Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Wednesday, December 31, 2014

Brotherhood New Year 2015 (part 1)

PROLOG
   Mengakhiri tahun dengan keluarga, pernah. Hampir seluruh hidupku semasa sekolah selalu seperti itu. Mengakhiri tahun bersama sahabat-sahabat “le trois mousquetaires” juga pernah, sering sih dulu. Bersama Edan Bahagia, IPA 4, Middle, Respect, atau yang lainnya semua pernah. Tapi itu kan kawan-kawan sekota, masih memiliki pola pikir yang rata-rata sama dan tak begitu jauh berbeda. Bagaimana dengan tahun ini (2014)? Aku mengawali tahun ini (2015) bersama kalian kawan, saudara baru yang dipertemukan melalui serangkaian tes dan seleksi, dan akhirnya dipersatukan di dalam satu nama, Braderhud (tulisan asli: Brotherhood).

   Semester lima telah berakhir beberapa hari lalu, meninggalkan satu laporan saja yang perlu dikerjakan dan diasistensikan kepada salah satu dosen “terbaik” yang pernah aku temui, empat mata kuliah bersamanya membuatku banyak belajar tentang kesabaran, kegigihan, integritas, serta perjuangan keras untuk mencapai hasil dan target. Oke, mari kita lupakan tentang kuliah sejenak. Tiga puluh satu Desember telah dinobatkan sebagai penghujung tahun masehi. Hampir setiap tahun pasti ramai, menimbulkan kemacetan di jalan raya, dan keramaian tanpa ujung semalaman.
   Mungkin konsepnya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, bakar-bakar. Tapi kali ini bersama sekumpulan beswaners Surabaya. Bertempat di Semolowaru (rumah HAP) kami menghabiskan malam di akhir 2014. Dari mulai jagung, sosis, hingga pisang pun tak luput dari uap panas arang pembakaran. Awalnya sulit membuatnya menyala, perlu perjuangan tangan-tangan sang ahli kipas dan kipas angin listrik. Bermodal margarin, kecap, sambal botol, dan tak lupa sikat gigi (untuk mengoles), acara bakar-bakar berhasil menyita waktu kami malam itu. Berlanjut dengan bernyanyi bersama saat satria berGITAR hadir meramaikan dini hari pertama di tahun 2015. Dari mulai lagu galau hingga lagu beswan tak luput dari nyanyian kami. Suara serak-serak becek dan rasa pede menjadi pijakan kami untuk meramaikan malam hingga pukul 03.00 pagi.
   Berakhir dengan saling berpamitan untuk merencanakan sesuatu di esok hari, maka kami pulang untuk mengistirahatkan mata di awalan tahun 2015 ini, lalu apa yang akan kami lakukan esok hari?
Kita lihat saja nanti.....

To be Continued

Saturday, December 20, 2014

Analogi Hati dan Ekspresi: Edisi POSITIVE THINKING

PROLOG
   Menjadi baik tidaknya hidup itu tergantung dari sudut pandang apa yang kau gunakan. Ketika hal-hal positif yang memenuhi kepala ini berhasil mendominasi, sudah dapat dipastikan apa saja yang dialami akan menjadi acuan manfaat di kemudian hari. Meski tak bisa dipungkiri sebelumnya bahwa di awal belum pasti kita bisa menerima apa yang terjadi, tapi dengan berbagai mekanisme sinapsis otak dan pemikiran-pemikiran panjang yang positif, maka pendewasaan dari sebuah masalah tak akan pernah menjadi sia-sia.

   Sedikit random memang, karena tahu-tahu membahas tentang pikiran. Tapi bukan sembarang pikiran, akan tetapi lebih mengerucut pada sebuah pemikiran yang baik-baik (atau yang dalam bahasa kerennya adalah positive thinking, dan bahasa illahiyahnya adalah Khusnudzan). Sebuah pemikiran positif tidak hadir secara tiba-tiba. Melalui berbagai macam kontra batin dan penyelarasan berulang kali, dan pengalamanlah yang mengambil alih hasil akhirnya. Sekali lagi, pengalaman, bukan usia. Banyak kotak ajaib dengan usia-usia yang jauh lebih muda, dan atau bahkan sama, tetapi pemikirannya sangat berbeda. Cara mengambil sikap, cara menghadapi orang lain dan membuat keputusan sangatlah ditentukan dengan seberapa kuat kotak ajaib tersebut menguasai kejiwaan dan pemikirannya untuk selalu khusnudzan.
   Khusnudzan sendiri bukan berarti membodohi diri sendiri dengan selalu tidak peduli dengan hinaan dan kritikan orang lain yang ditujukan padanya. Akan tetapi lebih menuju ke pola pikirnya tentang kritikan, hinaan, cercaan, atau bahkan negative justification itu. Bukan menganggapnya sebagai upaya destruktif yang menjatuhkan, akan tetapi justru dianggap sebagai upaya terbaik bagi dirinya untuk memperbaiki diri. Seperti yang tertulis secara garis besar dalam sebuah buku berjudul "Misteri Pikiran Manusia" karya I. Robertson, menyatakan bahwa di dalam pikiran kita terdapat sebuah mekanisme tertentu yang disebut mata pikiran, yang dapat memberikan sebuah doktrin positif pada pikiran, dan bahkan memberikan pengaruh positif pada tubuh (Bab 8 Imajinasi yang Menyembuhkan). Berpijak dari sana, dapat disimpulkan bahwa pemikiran positif manusia adalah hal luar biasa yang bisa menjadi sumber kekuatan di dalam diri manusia itu sendiri. Dari mulai pendewasaan hingga penyehatan fisik.

   Ada suatu case, dua orang kawan yang menerima kata-kata cercaan yang dilontarkan oleh seniornya di suatu organisasi. Dalam hal itu sang senior menyatakan ketidak becusan mereka dalam melaksanakan sesuatu. Yang pada saat itu mereka masih menduduki tataran staf yang notabene masih dalam tahap pembelajaran, maka tak heran jika ada penangkapan yang berbeda dari mereka berdua. Satu orang pertama bernama A, dan orang kedua bernama B. A 'meratapi' kata-kata seniornya dalam kegundahan, kegelisahan, dan berujung depresi. Ada kebencian terhadap sang senior, yang menggiringnya pada sebuah ketakutan dalam dirinya sendiri yang membuatnya tak ingin melanjutkan apa yang telah dimulainya di dalam organisasi. Berbeda dengan B, dia 'merenungi' apa yang telah dia terima dari seniornya. Mencoba mencari letak kesalahan dan penyebab dia menerima cercaan itu. Setelah dia menemukannya, dia jadi tahu mengapa dia dicerca, dan menjadikan hal tersebut sebagai batu loncatan akselerasi diri dalam berkarya dan memperbaiki apa yang sebelumnya menjadi penyebab cercaan itu timbul.

   Dari case tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan pikiran sangatlah "berbahaya". Yang dapat menentukan seseorang menjadi 'optimis' atau juga 'kalah sebelum berperang'. Sudah bukan saatnya bagi seorang manusia yang ingin menjadi lebih baik untuk memerhatikan hanya apa yang tersurat dan tampak di depan mata. Karena yang tersirat jauh lebih penting untuk digunakan sebagai acuan. A terlalu memandang cercaan sebagai subyek utama dalam evaluasi organisasinya. Berbeda dengan B yang memandang cercaan adalah tabir yang harus ia buka untuk menemukan apa yang sebenarnya terjadi mengapa cercaan itu sampai timbul.
   Mengingat tentang positive thinking, sudah seharusnya manusia meneladani apa yang Malaikat lakukan terhadap segala perintahNya. Tanpa ada suatu pembangkangan, dengan penuh positive thinking bahwa dirinya tercipta hanya untuk menghamba, Malaikat mampu menjadi satu-satunya makhluk yang mendapatkan kepercayaan absolut olehNya untuk melaksanakan suatu tugas-tugas tertentu. Seperti yang tercantum dalam buku ESQ karya Ary Ginanjar Agustian (halaman 125), "Malaikat adalah contoh bagi manusia tentang integritas sesungguhnya, integritas total yang menghasilkan suatu kepercayaan tingkat tinggi."
   Terbukti dengan positive thinking kita juga telah meneladani sifat mulia dari Malaikat. Dengan positive thinking akan membawa pada kreativitas pemikiran yang membuat kita berpikir untuk mencari sudut pandang lain dalam setiap masalah. Dan dengan positive thinking juga kita bisa menjadi lebih tangguh. Tangguh untuk tidak segera merasa kecewa terhadap apa yang tersurat dan tidak kita harapkan terjadi dari apa yang telah kita kerjakan. Lalu adakah pilihan bagi kita untuk tidak mencoba ber-positive thinking?

EPILOG
   Banyak hal yang dapat ditularkan untuk orang lain. Bisa berupa kebermanfaatan atau juga mudharat. Yang dari kedua hal tersebut juga merupakan hasil interpretasi dari sudut pandang manusia. Tapi daripada harus bersusah-susah menciptakan mudharat bagi orang lain yang tanggungannya adalah dosa di akhirat, juga kepercayaan di dunia, maka apa salahnya kita mencoba bermanfaat? Dan bagi para pembaca juga, apa salahnya mencoba ber-positive thinking dengan apa yang kalian baca? Toh, berpikir positif dengan berbagai macam sudut pandang juga akan menjadikan kita lebih kreatif dalam menjalani kehidupan, bukan? Mari saling memaknai hidup dengan lebih positif.

Wednesday, December 17, 2014

Analogi Hati dan Ekspresi: Edisi INTROSPEKSI dan GENGSI

PROLOG
   Bermain kata, bermain ekspresi, juga bermain hati. Kali ini kau mencoba sesuatu yang baru, mendefinisikan sesuatu dari sebuah sudut pandang ganjil seorang manusia. Memang sih kau bukan ahli untuk bidang itu karena memang ilmu perkuliahanmu bukan memelajari tentang hal-hal seperti itu. Tapi apa salahnya calon dokter Material dan Metalurgi mencoba mencari tahu tentang apa yang tak pernah didapatnya di bangku perkuliahan. Karena hal itu kau dapat dari sosialisasi, hubungan dengan orang lain dan bahkan sekedar mengobservasi interaksi orang lain dalam diammu.

   Kembali menyinggung tentang sang Kotak Ajaib yang jumlahnya sudah tak sedikit lagi di muka bumi, ada bermilyar-milyar bentuk Kotak Ajaib di bumi ini. Lalu apa urusanmu mengangkat topik tentangnya? Tak banyak, yang pertama adalah tentang INTROSPEKSI. Menjadi evaluator, penilai hal buruk orang lain, atau bahkan mengorek-ngorek kesalahan orang lain, yang sangat mudah dilakukan. Bahkan lebih mudah jika dibandingkan dengan mengupil di dalam kamar kos, tanpa harus malu, tanpa tedeng aling-aling. Lalu pertanyaannya adalah, pernahkan kau berpikir tentang perasaan mereka, kotak ajaib lain yang kau beri perlakuan itu?
   Menanggapi pertanyaan seperti di atas, banyak anak gaul jaman sekarang dengan entengnya berkata, "Ah, baper* banget sih digituin aja udah gak enak? Lemah!!!"
   Haha, sedikit tergelitik dengan ucapan seperti itu, karena asal tahu saja, sebenarnya ucapan seperti itu tak jauh berbeda dengan "Bukan urusan saya" lho. Memang menilai orang lain itu perlu jika untuk memberikannya refleksi tentang dirinya, tapi jika selalu mencari-cari celah kesalahan, apakah itu baik? Mari merenung sekali lagi, tanyakan pada diri sendiri. Karena lidah bukan pedang, yang ketika menghunjam akan menunjukkan cipratan darah dan luka yang menganga. Tapi sakit dari apa yang ditimbulkannya menjadi luka terdalam yang akan terus ada di memori manusia, lebih dalam dan lebih sakit daripada pedang. Kau sudah sering mengalaminya mungkin, dan kali ini ingin menuliskannya agar tak ada orang lain yang mengalami hal yang sama. Berkata-katalah jika yang ada di balik kemudi dari kata-katamu adalah logika, tapi lebih baik diamlah ketika nafsumu sedang duduk santai memainkan peran dalam kata-kata yang akan kau ucapkan. Kritikan dengan kata yang baik lebih membangun daripada dengan hinaan dan cercaan. Bismillah, semoga kita selalu dihindarkan dari ketidakmampuan untuk berINTROSPEKSI.

