Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Tuesday, April 17, 2018

Highlight Pulang Tak Terduga: Edisi "Marriage is always Win"

PROLOG
Waaah, kasihan banget kamu blog! Beberapa minggu ini ditinggalin penghuninya ya? Bahkan tukang kebunnya pun nggak datang. Tuh, terasnya pada kotor, lantainya berdebu, kacanya kusam juga, asal selang air kerannya nggak buntu dan kotor sih ya...

13 Maret
Hari ini spesial banget sih, karena novel trilogi perdana besutan nama pena yang 5 tahun ke belakang baru tercipta (itu pun masih dihina-dina dengan sebutan-sebutan nyinyir ala-ala), #KotakAjaib. Judulnya ACHRODIAG, nggak nyangka banget sih sebenernya cerita tentang Arrez, Feno, Bobby, dan Zera bakal terbit secepat ini, mengingat cerita jatuh-bangun, tertulis-terhapus, dan lain-lainnya sejak 2012.

(click to enlarge)
Then, cukup dulu basa-basinya untuk tanggal ini. Karena tentang ini akan ada section lainnya untuk diceritakan lebih lengkapnya. Tunggu juga seri kedua dan ketiganya nanti ya!!!

Seminggu Menjelang Pulang
Masih di bulan yang sama dengan terbitnya ACHRODIAG. Kabar tentang tanggal pernikahan kakak yang tercetus begitu saja di akhir bulan Januari lalu memang sedikit banyak berpengaruh besar terhadap rencanaku di awal Spring semester kali ini. Bagaimana tidak, karena kondisi hectic semester akhir studi master-ku kali ini sedang tidak bisa ditinggal, apalagi jarang dibelai.

Singkat cerita satu minggu menjelang 29 Maret lalu menjadi hell-week tersendiri, karena kondisi mental dan fisik yang harus beradu dengan argumentasi perizinan pulang oleh professor belum diterima. Padahal tiket sudah terbeli dan bahkan dalam bentuk pulang-pergi (two way ticket). Alhasil, ada banyak pilihan cara yang bisa dilakukan mantan mahasiswa kampus "teknik" perjuangan (yang belakangnya Sepuluh Nopember lho ya, bukan yang lain) ini untuk mengambil hati professor. Salah satunya dengan memberikan sogokan progress yang sedikit overload dari biasanya. Dengan konsekuensi tubuh dan pikiran yang harus diuji lebih ketahanannya. Lari ke gedung Engineering 1-3-5 secara marathon sehari lima kali juga sudah biasa. Berangkat pagi pulang dini hari pun tak sungkan dilakukan. Demi apa? Demi memperjuangkan bertahannya nama di Kartu Keluarga (ini hiperbolik sih).

"Hi Prof, May I come to your lab today?"
"Again? For what?"
"I want to discuss my plan with you for two days forward."
"Just come now!"

Dan argumen tentang progress sintesis pun berakhir dengan senyum gembira professor hari itu, karena dalam kurun waktu kurang dari satu minggu ternyata sintesis bahanku berhasil untuk 5 resep dari total 6 (yang satu masih gagal).

"Then, what's your plan for tomorrow (27/03)?"
"I will do Raman and DLS for all of my samples."
"Have you booked the instrument? I hear your friends don't get the allowance this week."
"Hehe, I think the power of networking shall be working here. I already message another professor who has Raman Instrument. Also, I already booked DLS from the Environmental department, my Vietnamese friend was helped me yesterday."
"Wow, that's good! Ok, please continue your work..."

Udah ya, mekanisme pengujiannya gimana ngak usah didetailkan. Intinya H-1 keberangkatan ke Indonesia ada percakapan singkat tapi epic antara kami berdua.

"So, here's my future plan, Prof!"
"Hmmm, ok. You already write your plan after gave me great progress this week. I can't tell anything but just go! Please come back on time, like what you write there, on your slide..."

