Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Wednesday, April 27, 2016

Manusia Berilmu

Banyak orang di luar sana merasa puas hanya dengan kualitas diri dan kemampuannya, sehingga mereka terlena dan tak bergerak sama sekali untuk mengembangkannya.

Padahal manusia-manusia pandai di masa lalu, para peneliti dan penemu, tidak begitu. Tak akan pernah tercipta teori gravitasi jika Newton menyerah dan cuek terhadap apel yang jatuh di dekatnya, tak akan pernah ada E=mc^2 jika Einstein berhenti belajar saat menerima cemoohan bahwa dia idiot, tak akan pernah ada teori genetika dasar jika Gregor Mendel berhenti menyilangkan kacang-kacang di kebun botani mininya, dan tak akan pernah ada ilmu-ilmu tersebut jika Rasulullah Muhammad SAW menyerah untuk menyebarkan firman Allah SWT beserta ilmu-ilmu induk yang sesungguhnya ke tanah Eropa dan juga seluruh dunia.

Manusia pembelajar, selalu ingin meningkatkan kemampuan mereka lewat pintu manapun, tak cepat puas dan selalu penasaran terhadap berbagai hal. Bahkan mereka selalu merasa bodoh di setiap peningkatan kualitas ilmu mereka.

Karena sesungguhnya kita hanya bisa mengaktualisasi diri jika kita mengerti, memahami, dan memperdalam apa yang kita geluti. Kita paham kekurangan diri kita jika kita mau mencari, mencoba berdamai dengan kesombongan, dan tak malu untuk rendah hati mengakui ketidak tahuan, sehingga pintu ilmu terbuka lebar untuk kita.

Bukankah telah jelas bahwa malaikat akan meminjamkan sayap-sayap mereka untuk para pencari ilmu?

Bukankah telah pasti bahwa Allah SWT meninggikan derajat orang-orang yang mau mencari ilmu hingga matinya mereka di tengah pencarian ilmu dapat dianggap sebagai mati syahid?

Ya, begitulah sepantasnya manusia. Tak pernah puas pada ilmu, peningkatan kualitas diri, dan juga level kehidupan mereka. Sehingga nantinya memiliki etos kerja tinggi untuk menjadi lebih baik, tidak hanya untuk diri sendiri, akan tetapi yang mau dan mampu bermanfaat bagi sekitarnya.

Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya?

Surabaya, 27 April 2016
(Di tengah launching premiere "together we stand, divided we fall")

Thursday, April 7, 2016

Life is Like an Atom

Jika kehidupan adalah sistem komunitas, di mana di dalamnya terdapat bagian-bagian penyusunnya berupa masyarakat, dan masyarakat terdiri atas individu.
Maka boleh lah sedikit berkaca pada satuan fungsional terkecil dari benda-benda yang sampai sekarang masih dipercaya sebagai unit yang menentukan suatu sifat benda, atau apapun itu yang ada di jagad raya.

ATOM

Sama dengan dia, manusia juga secara garis besar memiliki 3 tipikal utama.

1. Be like neutron
Manusia satu ini punya pandangan netral terhadap apapun. Dalam atom bobotnya hampir sama dengan proton, dan menjadi pemberat utama, dengan sekitar 1,67... x 10^-27 kg.
Kenetralan manusia jenis ini juga memiliki konsekuensi bagi lingkungan sekitarnya. Dia cenderung tak ingin mengganggu, dan juga tak ingin diganggu. Akan tetapi manusia dengan gaya kerja mirip seniman ini juga patut diperhitungkan eksistensinya, karena tanpa dia nampaknya dunia akan tidak berwarna. Mengapa? Karena yang ada hanya hal baik dan buruk, lalu yang abu-abu? Yang ragu-ragu? Atau yang campur aduk? Ya, dialah penentunya, pelakunya, dialah penengah dari segalanya. Tak positif, tak negatif, juga terkadang tak menentukan apa-apa. Keberadaannya hanya sebagai penonton dan penginput pendapat netral. Tapi siapa sih di dunia ini yang tak ingin ada penonton? Toh sosial media saja butuh penonton dan penikmat netralnya kan?