   Kali ini tak cukup di sini saja, masih ada lagi case baper* lainnya yang akan sedikit membuat kau berhasrat untuk menulis sesuatu tentangnya. Yaitu tentang rasa malu dan segan untuk memuji dan mengakui kelebihan orang lain, atau bahasa singkatnya GENGSI. Gengsi merupakan salah satu penyakit yang sering menghantui setiap kotak ajaib di bumi ini. Padahal di dalam berinteraksi dengan orang lain, sikap "malu dan segan untuk memuji dan mengakui kelebihan orang lain" ini sangatlah mengganggu. Karena apa? Jawabannya adalah apapun yang dilakukan, ditelurkan, dan dihasilkan orang lain adalah "remeh" baginya, "sudah pernah dia dapatkan", dan yang bahaya lagi adalah anggapan "ah, nggak penting". Karena dengan setiap anggapan dan perasaan itu hadir di dalam benak kita, akan ada satu pintu pembelajaran yang tertutup bagi pendewasaan kita.
   Menurut Freddy Liong dalam bukunya SUCCESS @ WORK, "Bila setiap orang yang berinteraksi dengan Anda memerlukan 'kekuatan ekstra' karena anda menyebalkan, sombong, SUSAH MENERIMA PANDANGAN ORANG LAIN, selalu membuat orang lain jengkel, maka Anda termasuk energy sucker." (hal. 46)
   Yang dalam interpretasi luas, energy sucker merupakan orang-orang yang patut untuk dihindari daripada sakit hati. Dan anggapan dari si energy sucker ini, setiap orang yang kecewa dengan dirinya, dengan omongannya, adalah baper*.
   Ada satu case dari pengalaman seorang kawan yang memiliki hobby membuat quotes dan ingin memotivasi orang lain, tapi semangatnya harus sejenak teredam hanya karena salah seorang energy sucker. Saat di mana dia menyebarkan sebuah quotes yang menurut beberapa orang kawan yang lain "cukup memotivasi", tapi sangat disayangkan, sang energy sucker harus mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak diucapkan. Kira-kira visualisasi ucapannya seperti ini, "Quotesnya mirip sama yang sering diomongin si A, seseorang yang memiliki jabatan XXX. Copast nih!" Padahal mungkin quotesnya hanya mirip, lalu apa yang salah? Jangan bilang ini hanya kerjaan si baper* lagi ya...
   Haha, bukan tentang baper* atau tidak, sekali lagi apa salahnya sih mengapresiasi apa yang orang lain telah hasilkan, telurkan, atau lakukan? Mungkin pemilihan diksi dan redaksional yang pas dalam berkata sangat penting. Bisa saja si quoters ini akan berhenti memotivasi lewat quotesnya hanya karena dia takut disangka copast, atau hanya karena kata-kata yang dia buat "mirip" dengan kata-kata yang pernah orang lain (yang mungkin telah berJABATAN) katakan.
   Mengapa tidak diresapi saja quotesnya, atau mungkin malah dijadikan sebagai semangat, entah siapapun yang membuat, mirip atau tidak dengan quotes yang pernah didengar, itu urusan belakang. Toh, tak penting hanya mengorek-ngorek tentang apa yang tersurat, karena sesungguhnya jauh lebih penting untuk memahami yang tersirat terlebih dahulu, untuk memudahkan diri dalam mengetahui apa arti yang sebenarnya dari apa yang tersurat. Interaksi dengan orang lain itu mudah dalam sebuah awalan, tapi untuk mempertahankan interaksi yang baik dengan meminimalisir rasa sakit hati itu sulit. Seperti kata Rockfeller (yang mungkin kau pun tak tahu siapa dia) dalam quotenya, "Kemampuan berinteraksi yang baik dengan orang lain lebih berharga dibandingkan dengan semua keterampilan lain." (tertulis di dalam buku SUCCESS @ WORK oleh Freddy Liong halaman 45).
   Dan kasus di atas bisa saja ditarik dalam sebuah akar yaitu GENGSI, rasa malu dan segan untuk memuji dan mengapresiasi apa yang telah  orang lain hasilkan. Padahal jelas di dalam Al Qur'an juga dinyatakan, bahwa iblis harus diusir dari surga karena rasa GENGSInya terhadap Nabi Adam as.

"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" dan sang iblis menjawab, "Saya LEBIH BAIK daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS. Al-A'raaf [7]: 12)

EPILOG
   Untuk itu, tanpa harus menyudutkan sang energy sucker, atau membuat kotak ajaib yang lainnya merasa tak enak, mari kita sudahi dulu untuk pembahasan tentang baper* kali ini. Yang perlu dilakukan bukan saling menghakimi atau saling membenci, mari segerakan berINTROSPEKSI dan menjauhi rasa GENGSI untuk membangun sebuah interaksi dengan orang lain yang lebih baik lagi. Kau bukan yang paling benar, begitu pula mereka, dan kau juga tak salah, begitu juga mereka. Mari saling memperbaiki dalam lingkaran keberagaman yang memang tak dapat kita hindarkan. Karena menjadi PEJUANG KEBERAGAMAN tak akan pernah bisa tercapai tanpa dimulai dari diri sendiri.



baper* = bawa perasaan

Tuesday, November 11, 2014

Lulu, Dede, dan Aku

   Perkenalkan namaku Lulu, menjadi bagian terpenting dalam setiap hidup manusia. Mewarnai hari-hari mereka dengan penuh rasa dan penuh cerita. Aku selalu berada di sekeliling manusia-manusia melankolis, tapi tak jarang pula menghampiri para sanguinis, koleris, maupun plegmatis. Terkadang aku lelah dan takut menjadi bagian dari manusia. Karena aku lebih sering terlupa dan tak berarti, dan bahkan tak ingin dianggap. Katanya aku terlalu pahit, dan juga terlalu menyakiti. Berbeda dengan saudaraku, Dede namanya, dia selalu ada untuk mereka-mereka manusia optimis. Dede selalu menjadi semangat para manusia untuk terus menjalani hidup. Dede memberikan stimulus optimis terbaik yang pernah ada. Apa yang pernah ia janjikan tak jarang menjadi kenyataan dan bahkan membawa manusia kepada suatu kejayaan.
***
   Hai, aku Dede, bagian terberat yang selalu ada di hati setiap manusia-manusia malas. Pencitraanku menjadi satu-satunya stimulus pembangkit semangat manusia pantang menyerah. Tapi hanya menjadi bunga tidur dan pengantar angan kosong para manusia pesimis, yang lebih sering menyebut diri mereka realistis. Aku terkadang iri dengan Lulu, saudaraku. Saudara terjauh juga terdekatku, terjauh karena memang ada jurang pemisah nyata yang harus kuterjang untuk bertemu dengannya, dan terdekat karena aku dan dia hanya terpisah sedetik waktu manusia. Lulu tak jarang menjadi bagian termanis dalam hidup manusia. Lulu selalu diingat dan dikenang tanpa ragu harus melangkah, tanpa membuat takut untuk bertindak dan mempertimbangkan hidup para manusia. Sedangkan aku, tak jarang menjadi bagian terburuk dalam sejarah hidup manusia. Menjadi barrier penghalang manusia untuk maju, untuk berkembang, hanya karena takut untuk bertemu denganku.
***
   Suatu hari mereka bertemu dalam sebuah masa yang bernama USAHA. Di saat manusia memilih menggandeng Lulu untuk menjadi penasihat demi merencanakan pertemuan mereka dengan Dede. Membawa mereka menerjang satu detik batas panjang yang memisahkan Lulu dan Dede satu sama lain. Manusia terus menggamit Lulu untuk berlari, mencari celah-celah kesempatan emas dalam sebuah proses pendewasaan. Tak jarang manusia terjatuh dan terseok karena Lulu, akan tetapi terkadang Lulu berhasil menjadi semangat dan pelecut optimisme manusia untuk menemui Dede. Dede yang selalu setia menunggu, tak kunjung jemu memberikan semangat pada manusia. Justru seringnya Dede memberikan visualisasi yang berlebihan untuk menarik manusia. Dan saat itulah di mana manusia bimbang.
   Saat manusia mulai bimbang itulah aku datang, membawa sebuah kabar gembira, yang menjembatani antara Dede dan Lulu. Bukan sekedar jembatan penuh harapan semu dan bahkan kosong, akan tetapi jalur yang pantas mereka lalui tanpa bergantung pada Lulu dan Dede, tanpa melepaskan mereka dari kehidupan. Perkenalkan, namaku Sani, aku berada di sebuah masa di mana kenyataan selalu benar, apa yang kau lakukan selalu dapat dipertanggung jawabkan. Akulah yang membawa Lulu hadir di kehidupan manusia, dan akulah yang akan membawa manusia menemui Dede. Tanpa kepalsuan dan janji-janji manis tak berujung. Aku ada untuk menjadi pembimbing manusia di kala terlalu terlena dengan kehadiran Lulu. Juga menjadi pengingat jika Dede telah menjadi sebuah iming-iming semu yang terlalu membuat manusia berangan jauh hingga lupa daratan. Karena hanya aku yang nyata, yang benar-benar ada, dan telah menjadi bagian hidup manusia dari saat mereka pertama kali membuka mata, hingga tutup usia. Ya, nama lengkapku Masa Kini, menjadi jembatan bagi Masa Lalu (Lulu) untuk selalu kau pertimbangkan dalam membawamu bertemu Masa Depan (Dede).
   Karena sesungguhnya apa yang telah berlalu tidaklah nyata, apa yang belum terjadi hanyalah angan. Dan yang bisa kau lakukan hanyalah menghadapiku, memegang erat diriku, untuk menjadi penuntun nyata di dalam setiap USAHA kerasmu di dalam sebuah proses pendewasaan, dan meraih kesuksesan.

