,
kini dia tak akan mendapatkan sesuatu dari sang bapak,
melainkan mencari apa yang beliau tak dapat ungkapkan secara verbal,
sebuah pemikiran parsial dan tak pernah terungkap,
dari sebuah perasaan yang tersirat dari kata - kata dan tindakan...

Itu semua berawal dari pembicaraan tentang apa yang telah terjadi,
sebelum semuanya berubah, sebelum sang bapak berubah...
Tapi kini semua berubah,
Beliau menjadi orang yang dapat menerima sesuatu dengan logika,
bukan hanya analisa dangkal dan emosi semata...

Seluas - luas apapun hati terbuka,
tetap ada satu sisi memori yang harus tersembunyi,
terpatri dalam angan sebuah harapan akan ketidakmunculan ingatan itu...
rasa takut akan emosinya yang memuncak dari ingatan masa lalunya,

Perlahan dapat terbuka,
terselami oleh sebuah percakapan sederhana yang sedikit melibatkan kemampuan dalam bermain kata - kata,
dan tak hanya itu,
logika lah yang berbicara...
Dengan sedikit visualisasi pencitraan lain dari otak, yaitu perasaan...
Atau biasa dikenal dengan 'hati'...
Tak banyak yang tersimpul...
Hanya satu anggapan yang muncul...
"Seluas - luas apapun hati terbuka,
tetap ada satu sisi memori yang harus tersembunyi,"

Sekali lagi, tak ada sesuatu yang akan bisa dipahami,
jika tak ada perasaan percaya...
Timbulnya kepercayaan hanya berawal dari kata - kata...
Tak perlu sajak dalam berkata,
hanya perlu pemikiran matang sebelum terucap,
tanpa ada perasaan ingin menggurui,
sang anak telah mampu menggiring kepercayaan seorang bapak,
hingga semuanya terungkap,
dan janji kesepahaman yang terjadi antara mereka tak akan pernah bisa ditemukan oleh orang lain,
karena itu melibatkan perasaan mereka,
perasaan saling percaya, perasaan saling menerima...
Menyadari apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi,
dan memikirkan apa yang akan terjadi...

Sekali lagi, sang anak mendapat wasiat berharga dari sang bapak...
Bukan usia yang membedakan kedewasaan pemikiran,
Hanya kemampuan, pola fikir dan pengalamanlah yang menjadikannya tak sama...
"mungkin kau telah mampu menelaah makna 2 pembeda itu, tapi hanya satu yang kau belum miliki, yaitu pengalaman." kata sang bapak
"sedangkan untukku, mungkin ketiganya telah mampu kumengerti, tapi ternyata kemampuan yang kumiliki dari yang telah kualami hingga hembusan nafasku detik ini, belum cukup untuk memahami jalan pikiran kehidupan di masa ini. Semuanya itu bisa kudapat darimu, nak. Kau mampu melakukan itu semua, apa yang tak sempat aku lakukan sebelumnya. Membuka tabir, sekat antara pikiran, perasaan, dan perkataan dari orang tua yang tak bisa dimengerti oleh seorang anak, begitupun sebaliknya..." tambahnya "tetapi sekalipun kau mampu melakukannya, sekali lagi, kau masih belum memiliki cukup pengalaman untuk melanjutkannya."

dan semua kata - kata itulah,
yang telah tersirat dari 'diam'nya sang bapak...
yang mampu membuat anak lelaki itu tak hanya kagum,
tetapi semakin yakin akan apa yang telah terjadi, yang sedang terjadi...
dan mampu memikirkan dengan matang apa yang akan terjadi selanjutnya,
di dalam dirinya...

di dalam sebuah Kehidupan!!!

Thursday, August 4, 2011

Sebuah Pemikiran tentang Kedewasaan

Ketika sebuah rayuan membutakan hidup,
tak banyak yang dapat dilakukan...
Terlalu dini tuk melangkah,
berpaling pada sesuatu yang lain pun tak mampu,
terlalu kuatkah sebuah kata - kata itu?

percayalah, suatu saat itu akan terjadi...
itupun jika kau menginginkannya,
semua tergantung dari hatimu.
bergantung pada orang lain,
atau turuti kata hatimu,
karena terkadang kata hati dapat membohongi,
gunakan logikamu, akal sehatmu...

Dengarkan apa yang kau ingin dengar,
apa yang pikiranmu ingin lakukan,
apa yang logikamu bisa terima,
karena hati tak sepenuhnya benar,

Karena hati itu pembohong,
hati itu pecundang,
tak pernah sebenar-benar apa yang tersirat selama ini,
"bicaralah pada hatimu"
Benarkah kau akan melakukannya?
jika memang benar,
berarti kau bodoh!

Semuanya bodoh,
siapapun yang mempercayai hatinya...
Karena hati tak akan pernah selalu berpegang pada hal yang pasti,
semuanya empati, semuanya simpati,
terkadang juga cinta...

Tapi bicara soal itu semua,
hati itu pembohong...
hati itu pecundang...

hanya mampu menyiratkan pesan, tanpa visual...
hanya mampu merasa, tak berkehendak...
hanya mampu menganalisa, tak beralasan...
hanya mampu bersembunyi di dalam diri, tak pernah tergugah...
hanya mampu tersakiti, tak dapat melakukan pembalasan...

karena hati itu bodoh,
hati itu pembohong,
hati itu pecundang...

karena hati bukanlah benar - benar hati...
karena hati bukanlah kalbu yang selama ini orang katakan...

Hati adalah kiasan dari sebuah pemikiran panjang manusia...
sebuah visualisasi dari alam bawah sadar yang peka akan sesuatu,
bukan hati yang menganalisa, hanya otak yang berpikir...
Hati tak berkata, hanya otak yang mengisyaratkan...

Karena hati dan otak berbeda...
tetapi dalam satu kiasan yang sama,
yaitu pemikiran,

Pemikiran mendalam dan penuh dengan analisa logika yang matang dan tak tercaci...
Tak ada kesalahan,
tak ada ketidaksempurnaan,
ketika pemikiran sudah bersatu dalam gerak langkah manusia...
di setiap langkah, di setiap nadi...

Itulah kedewasaan...

Tuesday, August 2, 2011

Ambigu sang Waktu

semua terasa sepi,
semua terasa penat...
berlalu begitu saja,
hanya terlihat baik di luarnya saja...

entah dari mana kata - kata ini muncul dari dalam benakku,
percaya pada awalnya,
tapi pada akhirnya,
aku menyesal telah mempercayainya...

semua itu berakhir dan lenyap tak berbekas,
kata - kata indah,
rayuan manis dan hembusan nafas kekaguman,
semuanya sirna...