Pulang
Dua puluh sembilan Maret, akhirnya pesawatku take off dari Taoyuan International Airport pukul 10.30 Waktu Taiwan.

Seperti biasa, senja di atas langit Kalimantan.
(sengaja gambarnya gini biar fullscreen di smartphone)

Tiba pukul 18.30 waktu Surabaya (WIB), disambut dengan senyuman mama dan papa, juga Zaky. Then what? Ya pulang, mau ngapain lagi.

3-4 April
Agenda di dua tanggal ini sama sekali tak terencana sempurna, tapi berhasil dieksekusi dengan luar biasa. Dengan bantuan Kun Fayakun tentunya.

Di kantor GNFI, nganterin novel perdana, ditunjukkan sudut-sudut "ruang positif" milik mereka langsung oleh founder-nya. Kurang eksklusif apa lagi coba?
  1. Antar undangan nikah kakak ke bapak & ibu kos selama 3 tahun masa kuliah, yang baiknya udah kaya saudara jauh dan baru ketemu lagi setelah terpisah lama. 
  2. Silaturrahim ke bapak ibu dosen DTM ITS (termasuk di dalamnya ketemu kawan-kawan MT14 yang lanjut S2, adik MT15, MT16, dan MT17 yang dulu pernah sosialisasi sekali-dua kali pas masa kaderisasi mereka, juga mampir ke markas para grader Metalurgi, beserta say hi dan bersalaman dengan pranata-pranata lab yang dulu sering banget direpotin semasa pengerjaan Tugas Akhir) 
  3. Mampir untuk pertama kalinya ke kantor Good News From Indonesia, bahkan sampai mas Akhyari Hananto (sang founder), yang saat itu seharusnya masih di Jogja, mempercepat jam kepulangannya. Sekalian nganter novel baruku sih :) 
  4. Pillow talk bareng Kukuh dan Yogie semalam sebelum kembali ke Bojonegoro 

Menjelang Hari-H
Jemput Tira Kurnia Saputri di stasiun Bojonegoro, yang datang barengan keluarganya. How lucky I am, bahkan usahaku untuk pulang demi nikahan kakak pun disambut baik sama kamu dan keluargamu yang datang jauh-jauh dari Depok ke Bojonegoro. Dan lagi, kaya yang kamu bilang bahwa ini adalah pengalaman pertama kalinya mama-bapak-Adin naik kereta sejauh ngelewatin tiga provinsi. So thank you ya :*

Delapan April Dua Ribu Delapan Belas
Udah ah, untuk ini highlight-nya pakai foto-foto aja ya. Intinya ini hari-H nikahan Hardhika Rian Wardhany Hernandha (Herdha), kakak perempuan satu-satunya dari Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha (Ozha, si anak bungsu).

Di prosesi ini, papa yang se"kuat itu" aja nangis pas jadi wali, baper maksimal cuy!!!
Masih di hari yang sama, dari kiri: Tira, mas Dhega, kak Herdha, me. Maafkan ke-absurd-an kualitas fotonya ya, ini aja fotoin dari komputer tukang fotonya. Efek kebelet nulis padahal belum dapet fotonya nih, nanti diubah kalau sempat ya :)
Kiri ke kanan: me, her, Eka, Yogie
Pose pertama

Pose kedua

Pose ketiga, bareng Fahry (adik sepupu yang udah ganteng, pinter, dan jarang banget ngerengek meski masih delapan bulan)
Pinter banget kan, curi-curi kesempatan kangen-kangenan di sela-sela acara nikahan. Hahaha, maklumin lah ya, dari sejak kenal "nggak sengaja" untuk pertama kali di 2012 (masih sama-sama punya pacar), bikin komitmen di 2015, sampai detik ini kita cuma ketemuan live enam kali. Gimana nggak pejuang LDR banget tuh? Dari mulai jaraknya sejauh Depok-Surabaya (UI-ITS) atau Depok-Bojonegoro, sampai sekarang jadi Indonesia-Taiwan. Mohon doanya agar dikuatkan dan dilancarkan sampai hari-H kita ya (lho?). Boleh lah curi-curi minta doanya dari para pembaca juga :)

Nah ini nih, salah satu pasangan inspiratif (bapak-ibu kos selama masa S1) yang pernah ngalamin LDR Indonesia-Australia juga, sampai akhirnya si bapak nyusul ibu buat memperjuangkan gelar master-nya sampai lulus di negeri Kanguru.
The Last
Waktunya pulang...