Saturday, November 8, 2014

Beswaners Perampas Hati

   Satu hari sebelum Nation Building, pengambilan tas dan fiksasi keberangkatan. Momentum penjemputan dan tetek bengeknya telah berjalan, orang-orang penjemput rombongan luar kota telah siaga sejak pagi (salut buat kalian rek, maaf pas itu lagi Evaluasi Tengah Semester). Canda tawa menjelang keberangkatan, dan semua hal tentang Nation Building masih belum “ngeh” di otak kami. Yang ada hanyalah besok kami akan bertamasya ke Semarang bersama-sama (titik).
   Sampai tiba saatnya Welcome Party kepada seluruh Beswan Djarum Regional Surabaya (termasuk luar pulau) digelar di lantai lima kantor Djarum Kedungdoro, Surabaya. Tak kurang dari 170 orang yang hadir menambah antusiasme menjelang Nation Building 2014 menjadi semakin tinggi. Berbagai macam manusia muncul di sini, Papua, Sulawesi, Bali, Lombok, dan semua Beswan Djarum angkatan 30 wilayah Timur Indonesia berkumpul di sini. Pukul 14.00 lebih, kami telah ada di atas bus untk keberangkatan menuju Semarang. Dan “jaim” masih meliputi jam-jam awal kami di atas bus.
(skip keberangkatan)
   Hari pertama Nation Building, diawali dengan keberangkatan dari hotel (Aston dan Ciputra) ke lingkungan Pekan Raya dan Promosi Pembangunan (PRPP) Semarang. Di sana kami dibagi menjadi dua tim besar, tim Choir dan teater. Kebetulan aku berada di tim Choir, di tim Choir sendiri terbagi menjadi empat suaru utama, Sopran, Alto, Tenor, dan Bass. Tentu saja suara Sopran dan Alto telah dihandle oleh para gadis cantik Beswan angkatan 30. Dan kami para lelaki yang harus menghandle Tenor dan Bass. Awalnya hanya pemanasan dengan ber-”ssh ssh ssh ssh ssh” ria, lalu dilanjutkan dengan pengambilan nada do re mi fa sol la si do hingga sol dan mi nada yang lebih tinggi dari nada dasar. Dan entah memang suaraku tergolong Tenor atau hanya kebetulan pelatihnya salah dengar, yang pasti aku masuk ke dalam tim Tenor. Hari pertama langsung digenjot dengan berbagai macam latihan suara. Layaknya tim paduan suara profesional, kami, para lelaki berlatih dengan nada-nada khusus Tenor dan Bass, yang berbeda dari nada biasa di tiap lagu. Ada delapan lagu yang kami nyanyikan, Kembalikan Baliku, Jalan Sore (by Deny Malik), Mengejar Matahari (by Ari Lasso), Janger, Meong-meong, Selamanya Indonesia, dan Hymne Beswan Djarum, serta Kecak.
   Selama proses latihan dua hari kami, para lelaki hanya berkumpul dengan tim Tenor dan Bass. Akan tetapi di hari ke tiga kami dipadu dengan tim Sopran dan Alto. Terbagi menjadi delapan tribun, aku tergabung di tribun satu (meong-meong pong). Banyak kekonyolan yang terjadi, mengalir dan tanpa henti (apasih ini -_-). Dengan asupan nutrisi yang tak kurang sama sekali tiap harinya, kami selalu semangat menjalani latihan hingga sore dan bahkan larut malam. Dan inilah uniknya Beswan, saat di awal jaim dan tak saling “mencoba” mengenal, di hari ketiga kami sudah menjadi keluarga. Menjalani hari-hari bersama dengan canda, tawa, “ketololan” dan “kegilaan” yang tak biasa. Dari mulai topik sehat hingga topik “tak sehat” pun menjadi makanan diskusi sehari-hari. Entah sejak kapan kami seakrab itu, yang pasti di hari pertama kami semua jaim dan masih “normal”. Di hari ketiga itu kami menghadiri Talkshow Kebangsaan dengan tema “Menjadi Pejuang Keberagaman” di gedung Sixteen 8, dan ditutup dengan ajojing bersama Project Pop.
   Tiba di hari keempat, kami sama sekali meninggalkan latihan di dalam gedung Merapi Ballroom PRPP, Semarang. Acara berlanjut ke Cultural Visit yang berisi kunjungan Beswan Djarum angkatan 30 ke pabrik Rokok Kretek Tangan, Pabrik rokok Oasis milik Djarum yang terdiri dari 70% taman dan 30% pabrik. Di Oasis kami diperkenalkan tentang program Djarum Bakti Lingkungan dan bagaimana mekanisme pengolahan limbah di sana, dari air kotor dan tak layak pakai, menjadi air bersih tempat ikan-ikan hidup, bahkan ikannya juga sempat kami cicipi (hmm, yummy...). Selanjutnya perjalanan kami berhenti di Masjid Menara Kudus yang memiliki nilai sejarah dan religius. Sayangnya di sana kami hanya sebentar, karen perjalanan harus berlanjut ke Gedung Olah Raga (tepatnya lapangan bulutangkis milik Djarum yang katanya terbesar kedua se-Asia, dulu pernah jadi yang pertama) untuk makan siang, sholat, dan berlanjut dengan membatik. Lima ratus enam belas mahasiswa dari seluruh Indonesia, dari berbagai suku dan etnik melebur untuk semakin mencintai Indonesia melalui budaya aslinya, batik. Batik limited edition yang kami kerjakan adalah batik khas bali (sesuai dengan tema Nation Building kali ini, damai Bumi Dewata) yang di sana tertoreh nama kami masing-masing. Lelah hari itu terbayar dengan kembalinya kami ke hotel untuk beristirahat dan mempersiapkan malam puncak, Malam Dharma Puruhita esok hari.
   Tibalah kami di hari ke lima, hari di mana kami harus berkumpul di gedung Merbabu Ballroom untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk malam puncak kami. Menghapal dan mengingat koreografi dan nada-nada lagu kami selama latihan bukan lagi menjadi hal yang simple, melainkan kewajiban. Karena malam itu kami akan dikukuhkan sebagai Beswan Djarum angkatan 30 Indonesia. Tim teater yang terbagi ke berbagai macam tim seperti dancer, kecak, kera, dan lain sebagainya juga telah berlatih dengan keras. Saatnya gladi yang benar-benar resik yang harus kami lakukan hari itu.
   Di sore hari, pasca running Tunnel, kami bersiap berganti kemeja putih Djarum kebanggaan kami beserta alamamater. Menjelang malam puncak, Malam Dharma Puruhita entah mengapa aku “merinding” dengan apa yang aku saksikan. Panggung luas itu, kursi-kursi undangan itu, yang menjadi tempat duduk para rektor dan pejabat tinggi kampus se-Indonesia berkumpul di sana, sejenak membuat rasa bangga ini membuncah. Apalagi saat menyanyikan Hymne Beswan Djarum, “merinding” itu datang lagi dengan hadirnya kebanggaan, yang aku yakin tak hanya aku yang merasakannya. Sungguh pengalaman yang luar biasa, yang meski aku tuliskan seindah apapun dengan kata-kata tak akan pernah mampu menggantikannya.
   Pasca Malam Dharma Puruhita, kami para Beswan Djarum angkatan 30 dimanjakan dengan penampilan Sheila On 7 di luar gedung. Bergoyang bersama, menyanyi bersama, layaknya keluarga yang lama tak bertemu. Mengutip salah satu lirik lagu Sheila On 7,
“Mengapa baru sekarang, kita dipertemukan...”
mungkin itulah perasaan terdalam kami yang tanpa harus diucapkan, telah kami rasakan bersama. Bertambah romantis lagi ketika hujan turun membasahi kami ber-516 beserta kakak LO dan panitia yang lain. Bernyanyi bersama di bawah hujan, bersama orang-orang terbaik, keluarga baru yang luar biasa, juga bersamamu yang saat itu juga ada di sampingku ( mungkin ini juga curahan hati). Akankah berakhir seperti ini? Aku rasa tidak, karena sejauh apapun aku ingin move on dari kenangan itu, semakin susah untuk aku tinggalkan. Bertemu dan saling mengenal itu mudah, saling mencinta juga butuh proses, tapi entah mengapa di lima hari kebersamaan kita itu aku sudah mampu mencintaimu, mencintai kalian, angkatan luar biasa, Beswan Djarum angkatan 30. Terserah kau sebut ini alay, lebay, atau apalah itu semua, tapi seperti yang aku bilang sebelumnya, meski aku tuliskan seindah apapun dengan kata-kata tak akan pernah mampu menggantikannya pengalaman berharga bersama kalian di Nation Building 2014 kali ini. Karena kita akan selalu menjadi keluarga yang “bersatu, seikat Beswan Djarum...”
(to be continued)

Monday, October 27, 2014

Chemistry Cinta BROTHERHOOD

   Semakin sering kita bertemu, menjalin chemistry satu sama lain. H-2 minggu Nation Building kami masih bayi tanpa nama. Merajuk pada “bapak” untuk segera berkumpul menacari nama yang pas untuk kami. Kantor Djarum Kedungdoro pun menjadi saksi kisah “cinta” kami membentuk sebuah perasaan mendalam tentang angkatan ini. Mencuri waktu luang, kabur dari aktivitas kampus dan perkuliahan hanya untuk melihat wajah satu sama lain. Meski jarang full team, tetap saja hal itu asyik. Dari mulai perbincangan normal, berfoto normal, hingga mengurung seseorang di dalam kardus pun mewarnai kegilaan kami selama di kantor. Kembali tentang nama, ada berbagai macam nama dan kepanjangan dari akronimnya, ada berbagai macam cara untuk mengerucutkannya. Tapi hati kami tiba di salah satu akronim unik cetusan Redho, BROTHERHOOD. Dengan label “Beswan Djarum 30 Surabaya ther Yahood” kami menantang diri kami untuk membuktikan ke”yahood”an kami menjelang Nation Building. Dan seperti biasa, seperti komunitas-komunitas, forkom, dan perkumpulan sebelumnya, pembuatan logo menjadi tanggung jawab manusia “kurang kerjaan” dengan modal hobby editing averagenya, ya siapa lagi kalau bukan kamu? (ngomong di depan cermin). Tak kurang dari tiga hari dengan mempertimbangkan berbagai saran dan permintaan, serta request keluarga BROTHERHOOD, logo kami pun jadi. Sebenarnya jujur ide logo sama sekali tidak terlepas dari kehadiran media sosial baru yang saat ini sedang booming, Line. Juga produk sticker dari Fanta and the Genk dengan tulisan BROTHER.
   Menjadi BROTHERHOOD, membaur dalam seikat Beswan Djarum 30 Surabaya, siapa yang menyangka akan berada di sini? Sempat aku berpikir demikian, dalam riuh dan canda tawa yang berlangsung di kantor aku bersyukur dengan apa yang sekarang aku jalani. Menjadi bagian dari manusia-manusia pilihan dari serangkaian test. Yang aku yakin mereka “ahli” di bidang masing-masing dan menjadi pioneer di keprofesiannya masing-masing. Tapi satu keunikan yang tak dapat ditoleransi, meski pandai dan “terpilih”, kesan konyol dan “bodoh” selalu melekat dalam canda tawa kami. Unik memang, lebih unik dari imutnya wajahku (ups). H-5 hari Nation Building kami masih sempat untuk berkumpul untuk sekedar (sekali lagi, “sekedar”) bercanda tawa, menyanyikan selamat ulang tahun bagi salah satu keluarga kami yang sedang ulang tahun pada saat itu, juga membungkus dan menata souvenir untuk persembahan bagi Beswan Djarum Regional Surabaya yang akan berangkat bersama menuju Semarang untuk Nation Building.
   Sepertinya kalimat kutipan “Mangan ora mangan asal kumpul, dan kumpul ora kumpul asal mangan” tidak akan pernah cocok pada kami. Yang ada adalah “mangan yo kumpul, pas kumpul yo mangan, seng penting guyon”. Karena memang saat kami berkumpul untuk apapun selalu tak pernah jauh dari makanan, “kegilaan”, dan canda tawa. Bahagia itu sederhana, manjadi bagian dari Beswan Djarum angkatan 30 Distrik Surabaya, BROTHERHOOD. Hanya saja mungkin prosesnya yang tidak sederhana, Pfft...
(to be continued)

Wednesday, October 1, 2014

Welcome to PARA"beswan"DISE

   Hari itu aku sakit, sakit dan takut ketika satu mimpi tak bisa lagi kucoret seperti sebelumnya. Mimpi tentang menjadi penerima beasiswa tiap tahu selama kuliah, yang mulai aku harap dapatkan semenjak tahun kedua hingga seterusnya. Iya, aku berburu beasiswa, hanya beasiswa, dan tak lebih. Sedikit flashback, tahun keduaku diwarnai dengan gelontoran dana dari dikti berupa beasiswa PPA yang meski nominalnya tak seberapa, sudah berhasil membuatku senang dengan apa yang aku bisa raih. Tapi tahun ini (2014), aku gagal meraihnya. Gagal menjadi salah satu nama dalam jajaran penerima beasiswa itu. Sempat pesimis ketika ingin kembali “berburu”. Karena memang jujur dua tahun kebelakang ini aku selalu dialiri kemudahan-kemudahan selama mengusahakan sesuatu, entah memang Allah SWT sedang menganugerahkan kenikmatan yang tak putus padaku. Atau mungkin memang akan selalu seperti itu karena orang tua dan orang-orang tersayangku yang senantiasa tulus mendoakan untuk kelancaran jalan hidupku. Hingga kutemukan satu link yang membawaku pada sebuah “kegilaan”.
http://djarumbeasiswaplus.org/
   Saat itu mungkin hanya perasaan tanpa harap yang tersirat. Formulir online telah terisi, berkas-berkas pribadi telah siap. Ketua himpunan aku paksakan untuk segera menandatangani surat keterangan aktif berorganisasi karena memang waktu deadline hampir berakhir. Bukan hampir berakhir karena dari pihak Djarum, akan tetapi hampir berakhir karena aku ingin segera mempersiapkan untuk kesibukan lainnya di masa libur, dari mulai rapat kerja HMMT, hingga bedah buku forum NDI. Sama sekali tak ada firasat, sama sekali tak ada harapan tentang apapun di sini.
   Hingga saatnya tiba, serangkaian test dijalani. Psikotest, Forum Group Discussion, hingga wawancara. Dan semua itu dilakukan dalam rentang waktu dua hari. Dan tibalah saatnya aku pergi melancong ke Yogyakarta untuk gathering nasional Net Detective Indonesia (NDI). Tepat tanggal 31 Agustus 2014, saat raga ini masih berada di dalam perjalanan antara Yogyakarta - Surabaya. Sama sekali terlupa dengan pengumuman beasiswa ini, aku tak sengaja membuka salah satu media sosial dan mendapati pemberitahuan tentangnya. Rasa penasaran penuh harap pun berhasil membanjiri otak, membuka web, mengetikkan lima digit kode ASAFP, dan voila!!!
“Selamat anda lolos menjadi Beswan Djarum 2014/2015”
   Dan rasa senang, haru, dan segala macam rasa bercampur dengan rasa lelah perjalanan, membawaku ke dalam tidur nyenyak selama perjalanan. Berharap mendapatkan pengalaman berharga dari apa yang pengumumannya telah terlihat. Sehari, dua hari, seminggu, tak kunjung mendapatkan pengumuman tentang kejelasan instruksi pertemuan selanjutnya. Hingga malam itu pukul sepuluh, saat ada forum HMMT di UPMS lantai 2 aku menerima panggilan dari nomor tak dikenal. Tak biasanya aku mengangkat panggilan tak dikenal secapat itu, dan ternyata memang itu firasat. Telepon itu berasal dari pihak Djarum yang menginstruksikan tentang Welcome Party untuk Beswan Djarum (sebutan untuk penerima beasiswa Djarum) angkatan XXX (ke-30).
   Perkenalan malam itu berlangsung biasa, sangat amat biasa. Ala-ala mahasiswa baru dengan “keplek” nama besar yang mengalung di leher, almamater yang melekat di tubuh, dan tak saling kenal satu sama lain. Kami berkenalan, meski belum sepenuhnya full team, saat itu berlangsung flat tanpa ada kesan mendalam. Hingga tiba saatnya diskusi di luar kantor menjadi hal yang biasa dilakukan, memikirkan konsep kostum untuk WP, menyusun kata-kata dan koreografi untuk yel-yel dan perform, juga diskusi aktif tentang Community Empowerment yang harus dipresentasikan saat WP. Dan hari-H pun tiba, para eksekutif muda Beswan Djarum angkatan 30 Distrik Surabaya telah berkumpul dan berdiskusi di ruangan meeting lantai lima, kantor Djarum Kedungdoro, Surabaya. Pasca makan siang dan istirahat tiba saatnya pemilihan koordinator Distrik Surabaya, setelah melewati seleksi dari masing-masing universitas, calon-calon pun maju dan “berkampanye” layaknya calon presiden. Dan setelah proses musyawarah panjang antara kami yang tidak menjadi kandidat, akhirnya terpilihlah Bagus Salira Yuda sebagai “bapak” kami di sini.
   Pasca istirahat petang dan makan malam, pesta dimulai!!! Berbagai kostum hantu ala-ala Halloween, kostum mahabaratha, dan kostum unyu nan imut back to school mewarnai malam kami. Satu per satu kelompok mempertunjukkan performance mereka, ada yang bernyanyi, ada yang berdrama, dan ada yang menari-nari ala JKT48. Untuk pertama kalinya kami foto bersama, menjadi satu seikat Beswan Djarum Distrik Surabaya.
(to be continued)

Monday, September 1, 2014

Orientasi Mahasiswa, bukan hanya Mahasiswa Baru

Prolog
Tulisan ini yang kau janjikan, setelah beberapa waktu lalu kau perhatikan apa yang terjadi. Masih dalam diam dan dalam pemikiran yang tak mencuat. Tapi kini, kau mencoba menyampaikan kata-kata yang mungkin bagi beberapa orang adalah tak bermakna.