Bingung, bimbang, tak tahu pasti..
apa yang tengah melanda,
siapa yang merasakannya,
tak pernah seperti ini sebelumnya...

hari penuh dengan rasa sesal...
dan kebencian mendera,
karena itu tak akan pernah sebanding dengan apa yang telah dilakukan...
kemarin itu adalah masa lalu,
tak akan pernah menjadi inspirasi untuk masa depan,
semuanya berbeda,
tak sama...

Jalan pikiran yang sulit untuk ditebak,
kata - kata yang muncul dalam pikiran...
tiba - tiba menyeruak,
dan keluar begitu saja...

penyesalan,
lagi - lagi menyesal yang dirasakan...

apa yang membuatnya seperti itu?
tak perlu berpikir keras,
itu semua kesalahan waktu...

masa lalu yang tak terkuak,
dari dalam diri, perasaan, pikiran...
Kalbu manusia...

Entah apa artinya,
karena hanya mampu tertegun ketika mengingatnya kembali...

Sekali lagi,
Waktu...

Sunday, July 31, 2011

Can You Feel it??

Sebenarnya malam ini sama seperti malam - malam kemarin,
Tapi entah kenapa, ada perasaan bahagia yang datang dari diri sendiri...
Dari hati, dari perasaan,
Perasaan itu tak akan pernah terlukis,
tak akan pernah tervisualisasi di malam - malam biasanya,
Ini malam spesial, malam istimewa...

Karena besok, telah berganti bulan...
Bulan yang membuat segala kegiatan yang kita lakukan menyiratkan keshalehan...
Segala perkataan yang kita ucapkan tergumam do'a...
Tentunya itu semua yang baik - baik!

Alangkah indahnya jika malam - malam seperti ini berlangsung setiap hari sepanjang tahun,
selalu ada rasa bahagia yang tak terkira,
selalu ada harapan muntuk hari - hari berikutnya...
tak ingin melewatkan satu waktupun untuk mengingatNya,
meskipun tak akan pernah bisa selalu mengingatNya... :(
Karena kita manusia,
tempat limpahan kesalahan, dan kelalaian duniawi...
Terkadang akhirat pun tak terpikir,
Hanya hidup hari ini, masa ini dan saat hidup yang kita pikirkan,

Ramadhan,
Di sini kita belajar,
di sini kita merefleksikan diri...
sucikan hati dari segala bentuk akhlak tercela yang tak terpuji!
sebenarnya tak harus hanya di bulan ini,
tapi di Bulan inilah waktu kita yang paling tepat untuk membiasakannya,

Tak banyak yang kita harapkan dari bulan ini,
mungkin hanya penghujung bulannya saja,
atau hanya penghujung petang di tiap harinya...

Sebenarnya itu suatu kesalahan,
tapi apa boleh buat, jika kita belum mengetahui makna yang sebenarnya,
itu pun sudah sangat bagus... :D

Tapi bulan Ramadhan bukan hanya selingan menuju Idul Fitri,
dan puasa bukanlah rintangan sebelum berbuka...

Karena itu semua mengandung makna,
Hanya Dia yang maha mengetahui yang tahu apa maknanya,
manusia seperti kita hanyalah bisa menafsirkan dan mengartikannya,
menurut apa yang kita rasakan dan kita pikirkan...

Tapi yang pasti, setiap rasa lapar yang kita rasakan saat berpuasa,
Tak sebanding dengan rasa lapar yang saudara kita rasakan saat mereka harus menahan lapar karena himpitan ekonomi,
Setiap waktu yang kita tunggu untuk cepat berlalu dan meraih kemenangan,
Adalah juga tak sebanding dengan apa yang mereka harapkan,
"kapan hidup mereka segera berubah"

Itu barulah secuil hikmah yang dapat kita petik tentang malam ini,
malam akhir Bulan Sya'ban 1432 H,
malam awal Bulan Ramadhan 1432,
yang terkadang kita pun tak paham akan maknanya...

Tertuang do'a dan harapan, agar
"Di bulan Ramadhan tahun ini, kita mampu meningkatkan ketaqwaan kita padaNya dan keprihatinan kita akan sesama manusia di bumi ini."
InsyaAllah...

Friday, July 29, 2011

Dualisme Pemikiran Masa Depan

Ini saatnya,
mengukur seberapa dalam kesempatan
hati ingin bertindak banyak,
otak ingin berpikir keras...
tapi tunggu dulu!
"apa yang harus dipikirkan??"

titik ambiguitas mulai terlihat membuka celahnya...
grey spot yang beberapa waktu lalu telah kembali menjadi sebuah jalan,
kali ini berangsur menutup kabutnya kembali,
menghadirkan berbagai pintu dan jalan...
yang tak tahu ke mana arah dan tujuannya!

Terobsesi,
itulah yang terpenting..
karena obsesi yang menghidupkan kita,
karena obsesi yang membuat kita ada,
karena obsesi juga kita bisa berkembang nantinya...
tak perlu susah payah berpikir untuk meraih dulu,
pikirkan dulu bagaimana cara memulainya,
karena akhir itu nantinya akan lebih baik dari permulaannya!

Seberapa besar resiko yang akan kau tempuh,
itulah yang harus dianalisa secara detail...
kapan kau harus memupus resiko yang nantinya tak akan pernah bisa kau lewati,
dan kapan kau harus membesarkan nyalimu untuk menghadapi resiko yang nantinya akan mampu kau hadapi!

Hadapi saja,
jangan pernah menoleh ke belakang jika jurang yang telah engkau lewati,
masih menganga kurang dari lebar nyali yang akan engkau susun untuk tantangan selanjutnya...
Karena jika kau melakukannya,
kau tak akan pernah bisa membesarkan nyalimu melebihi dalamnya jurang yang baru saja kau lewati...
Ketakutan yang kan merajai,
mimpi pun akan jadi sia - sia...
melangkahpun tak akan mampu!
bahkan berpikir tentang masa depan pun tertahan dengan ketakutan...

Tak perlu terlalu berambisi,
meskipun juga tetap harus ada...
inilah kelanjutan dari obsesi yang berkembang!
Tapi jika terlalu berlebihan, justru kan menghancurkan diri sendiri...

Berpikir jernih dengan menetralkan pikiran,
hatipun akan ikut ambil bagian,
dan dualisme cara berpikir pun menjadi satu...
yang meskipun sebenarnya dualisme itupun hanya terdiri dari satu pusat kesadaran,
Pikiran...