Kiri ke kanan: Yogie, me, Vini "opin", yang merelakan bangun pagi hanya demi mengantarkan seonggok daging bernyawa ini.

Nah, di pose kedua ini ada drama yang tak diceritakan. Tapi dramanya bukan diantara kita bertiga.
Penasaran apa dramanya?
Dramanya adalah: GAGALNYA PERTEMUAN "anak ayam" DIVERGENT UNTUK MENGANTAR ABAHNYA KEMBALI KE PERANTAUAN. Yah, meski batal ketemu langsung, thanks a lot untuk Regita, Silvia, Zumar, dkk, yang sudah mengusahakan pertemuan dengan abahnya. Semoga kalian sukses terus ya, nak...

Delay
Sore sampai malamnya di Hong Kong, akibat delay cuaca ala-ala
Take Off HKG - TPE
Bener-bener serasa pesawat pribadi deh malam itu
Then, pada akhirnya aku sampai di bandara Taoyuan International Airport lagi tepat di penghujung tanggal 14 April 2018. Dan wajah pertama yang hadir di pintu keluar adalah sesosok room-mate ketigaku selama di NCU, yang perawakannya sebenernya pantes kalau sholeh, meski dia memilih untuk menjadi terlampau m*sum, KLIK DI SINI.

EPILOG
Udah ah, highlight pekan pulangnya sekian dulu aja ya. Maaf kalau sedikit absurd dan nggak jelas. Ya mau gimana lagi, ini nulisnya aja curi-curi waktu nyusun draft thesis. Mohon maklumnya ya :*

Finally, happy wedding buat kakak. Bahagia selalu ya, doa-doa baikku inshaAllah selalu tercurah di manapun berada buatmu dan keluarga...


#KotakAjaib

Friday, March 23, 2018

Proud to see "Made in Indonesia"

PROLOG
Melabeli diri sebagai Indonesia bagi kita dalam hal banyaknya keberadaan pekerja migran di luar negeri sepertinya sudah tak asing lagi di telinga. Atau bahkan bisa jadi malah telah mengerak menjadi trademark. Nah, kali ini di tengah jeda progress laboratorium yang sedang mulai naik-naiknya, aku sengaja kepo-kepo beberapa hal terkait Indonesia yang lain dari pada labelling biasanya. Hal-hal apa tuh? Yuk disimak...

============================
Disclaimer:
1. Jangan berharap ulasannya banyak ya, karena kepo-keponya singkat tanpa (terlalu banyak) riset mendalam sebelum menulisnya, jadi modalnya cuma jalan-jalan ke Family Mart dan berselancar di dunia maya.
2. Tulisan ini dibuat atas inisiatif penulis sendiri menyebarkan kabar positif ke-INDONESIA-an, sama sekali bukan media promosi atau sebagai bentuk afiliasi dari pihak manapun. Meski pada akhirnya ada pihak yang diuntungkan, ya itu anggap saja sebagai amal jariyah bagi penulisnya. Selebihnya, terserah penyikapan para pembaca saja.
3. Dan lagi, jika tinggal di luar negeri kemudian dicap "tak memiliki nasionalisme", mari perluas lagi definisi nasionalismemu, karena mencintai INDONESIA dari luar sini juga sama istimewanya dengan mencintai INDONESIA saat berada di dalam batas teritorialnya.
============================

Nah, di kesempatan kali ini aku ingin merepost tulisan dari beranda LINE messenger (yang sepi peminat) sejak tahun lalu, ditambah upaya tambahan informasi hasil jalan-jalan di minimarket dalam kampus (National Central University, Taiwan). Tulisan kali ini berfokus pada bagaimana cara berbagi semangat positif ke-Indonesia-an melalui tulisan hasil kepo-kepo secara singkat dari sebuah perusahaan Indonesia yang sayapnya ternyata sudah lebar ke mana-mana.