   Melihat banyak sekali tunas-tunas bangsa yang tumbuh liar di pekarangan rumah ini. Rumah yang telah berusia enam puluh sembilan tahun. Tempat manusia-manusia tak sama dengan berbagai macam keunikan dan keberagamannya. Sebuah bangsa yang sempat menjadi jajahan bangsa asing. Spanyol, Portugis, Belanda, Jepang, dan mungkin masih banyak lagi. Tapi kau ragu dengan kata sempat, karena mungkin saat ini hegemoni terhadap rumah ini masih tetap terjaga, meski labelnya telah merdeka. Ah, cukuplah berkata-kata tinggi dan tak menyentuh daratan. Memperbincangkan tentang sejarah dan perjuangan bangsa ini tanpa diikuti sebuah tindakan tak pernah ada gunanya. Semuanya SAMPAH!!!
   Kembali fokus pada tunas-tunas bangsa yang dicabut akarnya, dipindahkan ke sebuah penangkaran. Dirawat dan dibiakkan pemikirannya melalui taman-taman indah miniatur rumah ini. Miniatur itu kau sebut Universitas, dan tunas-tunas itu melabeli diri mereka Mahasiswa. Seonggok tubuh bernyawa, berhati, dan berlogika yang berusaha mencari sesuap pengetahuan dan seteguk ilmu. Sering kau membandingkan tunas-tunas yang ditangkar di dalam taman yang kau huni saat ini berbeda dengan taman yang lain. Taman yang kau huni sangat dinamis, penuh pemikiran-pemikiran liar yang mampu menelurkan organisasi mahasiswa yang aktif dan bahkan bisa dibilang sangat dominan. Kehidupan organisasi menjadi sesendok vitamin yang harus ditenggak setiap hari, demi mengisi waktu luang mahasiswanya.
   Kau berbicara tentang orientasi sekarang. Buka orientasi salah satu golongan, kelompok, maupun salah satu bagian sudut tertentu dari taman ini. Tapi orientasi komunal, orientasi luas yang belum tertanam kuat di dalam hati setiap tunas penghuni taman. Mungkin beberapa orang ada yang bertanya mengapa kau membuka tulisan SAMPAHmu ini dengan retorika tentang negara. Tak banyak, sebenarnya yang ingin kau sampaikan adalah secuil nasionalisme yang masih sering terlupa di taman ini. Taman yang sering dielu-elukan sebagai taman mahasiswa teknik yang didirikan dengan keringat negeri sendiri. Melalui celah pikir dr. Angka Nitisastro, yang berujung pada dinamika kampus yang begitu menggeliat. Taman ini leading di bidang prestasi, meski prestasi itu masih berskala parsial. Taman ini keren di ilmu manajerial, karena memang poros pergerakan LKMM Indonesia berawal dari sini. Taman ini sempurna dengan segala miniatur model permasalahan internalnya, saking intensnya mengurus internal, sampai-sampai tunas-tunas di taman ini lupa dengan eksternal yang mulai bergerak menjauhinya. Taman ini mulai tertinggal, taman ini mulai terbelakang, JIKA TIDAK SEGERA MENGUBAH ORIENTASI.
   Sedikit perbandingan mencolok tentang orientasi, gambar-gambar ini mungkin dapat menjadi sebuah contoh betapa sempitnya perspektif tunas-tunas di taman ini. Termasuk dirimu juga mungkin.

OKK UI 2014
OSKM ITB 2014
PPSMB PALAPA UGM 2014
GERIGI ITS 2014
Ada yang tahu apa bedanya? Atau ada yang paham apa hal yang mencolok dari empat contoh pesta euforia penyambutan mahasiswa baru di empat kampus tersebut?
   Kau pun hanya sempat berpikir mungkin hanya pemikiranmu saja yang berlebihan. Tapi tolong, biarkan seorang tunas yang juga berada di taman ini mengeluarkan buah pikirnya. Meski tak sepenuhnya benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Sekali lagi kau hanya mencoba berpikir dan menganalisis dengan caramu sendiri. Dari tiga kampus sebelumnya membawa nama besar rumah yang dihuninya, membesarkan simbol dari rumah yang ditempati oleh sepetak taman yang mereka huni. Membanggakan dirinya menjadi sebuah atribut dari entitas negeri ini, Indonesia. Menonjolkan simbol-simbol gagah negeri ini, mengeluarkan seluruh kemampuan tunas-tunasnya untuk senantiasa memegang teguh kebanggaan. Kebanggaan akan besarnya negeri ini, gagahnya burung garuda, dan menonjolkan nilai berani serta sucinya sang Merah Putih. Semua tentang orientasi, bukan orientasi sempit yang hanya membawa nama parsial dari jurusan, fakultas, dan bahkan kampusnya. Tapi orientasi yang lebih besar tentang negeri ini. Indonesia tak butuh manusia dengan komitmen lembek dan rapuh. Karena membela negeri ini  bukan perkara peluh, tapi darah para pejuang. Ah, sekali lagi kau berkata-kata besar. Sudahlah, ini mungkin hanya sekedar kritikan SAMPAH bagi segelintir orang. Tapi yang pasti kau hanya ingin mengingatkan, bukan mereka, bukan juga kalian, tapi terlebih mengingatkan diri sendiri dengan cambuk. Bahwa orientasi taman ini terlau sempit, dan masih terlalu ciut. Butuh pemikiran besar untuk menggeser pemikiran komunal yang tak hanya berkutat pada kebanggan akan taman yang dihuni, tetapi lupa dengan rumah yang ditinggali.

Epilog
   Kau bukan manusia sempurna yang bisa dengan mudah menyalahkan orang lain, tapi setidaknya kau sedikit peka dan tak ingin tinggal diam. Meski hanya melalui sebuah tulisan SAMPAH yang nantinya mungkin tak diperhatikan, kau mengkritik dirimu sendiri, bahwa pemikiran sempit ini BODOH, karena tunas-tunas yang berada di taman ini bukan "katak dalam tempurung". Mari luaskan mereka, dengan terlebih dahulu meluaskan pemikiranmu, pemikiran kalian, dan pemikiran semua tunas yang menghuni taman ini, yang masih sering lalai dengan rumahnya.


*Foto dicomot begitu saja dari berbagai sumber yang ada di http://google.com (maaf jika belum izin terlebih dahulu, tapi percayalah tulisan ini sama sekali tidak dikomersilkan)

Maybe, This is a Real Life

Prolog
   Mungkin ini yang disebut sebuah keseimbangan, ketidaktimpangan, juga adil. Ada suka ada duka, ada sedih ada gembira. Dan hari ini kau hadapi semuanya.

   Kabar itu hadir, menjamu pikiranmu yang tak karuan. Rapat dan diskusi sana sini mengisi hari-hari akhir liburanmu. Formulir Rencana Studi untuk semester ini sudah selesai kau isi, dan bahkan disetujui dosen wali. Lalu apa lagi? Pikiranmu masih berkecamuk dengan kabar yang menyatakan saudara perempuan tertua ayahmu dirawat inap di Rumah Sakit karena sakitnya yang telah menahun. Sejenak ada sebersit rasa bahagia ketika kabar selanjutnya menyuratkan bahwa beliau keluar dari Rumah Sakit dan pulih dengan cepat.
Lalu...
Penampang Pantai Krakal, Gunung Kidul, Yogyakarta
   Sabtu di pekan terakhir masa liburanmu, Agustus 2014. Saat kau sudah berada di kota pelajar, berkumpul, bersenda gurai, bercanda, dan bercengkrama bahagia bersama tak kurang dari dua puluh keluarga Net Detective Indonesia. Di sebuah pantai yang bisa dibilang "mungkin" jarang terjamah. Sebut saja pantai Krakal, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dan villa Sembodro menjadi destinasi bernaung. Temperatur di sana unik, lembap, sejuk, atau bahkan mendekati dingin. Mungkin efek letak pantai yang dekat dengan perbukitan. Berbeda dengan pantai pada umumnya, kau sama sekali terhindar dari keringat yang bercucuran.
   Bandung, Jakarta, Bekasi, Kendari, Surabaya, Tasikmalaya, Bojonegoro, Madiun, Blitar, Semarang, dan Yogyakarta sendiri, member dari berbagai daerah berkumpul. Demi sebuah moment yang kalian sebut Gathering Nasional. Yang tahun ini adalah GathNas yang ke-2. Bangun pagi, menikmati panorama indah pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Berkenalan dengan banyak orang, dari Okky yang ternyata cukup pendiam tapi enak diajak ngobrol, Samuel yang cenderung simple tapi terstruktur, Deandry (aka Ode) yang unik, Nurdin yang gondrong dan kayaknya paling tua, Billy yang rame dan rasis, Bahrul yang cenderung diem tapi actionnya jempol, Daras sang manajer keuangan dan asisten dari Bahrul, Diah yang pendiem, Lila dan Agus yang nempel terus kayak perangko, Herlambang yang medok Semarangnya kental banget, Fahmi (aka bear) yang nggak kalah uniknya, Heni sang "Sambel Chef", terus ada juga Kevin, Irvan, Audimas, Rijal, Daniel, Fauzi aka F.R. (ini bener nggak ya?) dan kalo ada yang kurang nanti bisa komen mungkin. Kau menikmati hari-harimu di sana dengan lebih banyak berinteraksi dan mengenal serta menganalisis lebih jauh keluarga "unik"mu di NDI. Karena kebetulan kalian diberikan kesempatan untuk mengenal satu sama lain dengan musnahnya seluruh sinyal operator selular kecuali Telk*msel. Bermain mini game ala-ala master logika, bermain hitungan angka, bermain pola kartu, mencoba memecahkan kasus-kasus kode dan trivia, itu semua terangkum dalam Treasure Hunt. Meski timmu hanya menduduki sebagai peringkat ke-3 dari tiga tim, itu tak jadi masalah. Yang menjadi incaran adalah mengenal lebih dekat keluarga NDImu dan sejenak melupakan dunia nyatamu. Dan malam harinya, seperti layaknya keluarga besar yang sedang berkumpul, kalian mengadakan sebuah acara rembug bareng (yang jika diartikan bisa menjadi obrol bareng). Perkenalan masing-masing individu yang hadir di sana membawa pada sebuah obrolan seru tentang peringatan satu dasawarsa NDI yang jatuh dua tahun lagi di 2016. Untuk itulah GathNas ini diadakan, demi menggalang euforia perayaan satu dasawarsa, GathNas pertama diadakan di sekitar Jawa Barat, kali ini di sekitar Jawa Tengah yang bertempat di Yogyakarta, dan harapannya sebelum peringatan satu dasawarsa NDI itu, seluruh pulau Jawa telah terjamah. Dan tibalah tahun depan giliran sekitar Jawa Timur, yang inshaAllah akan dihandle oleh member Surabaya dan sekitarnya. Setiap harapan telah didengar, setiap doa untuk GathNas selanjutnya telah di"amin"i, saatnya menutup tirai lelah.
   Hingga hari Minggu pun tiba, tanggal terakhir di bulan Agustus 2014. Saat di mana sesi foto-foto bersama peserta GathNas kali ini. Saat di mana kalian saling mengucapkan salam perpisahan, karena pertemuan dua malam telah berakhir. Sekitar pukul sembilan pagi kalian naik bus menuju kota Yogyakarta, tepatnya ke stasiun Lempuyangan yag menjadi destinasimu dan member Surabaya lainnya untuk pulang. Ah, betapa sempurnanya hari-hari itu...
   Dan kesempurnaan itu tak berakhir di situ saja, saat dirimu telah mendapatkan kembali sinyal smartphone ada sebuah kabar yang seharusnya kau caritahu tapi kau lupakan. Sebuah pengumuman hasil dari impian dan proses seleksi yang lumayan panjang yang telah kau lewati. Tanpa pikir panjang kau segera menginput no peserta seleksimu, menyentuh tombol enter di Xperia keyboard, dan voila!!! RencanaNya untukmu adalah yang terindah dan terbaik.
Hasil Seleksi Djarum Beasiswa Plus 2014/2015
   Tapi ceritamu tak berakhir di sana, pesan-pesan yang masuk di handphonemu setelah sinyal tertangkap tak hanya membuatmu terbelalak. Saudara perempuan tertua ayahmu yang beberapa hari lalu telah dinyatakan keluar dari Rumah Sakit, hari itu kembali koma dan masuk ke ruang UGD. Dan tak hanya itu, saudara ipar laki-laki dari ibumu harus menjalani operasi lambung juga di saat yang bersamaan. Seketika kau merasa sedih, seolah kesenangan dan kebahagiaan yang kau dapatkan tertutupi dengan kabar-kabar yang membuat hatimu tak lagi mampu merasakan kesenangan. Entah apa yang harus kau lakukan pun kau bimbang. Di sisi lain kau senang dengan segala yang telah kau raih dan kau dapatkan, akan tetapi di sisi lain sedihmu juga tak mampu kau tutupi. Sepanjang perjalanan kereta kau hanya terdiam, berpikir haruskah aku pulang dan menjenguk mereka, atau sepertinya cukup hanya berdoa dari perantauan. Ya, mungkin hanya itu yang mampu kau lakukan untuk saat ini.
   Entah kenapa hari ini mengajarkan banyak hal pada dirimu. Bahwa senang itu tak selalu mutlak dirayakan, dan sedih itu tak perlu selalu berujung pada sebuah ratapan. Dunia ini memberikan keseimbangan, ada kanan ada kiri, ada yin ada yang, ada dosa ada pahala, ada siang ada malam, ada tangis ada tawa, dan banyak lagi. Mungkin ini sebuah sisi lain dari pendewasaan, sebuah penyikapan. Dua kesenangan dan kebahagiaan yang diimbangi dengan dua kabar tak menyenangkan. Subhanallah... Engkau memang sang Maha Pembolak-balik Hati.