Sekali lagi,
Ini langkah terakhir...
Temukan nyali, dan tentukan pilihan...

Pertahankan, jalanmu...
Mimpimu...
Dan harapanmu,
hingga nafas yang terakhir!!

Friday, July 8, 2011

Benar - benar Tanpa Inspirasi

sendiri,
sepi,
hening,
dalam hati...

itu yang terasa malam ini...
hanya suara nyanyian alam dan kipas angin yang membisingkan malam ini,
lamunanku telah terjuntai panjang jauh ke masa depan,
dengan sedikit ingatan masa lalu,
berhasil membuat alam imajinasiku hidup...

suara motor yang terdengar melewati jalan depan rumah,
memecah konsentrasi,
membuyarkan pikiran,
menyeruak dalam keheningan yang kuciptakan sendiri,

sambil terus memandang dengan tatapan kosong,
sembari mengetikkan jari - jari di atas keyboard laptop yang nyaris selalu menemaniku di kala sepi,
mencerahkan gundahku,
merefleksikan kegembiraan dalam diriku,

tapi sekali lagi,
jariku terhenti pada sebuah pemikiran yang begitu saja keluar,
terlontar dari dalam pikiran kosong penuh lamunan...

apa yang ku tulis?
atau lebih tepatnya, saat jariku memvisualisasikan otakku ke dalam layar monitor yang kupandangi sekarang,
aku belum tahu apa tujuan dari pemikiran kosongku,
dan bagaimana harus kuakhiri sesuatu yang bahkan aku lupa kapan memulainya,
apakah saat aku mulai melamun?
atau saat lamunanku telah sampai pada titik puncak transformasi menuju kesadaran?
entah apa artinya,

aku bingung,
tak mampu lagi berbasa - basi...
dan tak kuasa lagi menerima sesuatu yang hanya teori,
mungkin tulisan ini menjadi tidak penting,
atau bahkan mungkin sangat penting,

itu semua tergantung siapa yang dihadapinya,
maknanya apa?
tidak begitu dalam kok,
hanya luapan pikiran sesaat...
itu katamu...

tapi bagiku,
ini berbeda...
bukan hanya luapan pikiran sesaat atau tulisan tak berarti,
ini adalah visualisasi pemikiran kosongku malam ini,
dan ini adalah proyeksi dari lamunan panjangku sore tadi...
dan kucoba untuk menuangkannya,
ke dalam kumpulan kata - kata sederhana yang tak terduga,
yang tiba - tiba saja muncul dari dalam otakku,
dan terlintas di pikiran...

sekali lagi, tulisan tak bermakna ini...
tercipta dengan sendirinya,
membiarkan pikiran bekerja dan jemari berkata...
lewat tulisan ini,
imajinasi yang luar biasa tersirat...

dan lagi - lagi,
semua ini tercipta...
"tanpa inspirasi"

Monday, June 27, 2011

Hati Yang Berbicara

Kemelut,
berbagai macam pemikiran...
terpadu menjadi satu dalam diri,
makhluk berakal, makhluk berperasaan, makhluk penuh kasih sayang,
dan entah apa lagi yang bisa disebutkan,
untuk memvisualisasikannya...

Manusia,
tersebut sebagai kaum adam, laki - laki...
di usia remaja yang belum dewasa,
penuh getar jiwa,
untuk maju dan berkembang, untuk meraih impian,
berkacamata dan berkulit sawo matang,
tidak terlalu tinggi, dan bahkan mungkin terkesan pendek...

Siapa dia?
yang membacanya mungkin akan bertanya - tanya,
dan mungkin juga ada yang telah menerka - nerka,
atau ada yang sudah tahu itu siapa...

tulisan ini mungkin tidak penting,
tapi butuh sedikit pemahaman,
tak peduli siapa yang membaca,
tak peduli siapa yang kumaksud,
dan tak peduli 'dia' tahu atau tidak...

yang pasti dari tulisan ini,
seorang anak manusia ingin mengungkapkan perasaan hatinya,
memvisualisasikannya dalam berbagai macam kata dan bahasa...

"Aku sedang jatuh cinta, bukan dengan seorang wanita yang asing,
dia sahabatku, jika masih bisa disebut begitu,
dia temanku, jika masih boleh dianggap demikian...
tapi tak ada istilah mantan teman atau mantan sahabat,
Hmm,
Mungkin aku terlalu berlebihan,
wanita itu punya segalanya yang kukagumi,

ketulusan hatinya,
membuatku kagum dan terpesona...

diamnya,
membuatku penasaran dan bertanya - tanya...

di balik kerudungnya,
membuatku tak berdaya untuk berpaling darinya...

indah matanya,
membuat mataku tak sanggup melirik yang lainnya...
:D

tutur lembutnya,
membawaku ke dalam angan hingga ke alam mimpi untuk memilikinya...

mungkin aku benar - benar terlalu berlebihan,
tapi tak apalah,
meskipun ada kata lain yang mungkin lebih indah,
untuk mengungkapkan 'nyaris semua' kesempurnaan yang dimilikinya,
tapi aku telah berusaha mengungkapkan perasaan ini.

aku hanya menyiratkan perasaanku melalui sajak - sajak tak berharga ini,

Jika ada kata lain yang lebih indah dari,

AKU CINTA KAMU - I LOVE YOU - AISHITERU - JE T'AIME
dan kata - kata lainnya dengan arti yang sama...

Aku akan mengucapkannya berulang kali untuk meyakinkan kamu,
AKU SAYANG KAMU

Kapanpun kamu ingin mendengarnya, aku akan terus mengatakannya demi keyakinanmu akan perasaanku,
Aku bukan lelaki sempurna,
aku belum sukses,
aku belum menjadi apa - apa...

Tapi tunggulah 8 hingga 10 tahun lagi,
aku kembali bukan untuk meminta cintamu...
tapi aku kembali untuk memenuhi janjiku,
untuk mengucapkan janji suci di dalam altar Rahmatullah,
dan berdampingan denganmu hingga akhir hayatku nanti..."

Tembemku,
sampai nanti pun kamu udah nggak tembem lagi,
kamu tetep ada di hatiku...
Meskipun jika takdir berkata lain,
ingatlah!
Separuh jiwaku pernah jadi milikmu dan tertaut padamu...


^^
Bojonegoro
June 27th, 2011
at 19:19 pm GMT+7

"From the deepest of my heart."


Pujangga Tanpa Inspirasi.