Apa sih namanya? coba ditengok dulu lah gambarnya 😉

Kertas untuk keperluan menimbang bahan di laboratorium (source: kamera penulis)

Jadi tepatnya hari Senin (27/3/2017), yang jadi hari pilihanku untuk membuat adonan slurry—bahan setengah jadi dari campuran material-material untuk katoda baterai, bentuknya mirip lumpur, teksturnya antara cair atau lengket—eh btw jangan fokus ke slurry-nya ya, biar aku aja yang bingung ngurusin mereka untuk bahan thesis, kalian jangan! Tak akan kuat...

Seperti biasa, aku mengawali ritual pembuatan slurry dengan pasang sarung tangan, menyiapkan sendok untuk berbagai macam bubuk campurannya, tissue, dan juga kertas timbang. Tak ada yang spesial di awal, hanya sekilas melirik label yang ada di plastik kertas timbang, di sana terbaca PARISINDO PRATAMA. Ada sedikit sense of want to know more waktu itu, tapi "ah sudahlah, selesaikan dulu saja kerjaan ini," pikirku. Dan akhirnya, semua berakhir biasa, dan bahkan tentang urusan kertas timbang tadi sempat terlupa.

Karena memang aktivitas semester kedua (tahun lalu) kali ini tak lagi sesantai sebelumnya. Yang kukira hari-hariku pasca NCU ICD 2017 akan sepi dan hampa di lab-lab saja, ternyata tak demikian adanya, sebab ada 'mainan' baru bersama mahasiswa-mahasiswa super lainnya untuk berhimpun dalam organisasi nomor wahid bagi pelajar di Taiwan. Hingga tiba di hari ini, Kamis (30/03/2017), kembali kuutak-atik slurry untuk material lainnya, sebagai pembanding material sebelumnya.

"Lha, mau nulis tentang ini kemarin lupa..." gumamku setelah menyelesaikan pembuatan slurry tercinta.

Tulisan kali ini tak diambil (terlalu) serampangan, melainkan asli hasil kepo dari beberapa Company Profile (CP) perusahaan. Awalnya melihat imbuhan INDO membuatku penasaran.

"Ini yang buat perusahaan Indonesia?" gumamku.

Sampai pada akhirnya gugel pun jadi gerbang rujukan penelusuran sebelum tiba di web dan pdf CP masing-masing perusahaan terkait. Kira-kira begini bunyi kutipan dari CP tersebut:

CP 1:
PT. Parisindo Pratama has been in the paper industry for more than 24 years. As time went by, it has proven itself to be a trustworthy, competent and reliable company. The company was established in 1983, manufacturing specialty paper in Indonesia. In 1987, it embarked on a new journey on manufacturing commercial production of specialty paper. Since then, PT. Parisindo Pratama is only going from strength to strength.
(source: https://www.parisindopratama.com/about%20us.htm)