Epilog
Timbangan ini tak berat sebelah kok, toh jika ada timpang tak seharusnya hal itu dibiarkan. Karena akan selalu terasa ada yang kurang dan tak sempurna. Meski sempurna itu sendiri adalah sebuah ketimpangan. Akan selalu ada retak dan cacat untuk bisa beanr-benar melihat dan menyikapi kesempurnaan ciptaanNya dengan bijaksana.

Monday, August 25, 2014

Secuil Cerita tentang BUDAK dan sang pemilik JABATAN

   Namaku Arrez, seorang anak berusia sepuluh tahun yang tinggal tak jauh dari hidupmu. Memperhatikan tingkah lakumu adalah sebuah kesenangan tersendiri buatku. Mencari-cari apa yang tidak harus dan tidak patut aku lakukan di masa depan nanti adalah wujud pembelajaran nyata buatku, dan aku bersyukur itu semua kau lakukan. Menjadi dirimu memang tidak mudah, tapi ingatlah menjadi kami pun juga sama. Kami, atau mungkin secara spesifiknya aku, anak kecil dengan segala macam keingintahuan yang tinggi. Aku diajarkan begitu banyak kebaikan olehmu, aku diajarkan bagaimana harus menghormati, BUKAN MENYEMBAH, pada yang tua. Aku diajarkan untuk menyayangi serta menghargai, BUKAN MENGHAMBA, pada sesama.
   Betapa indahnya kehidupanku, betapa sempurnanya konsepsi yang tergambar dan terarah di dalam mindsetku. Tapi itu semua serasa berbeda dengan apa yang kau lakukan, membuatku tak ingin menjadi dirimu, atau lebih luasnya kalian. Aku sama sekali tak ingin menjadi seperti kalian. Apa yang kalian ajarkan dan contohkan padaku tak pernah ada artinya. Kalian selalu mengatakan tentang kebaikan pada kami, dan kalian selalu memberitahu arti kerukunan pada kami. Tapi apakah itu sendiri kalian lakukan? Justru tak jarang aku melihat kalian melakukan keburukan yang tak pernah sekalipun kalian ajarkan pada kami, menciptakan kerusuhan dan perpecahan atas nama hal-hal remeh temeh yang sama sekali berbeda dengan konsep kerukunan. Ya, mungkin kata-kataku terlalu dangkal, bagi kalian kata-kataku ini hanyalah sekedar celotehan tak berarti. Aku sadar kok kami bukan apa-apa dibanding kalian.

   Sedikit bergeser pada sudut pandang yang lain tentang kalian, suatu kali aku berjalan di sore hari dan bertemu beberapa orang dari kalian. Satu orang berpakaian rapi, berjas mewah dan menenteng sebuah koper. Beberapa orang lainnya berkemeja seadanya dan menguntit si Rapi. Ada percakapan unik di sana, sebut saja si Rapi adalah Roy, dan yang lainnya si Biasa,
==============================================
Biasa 1: Eh Roy, akan kau bawa ke mana kami?
Roy: (tetap diam)
Biasa 2: (berbisik) hey, bodoh! Dia itu sudah jadi pimpinan perusahaan ternama, tak bisakah kau memanggilnya dengan sebutan "bos" atau "tuan" atau apapun itu?
Biasa 1: Mengapa harus begitu? Hanya karena dia berjabatan kah?
==============================================
   Sungguh, aku terkikik mendengar secuil percakapan itu. Dan sejenak aku merasa sedih dan kecewa. Aku tak ingin menjadi seperti itu, sebuah kehidupan yang MENGERIKAN. Terkotak-kotak dengan sesuatu yang aku pun masih belum paham apa artinya. Sebuah hal abstrak yang tak pernah bisa diterima siapapun sebagai alasan menjadi pembeda kasta dan status sosial seseorang. Hanya karena JABATAN, panggilan harus berubah, hanya perbedaan titel "ketua, bos, pimpinan" dan apalah itu semua, keakraban harus berjarak. Aku heran dengan kalian, saat aku dan kawan-kawan sebayaku berinteraksi (entah itu di sekolah, saat bermain, atau belajar kelompok) tak jarang juga kami menunjuk seorang pemimpin ataupun ketua. Tapi tak seperti kalian, kami tetap bercanda tanpa takut dengan "titel" yang disandang pemimpin kami. Dan bahkan kami tetap saling bersenda gurau tak kenal jarak meski ada pembeda status antara si pemimpin dengan yang bukan. Sekali lagi aku heran dengan kalian.
   Memangnya kenapa jika ketua? Memangnya kenapa jika menjadi kepala? Dan memangnya kenapa jika menjadi seorang pimpinan?
   Tak ada yang berubah kok, toh itu hanya titel. Terkadang aku juga heran dengan beberapa orang yang terlalu fanatik dengan hal itu. Menjadi pendukung mutlak, atau bahkan bisa disebut BUDAK dari si pemilik jabatan. Mereka tak pernah menampakkan diri di saat tak ada peristiwa yang menarik perhatian mereka, atau bisa dibilang mereka cenderung cuek. Akan tetapi jika mengetahui JURAGANnya mendapat "serangan" dari orang lain, pembelaannya jauh dari pemikiran dan akal sehat. Melakukan justifikasi besar-besaran pada si "penyerang", yang bahkan aku yakin "si penyerang" pun tak bermaksud demikian. Karena di awal statusnya sama, tak ada pembeda jabatan atau titel tertentu. Yang mungkin "si penyerang" inginkan adalah sebuah kondisi yang biasa, kondisi yang tidak membuat jabatan sebagai makhluk asing pemisah hubungan antarteman. Dia sama sekali tidak bermaksud menyerang, atau bahkan merendahkan. Yang ia inginkan hanyalah tak adanya PEMBEDA KASTA yang tersemat dalam JABATAN. Sekali lagi aku heran dengan kalian, terutama para BUDAK.
   Memangnya kenapa jika ketua? Memangnya kenapa jika menjadi kepala? Dan memangnya kenapa jika menjadi seorang pimpinan? Tak ada yang berubah kok, toh itu hanya titel.
Wahai para BUDAK, aku ingin mempertanyakan kepedulian kalian. Bagaimana jika "si penyerang" mengganggu orang lain? Apakah kalian akan tetap membela orang lain itu? Atau kalian akan cuek-cuek saja? Jujur apa yang aku saksikan dengan mata kepalaku sendiri tentang kalian membuatku ngeri. Jangan hanya karena fanatisme JABATAN, atau sebuah penghambaan pada JABATAN menjadikan kalian BUDAK yang buta dan tak punya akal sehat. Yang seringnya mengatasnamakan kepedulian parsial hanya pada sang pemilik JABATAN. Aku takut, takut kalau kalau aku terseret menjadi kalian nantinya. Sungguh, aku heran dengan kalian.
   Bukannya aku menyudutkan kalian, tapi aku rasa inilah pemikiran terjujur dariku, seorang anak sepuluh tahun yang takut dengan apa apa saja yang kalian, orang dewasa, lakukan.
   Jujur aku heran...

Thursday, July 17, 2014

Karena Kehilangan Arah Bukanlah Tersesat (1435 part 4)

Prolog
   Kau pernah berlari begitu jauh, bahkan telah menumbuhkan sayap dan siap terbang. Terbayang bagaimana tahap kesiapannya? Yes, almost 90%. But, Allah SWT said, "Not this one, dear." Dan kau terlempar jauh dari harapanmu di awal.

   Mungkin beberapa orang pernah merasakan kecewa? Kau bilang pasti, karena memang manusia memiliki paket kekecewaan tersendiri dalam hidupnya. Yang berada satu kotak bersama sebungkus kegagalan. Dan hal itu tak menjadi masalah. Menurut KBBI, gagal berarti tidak berhasil, dan tidak tercapai (maksudnya). Lalu apa? Tak apa, hanya ingin sedikit mengulas saja bahwa gagal pun tercatat di dalam kamus, baik yang berbahasa Indonesia maupun bahasa lainnya (silakan cari sendiri untuk terjemahan bahasa lainnya). Tapi gagal tak berarti apa-apa bagi orang yang mau terus berjuang dan bangkit dari jatuhnya. Gagal di dunia tak menjadikanmu rendah di mataNya, justru jika kau bisa selalu berusaha pascagagal, itu tandanya kau mengalami peningkatan level ujian yang Dia berikan. Terbayang kan jika kau mengalami beberapa kali gagal dan bangkit, lalu berhasil, lalu gagal lagi, dan selanjutnya berhasil lagi berulang-ulang, sudah berapa level ujianmu dariNya? Itu simplenya jika menghadapi kegagalan.
   Seperti yang tertuang dalam firmanNya:

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,"
dan
"sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
(QS. Al Insyrah:5-6)

telah begitu jelas menyatakan bahwa di dalam setiap kesulitan, selalu ada kemudahan. Dan saking pentingnya perasaan terjamin bahwa "setelah kesulitan akan selalu ada kemudahan" untuk manusia, Allah SWT pun menegaskanNya dua kali dalam surat Al Insyrah. Apa artinya? Bahwa manusia adalah makhluk yang harus selalu berjuang, sejak belum terbentuk hingga akhir hayatnya, dan sejak sperma masih harus berlomba menjangkau sel telur, hingga tanah makam telah memendam tubuhnya.
   Dan baru hari kemarin kau mendengar berbagai macam cerita, entah itu dari saluran telepon, sms, beranda facebook, timeline twitter, dan dimanapun yang bisa kau lihat dan dengar. Cerita itu ada yang mengungkapkan rasa bahagia, ada yang sedih, ada yang gembira dan puas, ada yang kecewa. Sungguh suatu hal yang biasa jika hari di mana hasil Seleksi Penerimaan Mahasiswa (ataupun juga Siswa) Baru diumumkan. Ada yang bahagia karena pilihan pertamanya tembus, ada yang pasrah dengan hasil apapun yang diperolehnya asalkan bisa melanjutkan studi, dan ada yang kecewa hingga bersumpah serapah karena sekali lagi, kegagalan.
   Apa sih yang salah sengan gagal? Dan apa yang salah dengan merestart cita-cita? Karena menurut Charles Xavier di dalam film X-Men: Days of the Future Past, "satu-satunya hal yang bisa terus menguatkan manusia dalam kelemahan, menyembuhkan sakit tanpa harus melawan, dan menghidupkan manusia dalam kehidupan yang sebenarnya adalah HARAPAN." Ya, dan itu memang benar. Kegagalan membuatmu tersungkur, tapi ingat juga kata Mario Teguh, "saat-saat kamu tersungkur adalah saat terbaikmu untuk bersujud," dan itu benar. Saat terbaik kamu mendekatkan diri dengan Allah SWT untuk menguatkan HARAPAN adalah di saat kamu gagal. Meskipun tanpa harus menutup kemungkinan bahwa di saat kau berhasil dan bahagia pun kau tak boleh lupa denganNya. Dengan gagal kau bisa me-reka ulang langkah-langkah apa yang membuatmu gagal, dengan gagal kau bisa memulai lagi kemungkinan jalan hidup yang selama ini kau kesampingkan, dan dengan gagal kau semakin bisa dewasa dan berpengalaman. Karena tak bisa dipungkiri,"Dalam melakukan suatu pilihan dan pertimbangan, otak pun perlu melakukan berbagai macam eksperimen," seperti yang tertulis di salah satu halaman buku Born to Believe (A. Newberg & M. Waldman, 2013), dan kegagalan adalah eksperimen terbaik yang bisa semakin membuat otak belajar. Yang secara tak langsung jika otak belajar, kaupun belajar dari kesalahan yang telah menyebabkanmu gagal.
   Di sisi lain, kegagalan itu sejatinya hanyalah istilah semu. Yang manusia ciptakan untuk melabeli diri mereka atau mungkin orang lain jika mereka tidak mampu melampaui target dan hipotesis yang telah mereka buat. Jadi kesimpulannya? Gagal itu bukan apa-apa, dan bahkan tak berarti apa-apa. Jika target pada rencana A tak berhasil masih ada 25 alfabet lagi kok yang bisa digunakan sebagai nama rencana yang akan dibuat. Kalau hipotesis yang dibuat tidak menjadi nyata saat percobaan telah berlangsung dan hasil telah didapat, anggap saja hipotesismu yang salah, bukan hasil akhirmu yang gagal. Ya, mungkin sesimple itulah kau bisa bicara tentang mengubah mindset positif tentang gagal. Tapi apakah mudah melakukan itu semua? Tergantung di posisi mana kau berada, dan tergantung pada kondisi apa kau ditempatkan. Semuanya relatif, tidak munafik jika kaupun sampai sekarang masih sulit untuk mengimplementasikannya, meskipun setidaknya sudah sering dan bahkan selalu mencoba. Tapi memang semudah itulah menganggap positif sebuah kegagalan.

   "Hanya karena seseorang tersandung dan kehilangan arah, bukan berarti dia tersesat selamanya."

   Menurutmu, kata-kata itu bermakna sangat dalam. Yang sekali lagi kau mengutipnya dari percakapan di dalam film X-Men: Days of the Future Past. Hanya karena Arah Takdir sang Jarum tak Selalu ke dalam Vena,bukan berarti kau gagal sepenuhnya. Dan hanya karena kau tersandung di pilihan pertamamu dulu lalu kehilangan arah untuk menjadi seorang awak medis, bukan berarti kau "tersesat" di dalam dunia Materials and Metallurgical Engineering. Karena dengan "tersesat"mu inilah kau menemukan hal baru, hal yang sebenarnya kau cari tetapi tak sempat terpikirkan dan terhipotesiskan sebelumnya. Memang seharusnya inilah duniamu, yang jika dilihat lebih jauh lagi, dari mulai fundamen Fisik dan Kimia telah familiar kau temui dan cintai. Ya, mungkin itulah sedikit gambaran tentang implementasi menyikapi kegagalan. Yang kau kira saat kau menjadi awak medis masa depanmu akan "sangat amat" terjamin, ternyata saat kau "tersesat" di sini dan wawasanmu terbuka dengan betapa luasnya ranah bidangmu ini, kau merasa "sangat amat" beruntung telah "tersesat" di sini.
   Tanpa sedikitpun berniat sombong, tinggi hati, ataupun juga "sok" menggurui, tulisan ini kau persembahkan untuk seluruh calon mahasiswa (atau juga siswa) yang sedang bingung dan gundah mencari masa depannya. Bahwa "Allah terkadang tidak memberikan apa yang kalian INGINkan, melainkan selalu memberikan apa yang kalian BUTUHkan." Can you analyze about the difference betweet WANT and NEED? Maka, jawaban dari pertanyaan itulah yang akan menuntunmu untuk senantiasa positif thinking padaNya, dengan nasib yang sedang kau jalani, dan itulah cara satu-satunya untuk mendamaikan perjalanan hidupmu.

Epilog
   Meski Allah SWT "melemparkan"mu jauh dari harapan dan hipotesis awalmu, setidaknya kau masih bisa tetap menjalani hidupmu saat ini. Kau tetap bisa berkiprah di duniamu yang sekarang. Bahkan mungkin bisa berbuat "lebih banyak" daripada yang kau bayangkan. Itulah nasib, dan itulah kekuatan takdirNya, karena dengan "Kun Faya Kun", yang ingin Dia jadikan maka jadilah.

Tuesday, July 15, 2014

Kausebut ini Negara ANDAnesia (1435 part 3)

Prolog
   Kau tahu ini pukul berapa? Ya ini sudah malam, lalu apa hubungannya antara siang ataupun malam? Dan kau tahu ini tanggal berapa? Ini sudah menginjak tanggal 17 bulan Ramadhan 1435 H. Lalu?

   Banyak hal yang terjadi beberapa waktu ini. Kau mulai muak dengan apa yang terjadi di bulan yang suci ini. Bukan pada momentnya ataupun bulannya, karena sejujur-jujurnya inilah bulan yang kau tunggu dan kau bahagia bisa menyambut Ramadhan lagi tahun ini. Dan tentu saja kau bahagia dengan apa yang kau lakukan di dalamnya. Lalu apa yang membuatmu tak enak hati? Banyak, banyak sekali. Dan kau semakin muak dengan apa yang terjadi di samping peristiwa yang membuatmu muak terjadi. Rumit? Iya, karena memang itulah kodrat manusia, membuat rumit apa yang sebenarnya simple. Membuat masalah pada hal-hal remeh yang seharusnya hanya menjadi obrolan santai tanpa sakit hati.
   Dari mulai pesta demokrasi negeri yang indah ini, pra-sembilan Juli pun telah banyak hal yang terjadi. Ada yang bilang tentang black campaign lah, ada yang menguak borok-borok seseorang lah, dan ada yang ghibah sana sini yang menyebabkan su'udzan sana-sini menjadi hal yang umum terjadi. Megapa tak saling membeberkan kebaikan saja sih? Mengapa lebih suka mengurus rumah tangga orang lain dari pada mengurus "calon" dukungannya sendiri? Dan mengapa juga harus dihujat dan dicerca jika toh ujung-ujungnya salah satu dari mereka akan menjadi pemimpin negeri ini. Kau heran dengan berbagai macam komentar negatif tentang pasangan calon satu, pasangan calon dua, tiga, empat atau berapapun lah jumlah calonnya. Memang selalu begitulah manusia, seringnya hanya cenderung mengelompokkan orang lain, menggolongkannya, hingga melabelinya dengan predikat-predikat, dan kemudian menilainya dengan cara mengistimewakan ataupun diskriminasi menggunakan cara keji yang disebut berprasangka.
   Tak hanya berhenti di sana, dialog tentang bola di piala dunia pun sering menjadi hal yang menarik untuk ajang saling menghina dan menghujat. Mengapa tidak cukup hanya menjagokan dan mendukung dengan cara sehat tanpa merendahkan lawan yang lain? Sungguh negeri ini sedang SAKIT sepertinya. Kau merasa miris dengan apa yang terjadi. Bukan hanya tentang partai politik, pemilihan presiden, atau permainan sepak bola, bahkan tentang Suku, Agama, Ras, dan Golongan-golongan yang telah jelas-jelas dijunjung tinggi dan tak boleh direndahkan pun masih saja diperdebatkan.
   Masih tentang ketidakselarasan, hingga "invasi Israel ke Palestina", atau mungkin yang tak ingin dirimu menyebutnya begitu, akan diperhalus dengan tajuk "pertikaian Israel-Palestina" pun menjadi ajang saling menghujat dan menghina. Tak hanya tentang negara, akan tetapi juga menyangkut masalah agama. Kau tak habis pikir dengan "orang-orang" di negeri ini. Ya memang kebebasan bersuara dan berserikat itu diatur dalam Undang-undang Dasar 1945. Tapi tidak kebablasan seperti saat ini. Ada pendapat sedikit, disanggah. Ada pernyataan yang "tak menguntungkan" pihaknya atau golongannya saja sudah menjadikan perpecahan dan adu mulut perdebatan panjang. Kemana adat ketimuran yang saling menghargai? Kemana arah keramahan bangsa ini sekarang? Sungguh kau sempat meng"iya"kan bahwa saat-saat ini, negeri ini menjadi "negeri para preman". Bagaimana tidak? Pendapat setiap orang yang belum tentu valid dan belum tentu dapat dipertanggungjawabkan menjadi benar "jika itu menguntungkan" pihak atau kubunya. Sedangkan pendapat yang "terkadang" sudah jelas benar dan valid menjadi pemicu penyerangan salah satu tempat pemberitaan, "jika dianggap merugikan" kelompoknya. Kau tak memihak siapapun di sini, dan terserah jika ada salah satu golongan yang tak terima dengan statementmu. Bukan berarti kau merasa sok pintar dengan statement-statement kritismu ini, tapi memang itulah nyatanya.
   Entah karena pluralisme di dalamnya kah? Atau memang jaman ini menjadi jaman keGOBLOKan manusia di negeri ini? Sedikitpun kau tidak pandang bulu saat merujuk kata GOBLOK pada statementmu, karena mungkin itu juga bisa menjadi otokritik bagi dirimu sendiri jika bertindak "demikian". Demikian yang mana? Demikian yang menjadikanmu menorehkan tulisan tak berartimu ini. Orang-orang di negeri ini sudah terlalu dibiarkan liar, tak terkontrol lagi, bahkan dengan norma agamanya masing-masing yang "katanya" penuh cinta kasih. Kau rasa norma-norma dan pengontrol tak tertulis hanyalah tinggal anggapan-anggapan "kotoran banteng" yang saat ini sudah mulai pudar atau bahkan lenyap di negeri ini. Saudara pun menjadi lawan dalam perang politik, hubungan darah menjadi tak berarti jika memang berurusan dengan ideologi yang berlawanan. Ah, sungguh gila negeri ini.
   Kau penasaran dan terkadang ingin bertanya kepada mereka sang pelaku kebodohan di negeri ini, "pernahkah kalian merasakan pedihnya diskriminasi dan pentingnya simpati?" Ini yang saat ini sering tak kita dapatkan di negeri yang katanya "aman dan tenteram serta sejahtera ini." Bukan untuk menjelekkan bangsa sendiri, bahkan tak ada niatan seperti itu sedikitpun. Kau hanya ingin mereka, sang pelaku kebodohan itu, membuka mata bahwa negeri ini terlalu indah jika harus dinodai dengan pemikiran-pemikiran radikal yang merugikan seperti yang mereka presentasikan pada khalayak dunia seperti saat ini. Entah dari mana orang-orang itu mendapatkan konsepsi "Kita vs Mereka" yang baru-baru ini kau baca dari salah satu buku. Karena kau yakin tak semua orang pernah membacanya, tapi mereka melakukannya. Mari sedikit beralih kepada sebuah penelitian ilmiah tentang apa yang "sedang" terjadi di negeri ini. Henri Tajfel seorang periset yang melakukan penelitian sistematis di tahun 1970-an menemukan bahwa ketika individu secara acak ditempatkan pada kelompok-kelompok berbeda, mereka memiliki perasaan kuat terhadap kelompok mereka sendiri dan cenderung memiliki perasaan yang negatif terhadap kelompok lainnya. Dan sekedar menjadi bagian dari suatu kelompok saja telah menghasilkan suatu "kehendak buruk" terhadap kelompok lain.
(A. Newberg & M. Waldman, 2013)
   Itulah yang saat ini terjadi di negeri ini. Rasa mirismu ini hanya mampu kau tuangkan dalam serangkaian tulisan yang menurutmu "mungkin" dapat menggugah AKAL SEHAT dari para pelaku kebodohan-kebodohan di negeri ini, untuk saat ini. Rasa kecewamu hanya mampu kau pendam dalam sumpah dan janji bahwa kau tak ingin melakukan hal yang sama seperti mereka. Mereka yang melabeli diri mereka dengan predikat "paling benar" dan "selalu benar". Mereka yang selalu bisa berkelit untuk mempertahankan kesalahannya hingga menjadi benar demi sebuah rasa puas karena telah menang atas golongan lainnya. Dan mereka yang membuatmu melabeli negeri ini sebagai "negara penuh suka-suka", "negara bebas tak bertanggung jawab", "negara seenak udel", dan negara ANDAnesia, yang selalu mampu menjadikan pendapat ANDA menjadi DEWA di mata ANDA sendiri. Serta harus bisa menjadi DEWA di mata golongan yang lain. Selamat datang di negeri yang penuh dengan pendapat BENAR dan SELALU BENAR, negara ANDAnesia. Ini negara ANDA! Oleh karena itu, bisa saja ANDA bertindak suka-suka ANDA.