Tuesday, March 15, 2011

Bestfriend Never Ends

Terombang ambing dalam kesendirian,
melaju kencang tanpa arah dan tujuan...
Terbang tinggi ke awan,
Mencari sebuah pesan...

Arti tentang sebuah pertemanan,
tak selalu tampak, tapi selalu ada...
Dengan cara mereka sendiri,
membuat kita tertawa...
Sela canda yang kita ciptakan bersama,

Selalu berkesan,
meskipun tak selalu terpesan...
Mungkin kau telah melupakannya,
dan juga mungkin kau tak akan pernah mengingatnya,
Moment - moment berharga yang telah kita lalui bersama...
Yang tak akan pernah bisa kita dapatkan nantinya,
Waktu yang telah kita luangkan,
Seakan terlalu singkat 'tuk kita sia - siakan....

Keadaan itu tak semudah yang kita bayangkan,
sebuah kesedihan yang mendalam,
yang bahkan bisa membuat kita tak pernah bisa bertahan,
kehilangan seorang teman...

Akankah itu terjadi pada kita?

Sina, Prana, Iza, Putra, Baska, Tama,
(calvin, arven, faizal, gagan, satriya, hendra 'beni')

Juga kalian,
Rulli, Azki, Adyast, Tiya dan Rilla
(nurul, rinda 'ndut', nanda, indira, janice)

Meskipun di sini, aku tak menyebutkan nama asli kalian semua,
Tapi ingatlah kawan...
Kalian pernah jadi sahabat terbaikku...
dan meskipun nanti kita tak bisa bertemu lagi,
Ataupun aku lupa pada kalian juga sebaliknya,
Ingatlah kawan, kalian pernah ada di dalam kehidupanku...
Dan bagaimanapun, tak akan pernah ada seorang "mantan teman",

Kehidupan terus berlanjut,
duniaku terus berputar.
seiring berjalannya waktu,
Kita telah berjalan dengan prinsip masing - masing,
untuk mengejar ambisi dan cita - cita diri kita..

Nantinya mungkin tak banyak yang akan kita ingat,
Saat kita bertemu,
Esok, lusa dan kapanpun...
Saat kita bertemu,

Kita tak perlu mengingat semuanya,
detail waktu yang telah kita habiskan bersama,
Atau kapan saat kita pertama bertemu,
tapi hanya satu yang perlu diingat...
Saat kita bertemu,

Bahwa,
"Saat ini kita bertemu lagi, kau temanku dan aku temanmu, dulu kita pernah bersama - sama menjalani hidup, di masa remaja, di masa kita masih belia... Menciptakan moment - moment indah bersama, moment - moment paling bahagia, dan kini kau di depanku... Kembali mencoba mengingat - ingat saat - saat kita dulu... Dan tak dapat kupungkiri, Aku merindukanmu..."

Sunday, March 13, 2011

My Sweetest 17th Birthday (March 9th, 2011)

Terpaku dalam angan…
Terukir jelas dalam memori,
Hari penuh rahasia,
Hari penuh tanda tanya,
Hari penuh perjuangan,
dan hari penuh ketidakpastian...

Banyak memang yang menganggap hari ini hari istimewa, hari bahagia...
Ya benar, itulah yang kurasa...

Tapi, tahukah mereka...
Rahasia apa yang diberikan dan disimpan Tuhan (Allah SWT),
dalam diri seorang Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha yang sebenarnya...

Setelah kutanyakan, mungkin kalian akan bertanya - tanya dalam hati,
Apa rahasia itu?

Tak hanya kalian, karena aku pun bingung untuk menjawabnya,
Rahasia apa yang tertanam dalam diriku hingga saat ini...

Pernah sekali aku memikirkannya,
tapi tak kutemui jawabannya,
Bahkan aku hanya masuk ke dalam alam bawah sadar yang hingga kini pun,
aku tak tahu apa namanya, dan kusebut sebagai alam lamunan...
Tanpa batas, tanpa ujung...

Perjuangan,
Seperti apa perjuangan ibu (mamaku)...
di hari ini, 17 tahun yang lalu...
Yang beliau bahkan tak tahu apa yang akan terjadi setelah putranya lahir,
Akankah beliau hidup atau mungkin kehilangan nyawa,
Sungguh berat, tapi mulia...

Hari ini,
hari yang menurutku tak bisa disebut hari biasa...
Karena hari ini serba tidak pasti,
serba tidak tentu...
karena sesungguhnya, hari inilah yang akan jadi,
Titik turbulensi baru dan grey spot baruku untuk membentuk sebuah dunia baru...
Kepribadian baru,
dan perubahan besar di hidupku.

Tapi meski begitu,
tetap saja harus dipikirkan secara matang langkahku kedepannya...
Karena sebuah grey spot,
jika kalian bisa membayangkan,
bagaikan sebuah kabut tebal, dimana terdapat banyak sekali pintu di dalamnya,
Dan yang harus kalian lakukan hanyalah memilih...

Mana pintu yang tepat untuk kalian buka dan masuki selanjutnya,
setiap pintu tak akan pernah berujung pada jalan yang sama...
Meskipun akhirnya berakhir dengan tujuan yang sama...

Itulah makna sebenarnya dari hari ini,
Hari penuh kejutan,
Hari penuh pilihan...

Yang membutuhkan pemikiran matang dan kebijaksanaan untuk menjalaninya,
dan melanjutkan kehidupan...

Saturday, February 26, 2011

Wanita

Jari - jari indahmu sarat akan kehangatan kehidupan,
Kelembutan dalam tutur lakumu membuat para bidadari surga iri melihatnya,
Kau sering membuat kami, anak cucu Adam menjadi tak berdaya...
Karenamu...

Kau diciptakan dari tulang rusuk kami,
Satu bagian tubuh yang teramat penting...
Yang nantinya harus kembali pada kami,
dalam bentuk yang paling indah...
Sosok penyejuk jiwa pendamai hati,

Suara dari alunan sang Bethoven pun,
tak bisa menyamai suara indahmu...
Ekspresi wajahmu tak memiliki kebohongan,

Tawa lepasmu,
sedu tangismu dan murungmu...
Semuanya tergambar jelas di wajahmu!
Kadang kau membuat kami bingung,
Harus dimulai dari mana kami mencarimu,
tulang rusuk kami yang hilang satu...
Belahan jiwa kami yang kami pun tak tahu harus mencarinya kemana...

Pencarian yang sia-sia,
tak jarang terjadi...
Yang hanya akan jadi cinta yang terbuang percuma...
Bukan cinta yang hakiki, bukan cinta yang abadi...