CP 2:
P.T. Warga Djaja adalah Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang sudah berdiri sejak Tahun 1960, P.T. Warga Djaja merupakan Perusahaan yang cukup berpengalaman dan dapat dipercaya dalam bidang usaha yang berhubungan dengan Kertas, Tekstile dan Sticker. Pada awalnya kami berperan sebagai distributor kertas dan tekstil yang sebagian besar berasal dari Jepang. Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun, pada tahun 1970 kami ditunjuk menjadi distributor tunggal dari P.T. Century Textile untuk memasarkan produk-produk mereka di dalam negeri. Seiring dengan berjalannya waktu, kami menyadari bahwa kami tidak bisa terus bergantung produk import yang jumlah dan jenisnya terbatas. Kesimpulan itulah yang mendorong manajemen P.T. Warga Djaja untuk mengakuisisi pabrik kertas P.T. Parisindo Pratama yang terletak di Gunung Putri Bogor pada tahun 1987. Pabrik kertas ini dipilih karena kemampuannya untuk memproduksi berbagai macam kertas khusus seperti kertas Greaseproof, kertas Glassine dan juga kertas Concorde. Hasil produksi kertas dari P.T. Parisindo Pratama telah berhasil dipasarkan tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri seperti Filipina , Malaysia , Singapura , Taiwan , Korea ,Vietnam, Pakistan , Australia , dllnya. Keberhasilan P.T. Parisindo Pratama ternyata menarik perhatian dari Lintec Corporation , produsen sticker terbesar dari Jepang yang saat itu sedang mencari partner lokal untuk mendirikan pabrik di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1994, P.T. Parisindo Pratama dan Lintec Corporation Japan mendirikan P.T Lintec Indonesia yang memproduksi Sticker. P.T. Warga Djaja sebagai pemegang saham P.T. Parisindo Pratama pun ditunjuk sebagai salah satu distributor utama untuk memasarkan produk-produk P.T. Lintec Indonesia di dalam negeri.
(source: http://www.wargadjaja.com/in/wargadjaja)

WOW!!!

Sudah jauh-jauh merantau kemari ternyata memang jodohnya tetap INDONESIA, dan ternyata rasa bangga menjadi bagian dari negera kepulauan ini memang nggak bisa dilunturkan dengan "sekenanya". Lumrah sih, memang sejak dua puluh tiga tahun lalu (tahun 2017) kan aku makan-minumnya juga dari tanah dan air INDONESIA.

Dan ini lagi nih bonusnya. Baru aja kejadian sore tadi (23/03/2018), tepatnya saat masuk ke deretan etalase baterai di Family Mart bersama kawan berkebangsaan India.

"Hi Ozha! Did you know? This product's made in Indonesia..." ujarnya sambil memegang sebuah baterai koin bermerek Energizer.

"Oh ya?" batinku. Sambil mengambil hape dan memotret baterai tersebut.

Baterai koin untuk jam tangan, dan alat-alat elektronik lainnya, bertuliskan made in Indonesia yang bertengger di etalase salah satu minimarket di Taiwan (source: kamera penulis, atas seizin kasir minimarket)
Akhirnya aku kembali menajamkan insting kepo untuk berselancar di dewa mesin pencari: gugel. Dan akhirnya kutemukan bahwa ternyata memang P.T. Energizer Indonesia telah mengekspor banyak sekali produk-produk baterai. Based on Bloomberg, ternyata perusahaan ini telah memulai debutnya sejak tahun 2000. Ada 9-20 produk baterai yang diekspor oleh perusahaan ini ke berbagai negara (setidaknya menurut web ini dan web ini).

WOW!!!

Bahkan tercatat ada sekitar 950an pengiriman produk baterai dari Indonesia ke USA dalam kurun waktu 8 bulan (Maret-November 2017), dengan sekali pengiriman sekitar 3037 kg produk baterai.*
*hasil kepo singkat selama berselancar di dunia maya

Tuh kan, kebayang dong betapa kerennya negara kita? Padahal baru dilihat dari dua produk aja (efek penulis males menggali lebih produk-produk lainnya aja sih -_-)

Jadi intinya, bagi para pesimistis yang sering nyinyirin negerinya sendiri dengan slogan-slogan nggak karuan semacam "kirain Indonesia cuma bisa bikin sandal jepit doang" atau nyinyiran-nyinyiran tak elok lainnya, think again, guys! Ini nih, produk kebutuhan laboratorium dan produk energy storage aja kita sampai bisa ekspor lho, kurang sangar apa lagi negeri kita?