Epilog
   Kau marah dengan ocehan ini? Silakan marah dan tumpahkan sepuasnya di kolom komentar facebook, timeline twitter, atau cercaan berbau pertanyaan via ask.fm, itu semua murni kebebasanmu. Kau berhak berpendapat, karena ini negara demokrasi, dan karena pendapatmu dilindungi pasal 28 di Undang-undang Dasar 1945. Akan tetapi satu catatannya, janganlah menjadi ANDA-ANDA yang lain di negeri ini, jangan pernah menjadi orang-orang bodoh yang mendalangi carut marutnya keadaan negeri ini sekarang.

Mencintai sang Maha Cinta dengan Mencintaimu dalam Diam (1435 part 2)

Prolog
   Tak butuh hanya sekedar kata-kata untuk mencintai, ada banyak yang harus dilakukan. Kau harus mengucapkan dua kalimat syahadat, kau harus sholat, zakat, puasa, dan bahkan haji. Itu semua jika kau lakukan dengan sungguh-sungguh, akan menjadi bukti konkret bahwa kau mencintaiNya.

   Malam itu kau sengaja tak tidur cepat, memikirkan apa-apa yang menjadi segala gundah dalam hatimu. Pikirmu jauh menerawang, sekilas kau terpikir dengan Program Kreativitas Mahasiswamu yang belum banyak tersentuh akibat kau terlalu menomor satukan akademikmu, praktikummu, dan segala kesibukan kuliahmu. Ya, jelas kau nomor satukan itu semua karena memang itulah amanah yang orang tuamu titipkan di pundakmu. Tapi beralih dari pemikiran itu kau kembali memikirkan dia, seseorang yang saat saat ini menjadikan makanmu semakin lahap dan tidurmu semakin nyenyak. Terkadang sedikit merasa lucu dengan kata-kata yang kau tulis untuk menggambarkan sesuatu tentang perasaan. Tapi memang selalu begitulah caramu menggambarkannya.
   Kau memikirkan masa depan, jauh sekali kedepan. Saat dimana bayangan yang sama tentang hidup bahagiamu pernah kau bayangkan bersama wanita yang dulu pernah mengisi hari-harimu. Kau menggelengkan kepala tanda bahwa kau tak mau memikirkannya terlalu jauh. Ya, dia mungkin berhasil membuatmu tersihir dengan "rasa nyaman"mu dengannya saat ini, tapi tak ingatkah dirimu tentang apa yang kau tulis baru-baru ini? Menaruh hati pada sang Maha Pembolak-balik Hati adalah hal terbaik yang bisa kau lakukan jika memang berurusan dengan hal pelik yang bernama cinta, yang sumbernya tentu saja adalah makhluk terindah bernama wanita.
   Wanita hanyalah bagian dari hidup setiap lelaki, dia membawa satu tulang rusukmu yang hilang. Wanita menjadi bagian dari dirimu yang memang hilang saat ini, yang hingga saatnya nanti siap untuk menyatu denganmu dan mengisi kekosongan dan kehampaan yang memang kau rasakan saat ini. Belum tentu jika wanita yang dekat padamu saat ini adalah tulang rusukmu. Belum tentu juga apa yang menjadi sumber "kenyamanan"mu saat ini akan menjadi sumber kasih sayang dan menjadi wanita yang mampu memberikan belai lembut kasih sayang pada anak-anakmu kelak. Mungkin  tulisan ini intinya masih sama dengan apa yang kau tulis baru-baru ini, hanya saja sudut pandangnya saja yang berbeda.
   Jika kau terus berpikir gundah tentang siapapun yang akan menemanimu hingga akhir hidup kelak, sepertinya itu tak akan pernah ada gunanya. Karena di dalam ayat Allah SWT pun telah tegas menyatakan bahwa:

"Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah"
(QS. Adz Dzariyaat:49)

jadi tak ada alasan lagi untukmu terlalu mencintai, ataupun terlalu sibuk memikirkan "nyaman"mu dengan dia. Dia hanyalah makhluk yang mungkin hanya Allah SWT kirimkan untukmu saat ini, bagaimana dengan nanti? Dan mungkin juga memang dia adalah jodohmu kelak, siapa yang tahu? Banyak jalan dariNya untuk mempertemukan dua hati.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir"
(QS. Ar-Ruum:21)

   Pernah melihat ayat tersebut? Ya, kau sering membacanya pada undangan-undangan pernikahan. Memang benar dan tepat jika ayat itu ditujukan pada dua sejoli yang sedang kasmaran, dan secara lahiriah dan batiniah siap untuk menghalalkan hubungan mereka di bawah ijab qabul atas namaNya untuk membina bahtera rumah tangga. Lalu apa hubungannya ayat tersebut denganmu? Atau dengan single-single yang lain? Itu merupakan sebuah ketetapan Allah SWT untuk para manusia yang mau dan mampu berpikir lebih tentang hidup. Rasa tenteram, atau yang saat ini kau rasakan dengan terjemahan rasa "nyaman"mu dengan dia adalah memang kodrat yang diberikan oleh Allah SWT untuk manusia. Untuk itulah kau pernah bilang bahwa merugilah bagi orang-orang yang tak mau dan tak mampu merasakan cinta dalam hatinya. Karena cinta itu nikmat dan karunia terindah yang Allah SWT berikan untuk makhluk-makhluknya di bumi ini. Termasuk "rasa kasih dan sayang" yang dimaksud dalam ayat itu pun merujuk pada sebuah nikmat rasa cinta yang Allah SWT karuniakan untukmu, untuk memiliki rasa sayang kepadanya. Tapi apakah harus rasa sayang ini berujung pada hubungan temporer yang biasa disebut pacaran? Yang dulu pun sempat kau lakukan, dan burujung pada setumpuk kekecewaan dan sempat menyesal pernah merasakan cinta.
   Itulah mengapa kau memilih jalan lain sekarang. Tanpa harus memiliki "status" pacar yang tak abadi, lalu membina hubungan tak halal yang fana' dan tak bertahan lama, kau memilih untuk mencintainya dalam diam. Ya, kau memang telah mengutarakan rasamu padanya, hanya sebatas mengutarakan. Dan tanpa menuntut untuk menjadi apapun, apalagi bagian dari hari-harinya "untuk saat ini". Ujung rasa "nyaman" dan sayang ini biarlah Allah SWT yang menentukan harus bermuara kemana. Karena memang banyak jalan dariNya untuk mempertemukan dua hati.
   Yang bisa kau lakukan hanyalah mengakuinya bahwa kau merasa "nyaman" dengannya, tetap menjaga silaturrahmi, dan terus berdoa, "jika memang dia yang terbaik bagimu jadikanlah dia jodohmu, dan jika tidak berikanlah yang lebih baik dari dirinya." Cukup hanya itu, cinta itu indah dalam diam, mencintai yang Maha Cinta itu jauh lebih indah daripada hanya sekedar mencintai makhluknya, dan menaruh hati pada sang Maha Pembolak-balik Hati itu akan sangat indah karena kau tak akan pernah tahu kejutan apa yang Allah SWT siapkan untuk dirimu, pendamping hidupmu kelak, dan hadiah untuk akhiratmu untuk kesabaran dan ke"diam"an cintamu padaNya untuk meraih"nya" dalam ridhaNya.

Epilog
   Demikian juga dengan mencintainya dalam diam untuk meraih ridhaNya, kaupun harus mendiamkan dirimu saat kau mengungkapkan rasa sayangmu padaNya. Layaknya tangan kiri yang tak perlu tahu ketika tangan kanan memberi, beribadahlah dan ungkapkanlah rasa sayang dan cintamu padaNya tanpa harus orang lain tahu dan menganggapmu telah riya' di matanya.

Saturday, July 12, 2014

Menaruh Hati pada Sang Maha Pembolak-balik Hati (1435 part 1)

Prolog
   Peristiwa di sepanjang jalan ini menguak sesuatu, kau berada pada sebuah jalan yang sangat melelahkan. Kadang ada kerikil tajam, tanjakan, tebing curam, dan terkadang kau temukan mata air terbaik kehidupan. Tapi kau tak lelah, karena banyak hal yang bisa kau lihat dan kau amati hingga seperlima abad perjalananmu. Dan kali ini kau, sekali lagi, menoleh ke arah pintu terindah bernama cinta.

   Lucu jika diingat-ingat, kau pernah ada pada posisi di mana rasa itu hadir pertama kali. Di bangku sekolah dasar, saat-saat bodoh dan mungkin orang lain menganggap itu hanyalah "rasa-rasa unyu" anak ingusan. Jika teringat masa itu sejenak kau berpikir, dari manakah rasa itu hadir? Dan pertanyaan itu terus terjadi dalam dirimu. Belum mampu kau menjawabnya, ternyata kau telah melewati berbagai macam cerita indah bersama kaum hawa. Berkali-kali mengecewakan, dan mungkin juga menyakiti, hingga berujung kekecewaan dan sakit hati. Otakmu tak habis-habisnya mencerna, atau justru mencerca, apa yang sebenarnya telah terjadi dan mungkin ingin kau dapat dari berbagai macam cerita yang pernah kau tulis di sepanjang jalan hidupmu. Sempat setahun tenggelam dalam kekecewaan, dan akhirnya menemukan dirinya, dia yang dulu sempat menjadi primadona dalam hatimu, mengisi hati dan inboxmu dengan berbagai macam semangat dan harapan bahwa dialah peutup dari segala petualangan hati yang telah kau lakukan. Tapi apa yang terjadi? Justru berbeda, harapan itu tak ada artinya, toh akhirnya kembali lagi kekecewaan yang kau dapatkan. Sakit memang sudah tak lagi terasa, karena mungkin hati telah lebih pandai dalam mengobati rasa sakit yang pernah, atau malah sering, dirasakan dulu.
   Masa itu hadir lagi di hidupmu, "masa bebas" tanpa adanya hati yang mengikat, tanpa ada perasaan yang menggungat. Hubungan itu fana', bukan tentang apa yang pernah kau rasakan hingga akhirnya kau pesimis dan tak mau lagi merasakannya. Karena jika ditinjau sejauh apapun, rasa itu adalah anugerah terindah dariNya. Merugilah orang-orang yang mengelak dan menolak untuk sebuah karunia terbaik dari "sang maestro" rasa cinta, Allah SWT. Tapi baru-baru ini, di dalam rentang usia seperlima abad ini baru kau sadari, betapa bodohnya dirimu. Membiarkan rasa itu terumbar pada seseorang yang belum tentu namanyalah yang berada di garis takdirNya untuk kalian. Setelah berbagai macam peristiwa, kegagalan, dan banyak kekecewaan yang kau alami, barulah kau sadar, bahwa rasa itu suci, rasa itu tulus, dan tak sepele seperti yang pernah kau lakukan dulu. Asal suka, tembak, jadian, dan masih ada jaminan untuk putus dan bermusuhan (atau lebih tepatnya memutuskan tali silaturrahmi). Tak munafik memang, kau pernah pacaran, tapi itu dulu, saat mungkin masih sering menutup hati untuk sebuah pembelajaran berharga tentang cinta.
   "Cukup rasakan, atau mungkin sampaikan padaNya, agar jika memang dia jodohmu, dekatkanlah. Dan jika bukan, berikanlah yang terbaik."
   Itu kata-kata yang indah memang, sangat indah. Dan sangat mudah untuk dikatakan, tapi sangat susah dilakukan. Rasa itu abstrak, karena cinta itu mungkin hanya efek dopamine yang tersebar di dalam tubuh manusia kasmaran. Ya, mungkin itu alasannya.
   Kau sempat tercekat dengan sebuah cerita unik dari seorang sahabatmu, yang pada suatu waktu berkunjung ke rumah kos kawannya, dan bertemu dengan seorang mahasiswa lain, yang katanya, pandai "meramal". Dan tibalah saatnya dimana "sang peramal" berbicara tentang jodoh. Ciri-ciri yang disebutkan hanya tiga mungkin yang sempat kau tangkap, dan jujur dalam hati kaupun telah mengira bahwa akan merujuk padamu. Dan uniknya, setelah "malam ramalan" itu, sahabatmu menerima sms darimu. Kebetulan kah? Mungkin saja iya, atau mungkin saja tidak, banyak jalan dariNya untuk mempertemukan dua hati.
   Di sisi yang lain, kau bertemu dengan seseorang, yang beberapa waktu lalu, sempat mengalihkan duniamu, dan mungkin hingga saat ini. Kau bilang mungkin karena kau pun tak tahu sang Maha Cinta akan membiarkanmu terus merasakannya atau tidak. Kaubilang "nyaman", dan kau mengakui itu dihadapannya, juga dihadapanNya. Tapi itu tak berarti kau menyerahkan keseluruhan rasa itu padanya, yang berujung pada sebuah pengharapan (lagi) yang mungkin juga akan berujung pada kekecewaan (lagi). Beruntunglah dirimu, karena dia pun sepakat bahwa tak perlu "status" yang terpatri, sebelum benar-benar ada tautan dua hati dalam janji suci di bawah ridhaNya. "Jalani saja apa adanya, saling mendoakan, dan jika memang waktunya tepat, biarkan sang Maha Cinta yang menjawab." Dan sekali lagi, apakah ini akhir dari kisahmu? Atau mungkin ini wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anakmu kelak? Belum tentu, atau mungkin saja pasti, karena banyak jalan dariNya untuk mempertemukan dua hati.
   Yang bisa dilakukan hanyalah menunggu, bukan dalam arti menunggu tanpa usaha dan ikhtiar. Karena memang jika berbicara urusan hati, perasaan, dan cinta, ada perkara lain yang sudah selayaknya menjadi parameter tertinggi dalam acuannya. Jodoh, Mati, Rizky, bukankah itu rahasiaNya? Yang malaikat pun tak mampu untuk mengintip ke dalam catatan milikNya tentang masing-masing dari kita. Terlebih lagi, ini masih dalam tahap kecintaan terhadap makhluk, layakkah disandingkan dengan kecintaanmu kepada sang Maha Cinta? Yang menganugerahkan rasa itu saja sering terlupa, yang mengaruniakan "sayang" saja masing sering diduakan, apakah pantas kau terlalu menyayangi makhluk yang hanya ciptaanNya?
   Terlalu munafik dan sok suci jika kau bilang kau mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, karena memang manusia diciptakan untuk selalu bertanya, selalu mencari tahu, dan mengaji apa yang terjadi di sekelilingnya. Wajar lah jika pada suatu saat apa yang kau cintai tak lagi berarti dalam hidupmu, dan apa yang awalnya tak berarti menjadi segalanya bagimu, karena memang sudah selayaknya, "hati ini kita serahkan sepenuhnya kepada sang Maha Pembolak-balik Hati, Allah SWT."
   Terlebih lagi, mungkin hampa tanpa pasangan (bagi para single dan jomblo) tak akan terasa lagi jika kau mampu mencintai sang Maha Cinta melebihi kecintaanmu pada dunia. Tanpa berniat menggurui ataupun sok suci, karena kita ada untuk saling belajar dan mengingatkan, termasuk mengingatkan diri sendiri.