2. Be like proton
Manusia tipikal ini memiliki kesabaran dan keteguhan hati untuk sakit di atas rata-rata. Tujuannya hanya satu, menyenangkan semua pihak dengan hal-hal positif yang dia lakukan.
Sama dengan posisinya dalam atom, proton juga demikian, dialah penyeimbang muatan dari elektron yang sering labil, kadang bertambah atau juga berkurang. Beratnya? Mirip seperti neutron, karena dia juga yang menentukan berat dan sifat utama suatu atom.
Manusia pelayan seperti dia sangat mudah memberi masukan, selalu mencoba bermanfaat dengan berbagai sisi di kehidupannya. Meski terkadang kebermanfaatan dan perlakuan positifnya pada sekitar bertepuk sebelah tangan, mereka tetap istiqomah menjadi baik.
Bahkan dia tak jarang menjadi kambing hitam dari perlakuan manusia jenis elektron. Meski pada akhirnya terkadang dia berhasil menarik elektron untuk kembali "menetralkan" atom yang tak seimbang.

3. Be like electron
Manusia jenis ini, yang ketika dianalogikan sebagai elemen atom memiliki bobot hanya 1823 kali lebih kecil dibandingkan dengan neutron dan proton, mereka membawa satu sifat di manapun berada, negatif.
Akan tetapi warna dunia ini juga bergantung padanya. Si "receh" yang bobotnya hanya mampu menentukan muatan ion dari atom ini sebenarnya memiliki peran kecil di dalam masyarakat, yaitu agitasi. Mengoyak suatu keseimbangan dan perdamaian. Menjalankan suatu pola yang akan menunjukkan keseimbangan yang ada saat ini adalah nisbi (sementara), tidak kekal.
Di manapun keberadaannya selalu membuat onar, baik kecil maupun besar, selalu berhasil membentuk massa agar bisa menjadi pengikutnya, untuk menjadi agitator. Tipikalnya adalah lebih suka menyakiti hati orang lain, karena kedamaian hanyalah semu.
Sama sekali ini bukan justifikasi, atau menuduh secara sepihak, karena ketika dirasakan akan seperti inilah adanya, banyak orang-orang semacam ini.

Tulisan ini bukan bertujuan untuk melakukan generalisir, sama sekali bukan. Justru tulisan ini terinspirasi dari suatu keadaan di mana ketika di analogikan menjadi ATOM cukup klop dan menarik. Judging dan Perceiving, itu terserah anda yang membaca tulisan ini, akan tetapi satu hal yang penulis inginkan:

Kita sebagai manusia bisa memilih, jalan hidup mana yang akan kita perankan di manapun, dan kapanpun.
Apakah kita lebih cocok be like neutron? Be like proton? Atau justru be like electron?

Itu semua jalan hidup, yang punya konsekuensi masing-masing. Yang punya tanggung jawab masing-masing. Dan punya hasil akhir masing-masing. Meski ujungnya juga untuk keseimbangan ATOM dalam dunia kita, masyarakat, dan juga kehidupan umat manusia secara menyeluruh.

Tulisan ini sama sekali tidak berakhir, justru membuka banyak pertanyaan dan diskusi terbuka. Penulis yakin, banyak yang "manggut-manggut" dengan tulisan ini, atau bahkan ada juga yang kontra, it's totally free...
Karena hakekat manusia hidup adalah untuk berpikir, bergerak, dan menggerakkan, baik secara lisan, maupun tulisan.

Selamat bermasturbasi pemikiran!!!
Jika tak ingin pikiranmu bermasturbasi, berdiskusilah...

Surabaya, 7 April 2016
#KotakAjaib

Wanna support???