Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Wednesday, January 18, 2017

Flashback: Kegagalan Termanis


(persembahan terbaik untuk adik-adik yang akan menghadapi masa galau menuju ke sana...)

PROLOG
Mahasiswa baru adalah gerbang, masa peralihan (transisi) yang menarik. Banyak kisah suka, duka, bahagia, dan juga air mata. Tapi saya pikir metamorfosis saya dimulai bukan pada titik itu, karena jauh sebelumnya saya sudah mengalami pendewasaan yang luar biasa. Lewat sebuah cerita tentang tersesat dan gagal.

Masih terngiang di telinga ini tentang ucapan mantap yang saya utarakan kepada guru BK SMA Negeri 1 Bojonegoro, "saya ingin daftar ke kedokteran, pak". Setidaknya itulah awalan proses menuju pendewasaan saya dimulai. Menjadi sepuluh besar, lima besar, tiga besar, dan bahkan peringkat pertama kelas dan sekolah seringkali menghampiri diri saya sejak SD, SMP, dan bahkan SMA. Apa yang saya inginkan, pasti saya usahakan maksimal. Dan untungnya, di tiga jenjang sekolah yang telah saya lalui itu, Allah SWT selalu memberikan saya keberhasilan tanpa henti dan seolah doa-doa saya selalu terjawab dengan: YA!.

Akan tetapi kali ini berbeda. Perjalanan menuju perguruan tinggi tidaklah semulus sebelumnya. Dengan percaya diri bermodalkan nilai akademik di atas rata-rata saat SMA, saya arogan, saya merasa mampu, dan tanpa pikir panjang, menuliskan keinginan pilihan saya saat SNMPTN undangan (entah sekarang apa namanya) dengan formasi:
Pilihan Universitas 1: Universitas Gadjah Mada
1. Fakultas Kedokteran
2. -
Pilihan Universitas 2: Universitas Airlangga
1. Fakultas Kedokteran
2. -
Yang sekarang saya sebut dengan "upaya bunuh diri", pilihan itu sangat amat arogan dan riskan. Di mana saat itu (kabar-kabur yang beredar) 80% kuota mahasiswa yang lolos SNMPTN undangan di UGM adalah yang berasal dari sekolah yang berada di bawah naungan regional Jawa Tengah dan sekitarnya, dengan sisanya dari daerah lain. Dan sedangkan Universitas Airlangga, khususnya FK) (lagi-lagi lewat kabar kabur) tidak pernah mau atau sangat jarang menerima siswa yang menaruhnya di pilihan kedua (wallahu'alam). Alhasil? Gagal total, SNMPTN undangan bukan jalan saya menuju jenjang perkuliahan.

Selanjutnya saya bertekad untuk hijrah sejenak ke luar kota Bojonegoro demi menempuh suasana baru bimbingan persiapan SNMPTN tulis (yang sebelumnya tak pernah terbayang akan saya lakukan). Alasan saya "mengapa harus luar kota" simpel: karena persaingan saya bukan hanya berasal dari Bojonegoro saja, akan tetapi dari berbagai daerah, maka saya perlu menggembleng diri saya dan mengomparasikan kemampuan saya dengan siswa lain dari luar daerah. Saya pilih SURABAYA sebagai destinasi hijrah 3 bulan saya bimbingan intensif. Saat itu pikiran saya hanyalah bagaimana caranya saya berjuang mencapai standar yang saya buat sendiri, setinggi apapun itu, untuk mendapatkan apa yang saya inginkan: Fakultas Kedokteran.

Saya mendaftarkan diri saya di salah satu LBB dengan paket intensif fullday, akan tetapi sepertinya keberuntungan tak berpihak pada saya, karena paket tersebut telah full booked beberapa minggu sebelumnya. Tapi saya tak menyerah sampai di sana, dengan amunisi amanah dari orang tua yang harus saya maksimalkan, saya memutuskan untuk mendaftar di dua LBB berbeda sekaligus. Dengan formasi paket "kelas pagi 9.00-12.00" di LBB X dan "kelas siang 14.00-18.00" di LBB Y. Setidaknya meski tidak full day, waktu saya selama kurang lebih 180 hari hijrah sementara tidaklah sia-sia dan 'wasting time', dengan kompensasi harga yang lebih ekonomis.

Waktu bergulir cepat, mempertemukan saya dengan orang-orang hebat dan sahabat-sahabat terbaik yang memiliki keinginan sama: menaklukkan mimpi pribadi setinggi apapun itu. Akhirnya H-14 hari SNMPTN tulis telah tiba, hari ini adalah saat di mana pendaftaran online dimulai. Berdasarkan try out terakhir dari dua LBB, target saya selalu tercapai untuk pilihan pertama, percaya diri saya tumbuh di sana. Akan tetapi satu hal yang pasti, kegagalan saya sebelumnya di SNMPTN undangan telah banyak mengubah diri saya. Bahwa nekat bukanlah hal terbaik yang diajarkan oleh "masa transisi menjelang SNMPTN". Di masa ini apa yang kita lakukan akan menjadi tolok ukur masa depan kita selanjutnya, akan ke mana kita, dan akan menjadi apa kita di masa depan ditentukan di masa ini. Maka strategi pun harus dimainkan demi tercapainya "plan A", "plan B", dan juga plan-plan lainnya. Untuk itulah formasi pilihan saya jatuh pada bidang Engineering di pilihan kedua. Karena pada saat itu SNMPTN tulis hanya menawarkan 2 pilihan untuk IPA dan 2 pilihan untuk IPS, serta 3 pilihan jurusan untuk IPC (pilihan bagi mahasiswa yang ingin mencari celah keuntungan di antara kedua bidang sains dan sosial).
Formasi bentukan saya untuk SNMPTN tulis adalah:
1. Fakultas Kedokteran
2. Teknik Material dan Metalurgi