Thus, adakah alasan bagi kita untuk tak bangga menjadi INDONESIA?

Apapun alasannya, bentuknya, caranya, dan pandangannya, jangan pernah pesimis dengan INDONESIA. Karena negeri sebesar INDONESIA dengan berbagai macam kabar positif yang dimilikinya, sangat tak indah jika kalian memberinya "bungkus" dengan label-label buruk hasil masturbasi pemikiran kalian sendiri. Yuk selalu berkabar positif tentang INDONESIA di manapun berada!!!

EPILOG
Banyak sekali hal-hal yang membuat kita bangga menjadi Indonesia, lalu kira-kira apa yang bisa membuat Indonesia bangga memiliki kita? Mari kita renungkan bersama...

Monday, January 29, 2018

Kamu Generasi Milenial? Yuk Baca Pesan Ini, Nomor 6 Bikin Cepat Move On!

PROLOG
"Manusia-manusia dalam satu generasi (yang ditentukan dalam rentang tahun dan masa tertentu) akan memiliki kemiripan satu sama lain." - Mannheim, 1927 
Lalu, bagaimana dengan kelompok manusia di generasi lain?
Ya sesuai dengan kemiripan "golongan" generasi mereka sendiri, untuk itulah penggolongan semacam ini ada...





Mannheim berhasil membuat sebuah ulasan unik tentang manusia. Terutama yang berkaitan dengan hubungan antargenerasi yang dihadapi, dari sudut pandang The Problem of Generation, sebuah esai yang di-republish oleh Paul Kecskemeti di 1972 (tautan bacaan lengkapnya ada di prolog). Ulasan esai ini pada akhirnya menjadi pijakan bagi sebagian sosiolog untuk membagi-bagi generasi berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing. Yang pada akhirnya secara garis besar pembagian tersebut berujung pada istilah-istilah unik bagi sekumpulan manusia-manusia dalam rentang waktu tertentu, contohnya sebagai berikut:
  1. The Lost Generation - The Generation of 1914 (1890-1915)
  2. The Interbellum Generation (1901-1913)
  3. The Greatest Generation (1910-1924)
  4. The Silent Generation (1925-1945)
  5. Baby Boomer Generation (1946-1964)
  6. Generation X - Baby Bust (1965-1979)
  7. Xennials (1975-1985)
  8. Generation Y - The Millennials - Gen Next (1980-1994)
  9. iGen - Gen Z (1995-2012)
  10. Gen Alpha (2013-now)
(Based on Western Cultural Generation, tahun berwarna merah memiliki time merging)

Tapi meskipun daftar itu adalah secara garis besar, tetap saja tak ada kesepakatan satu sama lain antarpeneliti, karena masing-masing peneliti memiliki acuannya masing-masing. Seperti halnya acuan geografis benua, kondisi politik, dan kondisi-kondisi yang dapat membuat perbedaan-perbedaan lainnya. Sehingga akhirnya ada simplifikasi lain yang mereduksi beberapa generasi yang memiliki time merging menjadi satu kesatuan generasi. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh redaksi Tirto dalam salah satu artikel mereka:
  1. Generasi Era Depresi (1920-1938)
  2. Generasi Perang Dunia II (1939-1945)
  3. Generasi Pasca-PD II (1946-dst)
  4. Generasi Baby Boomer I
  5. Generasi Baby Boomer II
  6. Generasi X (1965-1979)
  7. Generasi Y - Milenial (1980-1994)
  8. Generasi Z (1995-2012)
(Berdasarkan artikel Tirto tentang Gen Z, di mana untuk tahunnya penulis coba telusuri sendiri dan menyematkan berdasarkan cocoklogi dan mix and match, karena pada artikel Tirto di tautan tersebut tidak memberikan keterangan rentang tahunnya)

Ini salah satu contoh infografis yang penulis comot dari Tirto untuk mempermudah pemahaman pembaca
Nah, banyak banget kan klasifikasinya?