Kami tak bisa membiarkan air mata jatuh di pipimu,
tapi terkadang kau menutupinya dengan segala caramu,
Kami pun bingung,
di sisi lain kami merasa iba dengan air matamu,
tapi di satu sisi kami tahu bukan saat yang tepat jika itu sudah terjadi.

Kami juga ingin tertawa lepas bersamamu,
tapi sering pula kami harus menangis karena tawamu...
Karena kau...
Yang sulit dimengerti,
karena hatimu tak mudah diselami...

Terkadang kau sekuat baja,
tapi terkadang selemah kapas...

Tapi kami sadar,
semua itu Dia ciptakan agar kami,
sang penerus Adam...
Bisa menjaga diri untuk tidak mengambil jalan pintas, dan salah jalan...
di dalam proses pencarian bagian tubuh kami yang paling penting,
salah satu tulang rusuk kami,
yang dijelmakan olehNya,
menjadi dirimu...

Bidadari Surgaku...

Friday, February 18, 2011

Setapak Kehidupan

Satu kisah hidup seorang manusia,
berawal dari satu sel dan ruangan sempit di dalam rahim seorang ibu,
gelap dan pengap (mungkin)...
Di sana hanya tempat tumbuh untuk sementara,
selama 9 bulan 10 hari,
satu nafas, satu tubuh dengan sang ibu,
belum ada tangis, belum ada tawa...

Di sana tak banyak yang dilakukan,
mata hanya terpejam,
menanti waktunya tiba,
waktu di mana kita disebut 'bayi'
waktu di mana kita keluar dari rahim sang ibu,
dan waktu di mana tangis itu pecah,
dan disambut dengan sukacita...

kumandang adzan dan asma Allah SWT,
mengiringi gelegar tangisan sang bayi,
saat itulah malaikat mengawasinya...
Menemaninya di kala sendiri,
menjaganya ketika daalam bahaya.

Jiwa tak berdosa yang baru saja dilahirkan ke dunia,
baru membuka mata,
dan baru saja menghembuskan napasnya sendiri...
Kecil, mungil dan tak berdaya...
Tanpa dosa, dan belum berpahala!

Itu dulu,
beberapa tahun yang lalu...

Kadang aku merindukan saat - saat itu,
saat - saat indah di pangkuan mama...
Saat perhatian dan kasih sayang benar - benar tercurah...
Baik dariNya, dan dari orang - orang di sekelilingku....

Tapi kini,
Saat usia sudah tak lagi bisa dihitung dengan 5 jari saja...
Yang sudah hampir melucuti masa anak - anak,
Yang sedikit lagi memegang sebuah kartu identitas yang disebut KTP,
dan menandakan kedewasaan (statusnya!!)

17 tahun,
umur itulah yang sedang akan aku jalani...
Di hari ke sembilan bulan Maret tahun 2011

Di hari itu aku seharusnya bingung...
Harus sedih atau gembira,
Karena tak ada yang bisa aku sesalkan dari usiaku,
tapi tak adaa pula yang harus aku banggakan...
Jasaku untuk agamaku,
jasaku untuk keluarga,
jasaku untuk orang - orang di sekitarku,
jasaku untuk bangsa dan negara...
Itu semua belum ada...
Atau bahkan belum kulakukan sama sekali...

Mungkin hingga saat ini aku masih tenggelam dalam ego sesaat,
yang harusnya sudah aku tinggalkan saat aku meninggalkan bangku SMP,
sifat kakanak - kanakan...
Belum dewasa,
dan gampang putus asa...

Seharusnya sudah tak ada di dalam diriku,
Di tahun ini,
Terkadang aku tenggelam dalam lamunan,
renungan panjang yang tak berujung...
Sampai kapan aku seperti ini,

Bisa tidak ya, aku merubahnya...

Pertanyaan demi pertanyaan yang muncul dari dalam hati,
yang selalu kucoba untuk menjawabnya,
pasti akan buntu...
Tak terjawab, dan mengendap begitu saja tanpa jawaban...

"Apa yang sebenarnya aku tuju?"

Kesuksesankah?
Kesuksesan yang seperti apa?

Atau Kebahagiaan?
Lalu kebahagiaan seperti apa?

Itu semua selalu membuatku takut untuk melangkah,
Tapi, ketika aku ingat akan diriNya...
Allah SWT, sang pencipta...
Yang maha agung, yang maha kuasa...
Aku ingat akan satu pedoman yang bisa aku gunakan untuk menjawabnya...

"Tak perlu aku merisaukan hal itu, yang perlu aku lakukan hanyalah berusaha, berikhtiar, dan berdoa memohon kemudahan padaNya dan untuk akhir kehidupanku serta takdirku di masa yang akan datang, pastilah sudah ditentukan olehNya..."

Wednesday, February 16, 2011

kenangan dari MIDDLE

Pertemuan tanpa kesengajaan...

Berawal dari pertemuan itulah,
Bermunculan berbagai macam karakter...
Dan dipersatukan di dalam sebuah komunitas,

Bertempat di sebuah gedung sekolah SMA N 1 Bojonegoro,
dan berada di sudut timur laut Sekolah...

Itulah kami,
paraMID...

Tawa, canda, cinta, sayang, haru, sedih,
Marah, sebel, iri, takut, dsb

Telah kami lalui bersama,

Bu Arambana tak bosan untuk mengingatkan kami akan ketidak benaran,
Menegur kami akan kesalahan,
serta memuji kami akan prestasi...

Wali kelas kami tercinta...


Setahun berlalu,
Kini (hari ini, Rabu/2 Juni 2010)
Kami merasakan sesuatu yang akan hilang...

Kebersamaan kami,
di sebuah komunitas,
MIDDLE

Memang kami akan melampaui jenjang ini menuju ke jenjang selanjutnya...

Memang kami akan berpisah...
meskipun masih dalam satu sekolah,

Tapi kebersamaan kami tak kan bisa terganti...

Persahabatan, Percintaan, Permusuhan, Perdebatan, dsb...

telah kami lalui di sini...

paraMID,
We're one...

One for all and all for one...

" Bergegaslah, kawan... tuk sambut masa depan tetap berpegang tangan, saling berpelukan...
Berikan senyuman tuk sebuah perpisahan...
Kenanglah sahabat... kita untuk slamanya... "




http://www.facebook.com/note.php?created&&suggest&note_id=407032608655#!/note.php?note_id=407032608655



>>> Bojonegoro, 2 Juni 2010 (14.46 WIB)

Monday, February 14, 2011

Everyday's the Day of Love

Kali ini,
kutemui moment itu lagi...
Yang tak bisa ditampik adalah sebuah moment penuh kebahagiaan,
kegembiraan...