Waktu saya untuk mengatur strategi sudah habis, dan pekan SNMPTN tulis pun tiba...
(skip)

Masa galau saya terjawab saat bulan Juli tiba, SNMPTN tulis menyuratkan jawaban bahwa pilihan ke-2 sayalah yang menjadi jalan terbaik. Kecewa? Jelas, karena baru kali ini saya mengalami kegagalan (selama beberapa tahun ke belakang, sejak SD-SMA). Tapi saya tak tinggal diam, kesempatan lain yang bisa membawa saya ke mimpi saya tak boleh tersia-siakan. SIMAK UI menjadi pilihan ikhtiar pamungkas saya saat itu. Pikiran saya hanya satu: jika SIMAK UI tak menghantarkan saya ke FK, maka "anak panah keberhasilan saya memang harus mengubah arah dan ditarik mundur lebih jauh sebelum akhirnya melesat jauh ke bidang Engineering". Tapi sepertinya kali in jawaban Allah SWT untuk saya adalah: "TIDAK! Pilihan dua di SNMPTN tulis adalah yang terbaik buatmu". Karena tepat satu minggu sebelum tes SIMAK UI saya ikuti, saya harus opname karena demam berdarah di RSUD Bojonegoro. Bahkan, saat sakit pun saya tak menyerah, dan sempat berucap pada dokter: "Dok, kalau Sabtu trombosit saya normal, ijinkan saya keluar ya, saya mau ke Surabaya untuk tes SIMAK UI untuk regional Surabaya." Tapi memang nasib berkata lain, justru Sabtu adalah angka terendah trombosit saya, sehingga pupus lah harapan saya menjadi mahasiswa kedokteran via jalur pamungkas yang saya persiapkan.

Semester 1-2 di Teknik Material dan Metalurgi saya lewati "tanpa nyawa", karena memang bukan pilihan pertama saya. Bermodal kemampuan Matematika, Fisika, dan Kimia yang sempat saya dapatkan di SMA, dua semester awal saya bukanlah sebuah masalah berarti. IPK saya berhasil melesat di angka 3,7. Tapi sekali lagi "tanpa nyawa", sempat saya akan memutuskan untuk ikut SNMPTN ulang menuju FK di tahun berikutnya, dan orang tua saya mengijinkan. Tapi sekali lagi Allah SWT memberikan sentilan bahwa pilihan jalan ini adalah yang terbaik. Thypus saya kambuh di waktu menjelang pendaftaran, dan harapan saya pupus untuk kedua kalinya. Tapi dengan demikian saya bersyukur, kegagalan demi kegagalan yang tentunya tidak sesuai rencana awal saya, membawa perubahan besar. Saya menjadi "lebih rendah hati", "lebih legawa" dan "lebih menerima takdir Allah SWT" setelah apa yang saya usahakan benar-benar SUDAH MAKSIMAL.

Dan hasilnya, tiga tahun masa kuliah (setelah semester 1 dan 2) menjadi lebih fun. Asisten dosen, Asisten Laboratorium, dan menjadi guru privat bagi adik-adik SMA, serta bermain-main dengan organisasi intra kampus menjadi aktivitas keseharian saya kala itu. Hingga akhirnya apa yang saya usahakan tentang FK terjawab di tahun terakhir, saya berkesempatan untuk men-design riset Tugas Akhir berupa "pembuatan bahan implan tulang biodegradable menggunakan paduan Magnesium-Besi-Kalsium". Dan pengalaman inilah yang membuat saya tergelitik, bahwa ternyata untuk berkecimpung di dunia kedokteran pun tak perlu jadi dokter, dari bidang saya pun, saya juga bisa.

Hingga pada akhirnya Surat Penerimaan (Letter of Acceptance) saya untuk melanjutkan studi master di luar negeri pun saya genggam kurang lebih satu semester sebelum saya lulus dari jenjang S1 saya.

EPILOG:
MASA SEBELUM SNMPTN/SBMPTN/apalah namanya sekarang, ADALAH MASA DI MANA KALIAN BELAJAR UNTUK MENENTUKAN JALAN HIDUP DAN MENGATUR STRATEGI UNTUK MASA DEPAN KALIAN. Sering-sering diskusi dengan orang yang lebih dulu mengalaminya akan sangat membantu. Dan jangan lupa juga, mendekatkan diri kepada Allah SWT/Tuhan kalian adalah hal terpenting di samping meminta ridho orang tua.

(Sebagian tulisan saya ini sudah pernah tertuang lewat sajak-sajak di https://tanpa-inspirasi.blogspot.tw/2012/07/arah-takdir-sang-jarum-tak-selalu-ke.html)

Selamat bertransformasi!!!

Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha (Ozha)
#KotakAjaib

Wanna support???