Itulah mengapa ilmu (baik sains maupun sosial) itu sifatnya nisbi, karena ketika satu variabel, time frame, subyektivitas pengamat, dan faktor-faktor lainnya diubah atau ditambah, akan ada hasil-hasil yang berbeda dalam paparannya.

Oke, oke, setelah kita tahu generasi-generasi tersebut beserta rentang tahunnya lalu apa?

Nah, ini alur pertanyaan yang bagus. Belakangan ini seringkali kita temui berbagai macam artikel yang menerangkan dan mendeskripsikan bagaimana kondisi-kondisi dan tipikal para generasi. Dari yang obyektif, based on paper dan penelitian, sampai pendapat-pendapat subyektif para pakar dadakan yang ingin eksis dengan argumentasi seadanya (dan mungkin pembuat tulisan ini juga salah satunya, blame me! I always open with it ^_^). Lalu ada juga yang menghubungkan tingkah polah para generasi dengan tindak-tanduk mereka di masa depan, jenis pekerjaan apa yang cocok dan menunjang, hingga nasib mereka ke depannya ditinjau dari segi kepemilikan rumah-ketersediaan uang pensiun-dan banyak lagi. Dan percaya atau tidak artikel-artikel semacam itulah yang membuat kenyataan ramalan-ramalan dan forecast tersebut menjadi nyata.

Ah masa' sih?

Logika ini persis seperti kepercayaan manusia terhadap ramalan bintang (horoskop/astrologi). Di mana manusia lebih cenderung untuk memercayai apa yang menjadi label di dalam dirinya. Contoh: Orang yang lahir di bulan Maret-April, oh bisa jadi bintangnya Pisces. Then, si pemilik bulan lahir itu membaca kelanjutan ramalan tentang finansial. Suatu ketika di sana tertulis: "minggu ini kamu akan mengidap kanker (kantong kering)". Bagi orang-orang pemilik bintang Pisces (dan terlalu mempercayainya) akan gelisah dan mencoba menghubung-hubungkan kehilangan dompetnya dua hari setelah mereka membaca artikel horoskop tersebut terhadap isi horoskop. Mereka terburu-buru depresi dengan kebingungan yang ia timbulkan sendiri karena terbawa suasana ramalan bintang. Yang meskipun pada akhirnya di akhir pekan berikutnya si dompet akhirnya ketemu di tumpukan baju yang belum dicuci sejak sebulan lalu. Ah, tapi dasar si pemercaya ramalan ini sudah terlanjur membaca ramalan di pekan berikutnya (sejak pekan lalu) yang mengatakan: "minggu ini kamu akan menerima rejeki nomplok". Alhasil penemuan dompet akibat kecerobohannya sendiri pun dianggap rejeki nomplok dan visualisasi dari BENARnya ramalan/artikel yang ia baca.

Meski itu tadi hanya visualisasi simpel terhadap kondisi manusia yang lebih cenderung untuk memercayai apa yang menjadi label di dalam dirinya. Begitu pula tentang tulisan yang banyak sekali bertebaran tentang para generasi ini.

Kalau tadi contohnya adalah tentang horoskop, kali ini penulis mencoba mencari visualisasi lain yang related to Generation X-Y-Z. Kali ini berdasarkan cocoklogi yang diulas oleh para jurnalis situs Fortune, di mana para generasi Milenial disamakan dengan golongan tua Silent Generation (Generasi era Depresi). Mengapa demikian? Karena dua generasi ini memiliki kondisi yang sama saat pertumbuhan mereka. Yaitu tumbuh di tengah-tengah era kejatuhan, meski secara perlahan-lahan menjadi saksi pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Sama seperti kakek buyutnya dulu, para generasi Milenial ini berpengalaman dalam menghadapi krisis finansial sejak kecil hingga beranjak dewasa. Hal itu yang menyebabkan generasi Milenial lebih banyak berpikir bahwa menjalani kehidupan untuk mengamankan kondisi finansial dan menjaga alur pendapatan-pengeluaran agar tak terlalu fluktuatif adalah suatu kebutuhan utama. Mereka (atau juga penulis, yang notabene juga anak Milenial) lebih suka melakukan penghematan lebih dari perhitungan "nabung ideal". Meski bedanya dengan Silent Generation adalah: generasi Milenial lebih mengutamakan tingkatan edukasi mereka. Sehingga dalam sejarah, generasi Milenial menjadi kaum paling terdidik (setidaknya di Amerika).