Kau mau tahu di mana itu?
di dalam hati kita,
di perasaan kita,
dan terkadang di pikiran kita.

Oleh karenanya kutuangkan ke dalam coretan - coretan,
tak berati di dalam blog ini,

Aku berani bertaruh,
belum banyak orang yang mengetahuinya.
Dan belum ada yang benar - benar merasakannya...

Tak selalu diwujudkan dengan coklat,
bunga, ataupun surat cinta...
Semuanya tak berguna,
jika hanya tersampaikan sehari dalam setahun...

Tanggal 14 Februari,
Bukan tanggal yang spesifik dengan rasa itu.
Bukan pula satu - satunya moment yang "tepat",
untuk mengekspresikannya...

Oke, mari kita telaah lagi...
Jika kita memiliki perasaan yang spesial dengan seseorang,
akankah kita hanya memberikannya perhatian di satu hari di dalam satu tahun,
yang biasa disebut V*lentine day??

Pasti jawabannya TIDAK,
jika kita benar - benar menyayangi seseorang itu.

Pernah tidak kita berpikir,
bahwa bukan hanya tanggal 14 Februari saja yang seharusnya disebut hari kasih sayang?

Karena sesungguhnya setiap hari itu kasih sayang selalu tercurah pada kita...
Tahu dari siapa??
dari Allah SWT. sang pencipta yang maha agung...
Sang maha pemberi dan pencurah kasih sayang...

Dan Dia telah memberikan kita, makhluknya...
Perasaan yang maha indah, maha agung, maha besar...
yaitu cinta dan kasih sayang...

Jadi masihkah kita menganggap bahwa hari ini hari kasih sayang??
aku rasa tidak,
tidak se-spesifik itu lah...
Karena setiap hari, kasih sayang dan rasa cinta selalu terpancar,
selalu bersemayam di hati kita...
Maka hari itulah yang lebih tepat disebut hari kasih sayang....
Setiap hari,
Setiap waktu,
Setiap moment,
Setiap jam,
Setiap menit,
Setiap detik,
Setiap masa,
dan setiap pikiran kita bekerja,
serta setiap kita menghembuskan nafas...

Karena kita makhlukNya,
telah mendapatkan anugrah perasaan cinta dan kasih sayang...
Yang akan kita ekspresikan kapanpun...
Tak hanya di hari ini...
tak hanya di tanggal 14 Februari...