Bagi para manusia yang lebih cenderung untuk memercayai apa yang menjadi label di dalam dirinya, secara langsung berpikir dan melakukan cocoklogi terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Sebut saja generasi Milenial Indonesia, mereka (atau kita) langsung meletakkan landasan pikir pada krisis moneter '98 yang juga menjadi awalan tumbuhnya Reformasi di Indonesia. Ya, itu bisa jadi masuk ke dalam klasifikasi era kejatuhan. Hingga akhirnya generasi Milenial Indonesia berangan-angan lagi: saat masa kecil lebih cenderung berusaha menerima keadaan perekonomian orang tua (tak banyak menuntut) dan lebih banyak menabung dari uang jajan ketika menginginkan sesuatu. Berbeda dengan 'generasi lain' yang kebanyakan 'berekspektasi lebih' terhadap kehidupan enak yang serba instan.

Tuh kan, lewat visualisasi barusan saja, penulis sudah sedikit terpengaruh dengan artikel ulasan para jurnalis Fortune. Dan sebagai tambahan (dalam kalimat bercetak tebal), penulis juga akhirnya sedikit mendiskreditkan generasi lain sesuai ulasan para jurnalis HuffingtonPost, USAToday, juga Time. Wow, sudah tahu kan sebegitu kuatnya pesan-pesan yang tersampaikan lewat tulisan yang implicitly persuasive semacam itu? Terutama yang berusaha memanfaatkan kelemahan manusia yang lebih cenderung untuk memercayai apa yang menjadi label di dalam dirinya.

Jadi, sekarang terserah kita. Ingin terus disetir dengan ramalan-ramalan dan forecasting media tentang apa yang harus dan akan kita lakukan, baik yang mengambil keuntungan dari perbedaan generasi, golongan darah, horoskop, suku, ras, keyakinan, dan penggolongan-penggolongan lainnya, atau 1) terus belajar dan bereksperimen dengan hal-hal yang telah tersedia di sekitar kita; 2) mengolahnya menjadi informasi berharga dan berguna untuk; 3) menentukan langkah-langkah terbaik apa yang akan kita lakukan selanjutnya, bukan berdasarkan labelling generasi atau penggolongan-penggolongan semu lainnya yang pada akhirnya; 4) membimbing kita semua pada kesuksesan menurut pemahaman dan cara otentik kita sendiri dan; 5) menemukan betapa pentingnya "mengunyah permen karet dan meniupnya menjadi gelembung balon secara mandiri, dibandingkan dengan meniup gelembung balon permen karet hasil kunyahan orang lain" sehingga; 6) kita bisa memberikan wawasan berharga kepada generasi selanjutnya: bahwa menjadi otentik, adaptif, dan tak terpengaruh klasifikasi semu tentang Generasi adalah kunci sukses yang sebenarnya!!!

EPILOG
Semua bisa sukses, semua bisa menjadi apa yang dia mau. Asal mereka memiliki kemauan dan selalu mengasah kemampuan. Keep authentic, adaptive, and forget about labelling!!!

_________________________________
Disclaimer: sumber-sumber dari tulisan opini ini bisa ditemukan di tautan-tautan yang bertebaran di dalamnya. Dan untuk kebutuhan pemahaman, silakan gali lebih dalam sumber-sumber lain yang menurut kalian layak dijadikan bahan pertimbangan.

Wanna support???