Friday, February 11, 2011

Kisah Keteguhan Menggapai Ketulusan

“Tsabit, tunggu!” teriak Céri sambil berlari mengejar pemuda berkacamata yang tak jauh darinya.
“Ya?” jawab Tsabit, tanpa menoleh dia berhenti tepat di depan tangga. Dan saat ia menoleh dan tahu yang memanggilnya adalah gadis berambut pendek yang selama ini ia kagumi, diapun berkata lagi, “Ada apa?”
“Kau bilang ada yang ingin kau bicarakan?” Céri mendekat dan menepuk punggung pemuda tersebut.
Tsabit terlalu malu untuk mengatakannya, “Tidak,” ada jeda di dalam nada bicaranya. “Tolong biarkan aku sendiri,” lanjutnya.
Itu adalah terakhir kalinya mereka bertemu di masa SMA mereka. Kini hidup mereka telah berbeda, Céri yang dulu selalu berbincang bersamanya setiap sore kini telah lama sekali pergi dari hidupnya. Hari – harinya dipenuhi penyesalan akan perasaan mendalam. “Ah, mana bisa aku begini terus…” pikirnya. Lalu dia mengangkat handphonenya yang berdering.
“Assalamualaikum?”
“Waalaikumsalam, mas ini saya Alfa!”
“Alhamdulillah, sudah 4 tahun kamu nggak pernah nelpon aku, Fa! Gimana kabarmu?”
“Iya mas, nggak tahu kenapa lagi pengen nelpon mas Tsabit. Kabarku baik mas, mas sendiri gimana?”
“Aku baik Fa, eh ya sekarang kamu kuliah or kerja di mana?”
(tiba – tiba pembicaraan terputus)
Tak lama kemudian handphone Tsabit bergetar, dan sms dari Alfa masuk. Alfa meminta maaf karena pembicaraan terputus dan dia ingin bertemu dengan Tsabit segera. Tsabit segera membalas sms dari Alfa, dan menanyakan tempat dan waktu pertemuan mereka. Lalu Alfa membalas dengan singkat “Di gedung SMA kita di Bojonegoro sebelum hari Senin.” Dan Tsabit pun termenung sejenak.
Akhirnya, karena hari itu hari sabtu maka tanpa pikir panjang Tsabit meninggalkan tempat kost dengan barang bawaan secukupnya dan uang yang tersisa. Dan setelah pamit dengan pemilik kost, Tsabit pun pergi meninggalkan Jogja dengan motornya. Tak kurang dari 90 km/jam dia menempuh perjalanan sekitar 6 jam dengan hanya 1 jam jeda Istirahat.
Setelah semalam tidur di rumah, Tsabit pun segera pamit pada ayah ibunya untuk pergi lagi. Sang ibu yang sebenarnya bingung akan kedatangan putranya secara mendadak di hari ulang tahunnya, akhirnya merelakan Tsabit untuk pergi lagi.
“Assalamualaikum, Ma…”
“Waalaikumsalam, hati – hati ya nak!”
“Oke Ma!”
Lalu Tsabit menuju ke tempat di mana dia berjanji untuk bertemu dengan Alfa. Dalam hati, dia bertanya, “Ada apakah gerangan Alfa begitu serius ingin bertemu dengannya?” Sambil terus memacu motornya, akhirnya Tsabit sampai di Jl. Panglima Sudirman no. 28 yang tak lain adalah SMA yang sudah hampir 4 tahun dia tinggalkan setelah ia lulus. “Sudah banyak yang berubah sejak 3 tahun lalu,” bisiknya. Ia masuk ke dalam gerbang utama SMA Negeri 1 Bojonegoro dengan menuntun motornya. Ruang pertama yang ia tuju adalah Ruang kelas di bagian timur laut, yang dulu adalah tempat dia belajar bersama, bercanda tawa dengan teman – teman terbaiknya, dan salah satunya adalah Céri.
HPnya berdering lagi ketika dia sedang flashback ke masa lalunya, masa – masa penuh tugas, masa – masa SMA,
“Assalamualaikum?”
“Waalaikumsalam, hai mas… Langsung ke Aula ya, Mas!”
“Oke”
Tsabit menuju tangga favoritnya dan segera naik ke lantai 2 di sebelah utara smasa, “Kapan terakhir kali aku naik tangga ini,” gumamnya. Dia berjalan menyusuri koridor lantai 2 dan turun melewati tangga di bagian barat. Dan akhirnya,
“Happy Birthday to you! Happy Birthday to you! Mas, ini surprise dari kita!!” Tanpa terduga, di sana ada sahabat – sahabatnya yang dulu adalah orang – orang yang member warna pada kehidupannya. Alfa, Azki, Nilla, Baski, Iza, Putra, Tama, dan lainnya, tapi jika boleh jujur, yang paling ia rindukan adalah orang yang dulu paling dekat dengannya, lalu dia menjawab…
“Alhamdulillah, makasih ya! Siapa yang bikin rencana kayak gini? Kamu ya Fa?”
“Bukan aku mas, tapi mbak Céri!”
Tiba Рtiba Tsabit merasa kembali menemukan dirinya yang dulu, nama yang Alfa sebutkan telah membuat hatinya kembali hidup. Selama di Jogja, memang sepertinya Tsabit benar Рbenar menikmati hidupnya sebagai Calon Dokter yang lulus dari sebuah bidang kelembagaan yang sangat jarang di Indonesia yaitu, Kedokteran Nuklir. Tapi jika dia ingin mengingatnya kembali, apakah pernah dia dekat dengan gadis lagi setelah pertemuannya dengan C̩ri sebelum mereka lulus SMA.
Semuanya serasa kembali lagi, dari pagi hingga sore Tsabit dan sahabat Рsahabatnya berbincang Рbincang dan menjadikan moment itu sebagai ajang reuni kecil yang mereka adakan sendiri. Butuh sedikit waktu untuk C̩ri dan Tsabit memulai pembicaraan, tapi akhirnya mereka menemukan diri mereka, kedekatan mereka dan suasana hangat yang tercipta diantara mereka lagi.
# 5 Tahun Kemudian #
Tak banyak yang berubah dari hidup Tsabit, usahanya selama ini membuahkan hasil yang maksimal dalam hidupnya. Keteguhan dan kegigihannya dalam menempuh jenjang pendidikan mungkin dapat dikatakan tak tergoyahkan. Dan inilah jawaban dari cita – citanya sejak kecil, dan impiannya tentang Ilmuwan di bidang sains.
“Saya sakit apa, Dok?”
“Hmm, saya belum bisa memutuskan diagnosa untuk gejala yang bapak alami. Tapi saya akan coba dengan rontgent dulu, bapak bersedia?”
“Baik, Dok. Tapi bagaimana dengan biayanya? Saya hanya seorang buruh pabrik.”
Tsabit tersenyum dengan ramah, “Itu tidak jadi masalah pak, bapak tidak usah memikirkan tentang hal itu, tadi bapak sudah menyodorkan ini pada saya.” Tsabit menunjuk pada sebuah kartu berwarna kuning yang bertuliskan ASKESKIN.
“Terima kasih, Dok”
“Sama – sama bapak,”
Itulah aktifitas Tsabit setiap hari, menjadi fasilitator dari kesembuhan pasiennya.
Terkadang, Tsabit termenung untuk mengingat akan apa yang telah ia lakukan. “Aku telah banyak menyusahkan orang lain, terutama ayah ibuku, tapi kini aku menjalani hidupku sendiri. Aku hanya bisa mengunjungi mereka di akhir pekan. Jadi, mungkin inilah jalanku. Aku harus bisa memberikan sesuatu yang setidaknya bisa bermanfaat bagi hidup mereka. Meskipun tidak seperti yang mereka bisa berikan padaku dulu.”
Tsabit mengangkat Telepon yang ada di ruang prakteknya, dan menekan beberapa tombol. Lalu tak berapa lama dia menunggu, terdengar suara seorang wanita,
“Assalamualaikum, ada yang bisa saya bantu?”
“Waalaikumsalam, benar ini tempat pendaftaran Calon Jamaah Haji region Jawa Timur?”
“Ya, benar bapak.”
Dan pembicaraan pun berlanjut hingga hasilnya adalah untuk 2 tahun ke depan Tsabit akan memberangkatkan orang tuanya ke tanah suci.
Tsabit menjadi sosok yang disegani dan dikagumi oleh orang – orang di sekitarnya. Mungkin karena kedemawanannya atau juga karena ketampanannya. Meskipun baginya, tak banyak yang ia lakukan untuk orang – orang di sekitarnya. Tsabit bukan merupakan orang yang alim, tapi dia adalah sosok pemuda yang religius dan rajin beribadah.
Sepintas, mungkin hidupnya terlihat sempurna dan mengagumkan. Tapi ada satu kekurangan yang ia miliki. Dia adaalah sosok yang agak kurang memiliki ketertarikan pada wanita. Bukan berarti dia gay atau homoseks. Tapi karena masa lalunya, karena ketulusan hati yang masih ia simpan hingga kini. Céri, seorang gadis biasa yang telah mencuri hati sang dokter. Tapi bagi pemuda berkacamata yang telah memperoleh kesuksesan atas usahanya selama ini, Céri bukan hanya seorang gadis biasa yang sering ia temui. Dia berbeda, mungkin benar mereka berbeda keyakinan. Menurutnya, Céri  adalah sosok yang paling berarti di hidupnya, satu kalimat yang membuatnya begitu terkesan, yang pernah ia dengar saat dia melakukan pembicaraan serius via telepon semasa mereka kuliah.
Sore itu Tsabit sedang bingung dan gundah, entah karena apa. Tak lama setelahnya, ia pun mengangkat HPnya dan menekan beberapa tombol. “Halo,” sapanya, dan terdengar jawaban dari lawan bicaranya, “Ya, halo… Ada apa?” Dan percakapan dilanjutkan dengan penuh keakraban yang telah berhasil Tsabit ciptakan untuk melancarkan misinya. Entah dapat dari mana dia akan keberanian itu. Di akhir percakapan, Tsabit membuka dengan kata – katanya “Hmm, Cér… Aku boleh ngomong sesuatu?” Céri dengan santai menjawab,”Emangnya dari tadi kita ngapain? Nggak ngomong?” Dan keluarlah kata – kata itu dari mulut seorang Tsabit. Mungkin tidak perlu disebutkan bagaimana detailnya, dan, kata – kata inilah yang membuat pemuda manapun tak terkecuali Tsabit terkesan akan gadis yang mengatakannya, “Mungkin aku cuma bisa bilang kalau aku merasakan hal yang sama, tapi biarkan hubungan kita tetap jadi sahabat hingga waktu yang tepat, yang penting kita sudah tahu perasaan masing - masing.” Dan mereka melanjutkan percakapan mereka lagi, bahkan lebih akrab dari sebelumnya.
Di dalam lamunan flashback masa lalunya tentang percakapan itu, tiba – tiba Tsabit dikejutkan oleh tukang kebunnya yang tiba – tiba datang dengan sepucuk surat yang diambilnya dari kotak surat di depan rumahnya. Memang di sebuah kawasan elite di kota Malang tidaklah mungkin tukang pos memanggil – manggil sang pemilik rumah ketika ada surat yang harus disampaikan. Kembali lagi Tsabit dikejutkan, dengan nama yang tertulis di amplop surat tersebut “Sincérite Areita”.
“Céri? Angin apa yang tiba – tiba membuatnya mengirimkan surat ini kemari?”
Tsabit yang tak mengira apapun tentang hal baik yang akan ia peroleh dari surat itu, hanya berpikir bahwa surat itu adalah kartu ucapan selamat ulang tahun seperti surat – surat yang telah ia terima dari pagi tadi. Dia sejenak merasa bahagia, karena teman – teman atau lebih tepat disebut sahabat – sahabatnya itu masih mengingat akan ulang tahunnya, dan ironisnya saat ucapan selamat itu datang, Tsabit pun tidak ingat akan hari ulang tahunnya.
Tapi ini berbeda, ada tiga hal yang tidak ia mengerti di ulang tahunnya kali ini. Bahwa yang pertama ia lagi Рlagi lupa akan hari ulang tahunnya jika tidak mendapatkan telepon dari ayah dan ibunya semalam. Dan ada apakah gerangan yang secara tidak biasa membuat C̩ri mengirimkan sepucuk surat untuk mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Lalu, mengapa semalam C̩ri tidak menelepon, untuk mengucapkannya. Di tengah Рtengah kebingungan, Tsabit memutuskan untuk segera membaca surat tersebut.
Tanpa ragu, Tsabit merobek amplop tersebut, dan membaca isi suratnya:

 =========================================== 
 
                                                            Paris, March 9th, 2021
Dear Tsabit,
Kita telah berpisah terlalu lama, ternyata aku merindukan hidupku yang dulu bukan pada keyakinanku yang dulu. Aku rindu kamu, sahabatku. Aku memutuskan untuk berpindah keyakinan, aku ingin bisa dekat denganmu. Sekarang aku bukan Céri yang dulu. Aku telah memperdalam isi kitab Al Qur’an, dan sekarang aku berjilbab.
Masih ingatkah kamu tentang pembicaraan terakhir kita? Mungkin aku tidak akan seyakin ini jika aku tidak berpindah keyakinan. Tapi bersama surat ini aku ingin mengatakan padamu, bahwa mungkin inilah waktu yang tepat untuk kita.
Your Bestfriends,
          


  Sincérite Areita 


 ===========================================

Tsabit yang tak menyangka, di hari ulang tahunnya ia mendapat kado istimewa yang berupa pernyataan dari sang pujaan hati, bahwa perasaannya berbalas. Lalu dia segera menelepon C̩ri. Dan singkat cerita mereka mendapat kesepakatan. Karena kesibukan masing Рmasing maka Tsabit memutuskan untuk melamar C̩ri saat mereka lengang. Dan tepat pada tanggal 21 Desember 2021 mereka melafadzkan janji suci di bawah naungan asma Allah SWT. di sebuah masjid di Paris, Perancis.
Mungkin itulah yang dinamakan buah manis dari kehidupan. Seorang pemuda yang tak pernah menduga nasib akan masa depannya, mendapatkan perjalanan kehidupan yang sangat menarik. Tsabit tidak meminta hidupnya berakhir sempurna dan bahagia. Begitu juga C̩ri, dia tak akan pernah tahu tentang perpindahan keyakinan jika dia tidak melakukannya. Karena kehidupan tidak hanya berakhir di sini, saat ini, di tempat duduk ini, di ruangan yang kita tempati untuk menyimak sebuah kisah hidup seorang Tsabit, yang menjalani kehidupannya, mendaki bukit ilmu pengetahuan dan mendaki puncak kesuksesan. Mungkin kita membayangkan, betapa tidak mudahnya menjadi seorang dokter, yang sudah menjadi cita Рcita dan harapan umum bagi setiap anak. Tapi ketika kita sudah menjalaninya, layaknya seperti Tsabit ketika ia meraih kesuksesan, pasti masih ada kesuksesan lain yang belum ia raih. Itu sifat umum manusia, benar Рbenar manusiawi.
Kisah persahabatan Tsabit dan lainnya tidak dilakukan tanpa kesengajaan. Itu membutuhkan kedewasaan untuk memupuk persahabatan. Tsabit dan Alfa  telah bersahabat lama meskipun berbeda jenjang pendidikan. Tapi ketika kedewasaan telah berakar di dalam diri, maka perbedaan tidaklah menjadi penghalang dalam persahabatan.
Tsabit dan C̩ri telah memutuskan untuk menjaga hati mereka masing Рmasing. Dan menunggu hingga waktunya tiba, saat mereka benar Рbenar siap dan pantas untuk mempererat hubungan mereka. Itu semua terlihat berbeda dengan kehidupan masa kini, yang lebih tepat disebut jaman ketidaksabaran, bandingkan saja ketika pemuda masa kini membuat hidup mereka seperti Tsabit dan C̩ri, tak akan ada kisah Married By Accident.
Kehidupan Tsabit dan C̩ri berlanjut di Negara kecil di sebelah timur Perancis, mereka memutuskan untuk membawa seluruh keluarga mereka, dan membesarkan anak Рanak mereka di Swiss. Mereka tidak begitu saja melupakan sahabat Рsahabat mereka, karenanya tak kurang dari 2 kali setahun mereka melakukan reuni kecil guna mempererat persahabatan mereka. Karena perjuangan mereka akan hidup yang memang tidak semudah saat kita bernafas, adalah membutuhkan pengorbanan besar. Dan perjuangan dan pengorbanan mereka tak akan berarti tanpa teman dan sahabat yang selalu ada bersama mereka.
Itulah Indahnya hidup jika kita mau berfikir.

Wanna support???