Epilog
Jalan ini masih panjang, masih ada banyak hal yang bisa didapatkan dalam perjalananmu. Selain sekedar rasa cinta dan sayang, ada banyak hal yang bisa kau ukir di sepanjang jalan pulangmu. Pulang menuju keharibaanNya, di tempat kekal dan hakiki dengan segala bekal dari sisa-sisa kehidupan duniawi.

Saturday, June 28, 2014

Seribu Empat Ratus Tiga Puluh Lima

   Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
   Banyak hal yang telah dilewati setahun kebelakang, ada suka-duka, senang-sedih, berlari-terjatuh, bahagia-merana, dan segala hal yang menyangkut perasan manusia.
   Gerak langkahmu adalah setiap hal yang berpotensi mengandung dosa-dosa di dalamnya. Sabar tak lagi menjadi dominasi dalam merasa, tutur lembut tak lagi dipertimbangkan demi saling menjaga hati, bahkan tuntunan terbaik sebuah keyakinan pun luntur dengan segala iming-iming duniawi. Dari mulai Ramadhan tahun lalu hingga sehari sebelum Ramadhan datang, semua mungkin terlewati begitu saja dengan hal-hal destruktif itu. Banyak yang telah tersakiti oleh tutur katamu, banyak yang bahkan menjauh darimu akibat tak adanya sabar yang melingkupi hidupmu di sebelas bulan kebelakang.
   Hari ini sudah saatnya kau mengintrospeksi diri tak hanya dalam renungan, yang mungkin telah sering kau lakukan dalam sebelas bulan yang lalu. Yang kau bilang sholat cepat karena mengejar urusan dunia yang harus diselesaikan, yang kau bilang puasa itu berat akibat aktivitas padat, yang kau bilang sedekah itu susah akibat uang jajan pun tak tersisa hingga akhir bulan. Itu semua dapat kau wujudkan di kesempatan emas yang Allah SWT berikan di salah satu bulan yang Dia muliakan, yang Rasulullah pun mengistimewakan bulan ini. Bulan di mana ibadah wajib dihargai dengan 70 kali lipat dari ganjaran ibadah di sebelas bulan yang lalu, dan bulan di mana ibadah sunnah dihargai mungkin setingkat dengan ibadah wajib. Kau menyadari itu, dan itu menjadi hal yang menggiurkan buatmu. Tapi pertanyaannya mampukah kau berlatih untuk melakukannya itu di bulan Ramadhan tahun ini? Maukah kau berusaha menjalani hal positif yang selama ini hanya menjadi mimpi saja di sebelas bulan lalu? Saatnya mencoba, saatnya bergerak, saatnya merealisasikan harapan dan pengandian-pengandaian sebelas bulan yang lalu. Karena Ramadhan adalah kawah candradimuka bagi orang-orang yang ingin memperbaiki kualitas hidupnya untuk menjadi lebih istimewa di mata Allah SWT.
   "Bukan tentang kapan kau mulai puasamu dan kapan kau percaya bahwa satu Ramadhan itu hadir, yang terpenting adalah bagaimana kau menyikapi dan bersikap layaknya Ramadhan ini telah menyambutmu dengan anugerah kehidupan dan kesehatan dari Allah SWT yang sampai saat ini masih kau nikmati."
   Taqabalallahu mina wa minkum, taqabal yaa kariim...
   Selamat memperbaiki diri di bulan penuh pembelajaran untuk menjadi lebih baik.

#KotakAjaib

Friday, June 13, 2014

Kotak Ajaib, Jabatan, dan Sang Pemimpin


   Baru-baru ini kau melewati hal-hal menarik, ada banyak hal yang terjadi. Dan semuanya satu topik dan bahasan, yaitu jabatan. Lalu apa sih istimewanya hal itu sampai kau capek-capek ingin menulis dan membahasnya? Jawabannya tak perlu diragukan lagi, karena kau ingin tertawa karenanya. Bukan tertawa karena obyek jabatan itu sendiri, akan tetapi tertawa kepada orang-orang yang menganggapnya terlalu istimewa. Ya, jabatan selalu dikaitkan dengan satu sosok ideal yang mungkin selalu jadi impian untuk diperfeksioniskan, dialah pemimpin. Padahal jika dirujuk lebih jauh kebelakang, jabatan dan pemimpin itu dua hal yang sama sekali tak pantas disandingkan.
   Okelah jabatan dan pemimpin seringkali ada dalam satu #KotakAjaib yang sama. Dan tak jarang menghasilkan #KotakAjaib yang mampu menghipnotis orang banyak tentang kepemimpinannya. Mengapa kau bilang #KotakAjaib? Kau sering menuliskan itu di akhir setiap kata-katamu, lalu mengapa? Ya karena kau telah lama berpikir tentang #KotakAjaib bukan sebagai obyek, akan tetapi sebagai subyek yang melakukan banyak hal. Subyek yang memiliki hati, subyek yang memiliki banyak kemungkinan untuk memilih, dan subyek yang selalu bisa menghadirkan kemungkinan di setiap kemustahilan, dia manusia. Kotak adalah hal yang paling mainstream, karena kita sering menemukan kotak di sekitar kita. Tapi berbeda dengan #KotakAjaib, meskipun sebenarnya dia juga mainstream untuk ditemui di seluruh penjuru dunia ini, namun banyak yang belum menyadari dirinya sebagai subyek terbaik yang pernah ada di dunia ini, #KotakAjaib yang terlahir sebagai khalifah di bumi. Dan okelah, mari kita akhiri intermezo tentang #KotakAjaib ini.
   Kembali tentang jabatan dan pemimpin. Kriteria seorang pemimpin adalah hal sempurna, itu yang sering kau bilang. Dan menjadi sosok #KotakAjaib yang seperti itu adalah mustahil selain Rasulullah SAW. Lalu apa? Apa yang membuatmu tertawa? Jelas, yang membuatmu tertawa adalah tingkah laku orang yang mengincar predikat pemimpin, akan tetapi justru mengalami disorientasi dan terjerembab ke dalam hal yang menjadi "alat pematangan kepemimpinan". Itulah jabatan, sebuah alat pematangan proses kepemimpinan, kawah Candradimuka untuk #KotakAjaib yang mampu bertahan dari usaha keras sebelumnya dan ingin memperbaiki diri demi orang-orang serta lingkungan di sekitarnya untuk lebih bermanfaat. Itu jabatan. Setidaknya definisi menurutmu, dan kau juga yakin hal itu tidak sepenuhnya salah, juga otomatis tidak sepenuhnya benar. Tawamu sekali lagi membuncah, pada orang-orang yang ingin memiliki predikat pemimpin, tapi justru berbelok menuju tujuan yang fana', berbalik pada jalan yang kurang tepat, menuju sebuah jalan yang mengarahkannya pada ambisi jabatan-oriented.
   Kriteria orang untuk mendapatkan jabatan itu mudah, tinggal meminta, atau mungkin memaksa kepada orang yang akan memberikannya, bisa kok sukses mendapatkannya. Tapi ambisi itu akan berujung kemana? Bermuara ke mana? Tak ada yang tahu, bisa untuk mematangkan kepemimpinan, atau justru menjadi antiklimaks dalam kehidupan, hanya ambisi mendapat jabatan, dan cukup. Tak ada lagi usaha lebih untuk bermanfaat jika sudah mendapatkannya. Itu disorientasi. Berbeda jika apa yang diidamkan adalah menjadi seorang pemimpin, orang yang berpengaruh, orang yang bisa berperan untuk bermanfaat, dan kehadirannya dengan ketiadaannya merupakan perbedaan yang tak dapat ditawar. Tanpa jabatan si #KotakAjaib dengan kriteria seperti ini bisa hidup, tanpa harus sekedar jabatan-oriented si #KotakAjaib itu bisa berkarya dan bermanfaat. Entah dari kegiatannya, entah dari tutur katanya, entah dari coretan-coretannya, atau juga mungkin dari diamnya pun, #KotakAjaib macam itu akan bisa tetap memaknai hidupnya.
   Hidup ini hanya sekali, maknailah. Jadilah orang-orang yang bisa berada di manapun, tak bergantung dengan ada tidaknya orang lain, berkaryalah sesuai dengan apa yang kamu bisa lakukan. Jangan ada dusta diantara kita, bahwa "jabatan itu penjahat terlicik yang bisa memecah belah". Dan menjadi pemimpin tak harus menjabat, mendapatkan pembelajaran pun juga tak hanya dari secuil jabatan. Ada hal yang lebih besar yang harus diperjuangkan, amanah yang lebih besar dari sekedar jabatan, amanah kehidupan. Karena "amanah kehidupan"-lah yang akan dipertanggung jawabkan hingga nyawa tak lagi membawa kehidupan bagi sang raga.

Saturday, May 31, 2014

Transportasi Indonesia? "Yuk, meluangkan waktu"

Prolog
   Pagi itu (Jumat, 30/5) kau bangun terlalu awal, ya sebelum adzan shubuh berkumandang. Karena memang bisa dibilang kau tidur lebih awal, pukul 23.00 WIB. Usai sholat shubuh, kau kembali melanjutkan aktivitas pasif yang telah kau lakukan pasca pukul sebelas malam kemarin. Karena memang seharusnya hari ini hari libur, akan tetapi kau mencoba meluangkan waktu untuk melakukan sesuatu, hingga akhirnya...

   Ada yang berbeda saat kau mandi sekitar pukul tujuh lewat lima menit. Bukan perasaan takut terlambat seperti Jumat biasanya, karena kuliah yang kau jalani hari ini bukan kuliah wajib Ekonomi Teknik dari bapak Budi Agung Kurniawan, akan tetapi kuliah umum tentang Transportasi yang akan dibawakan oleh keynote speaker dari luar ITS. Kau mengendarai motormu dengan santai dan tak tergesa-gesa, karena kau sudah hapal sekali bahwa acara seperti ini tak akan tepat waktu sesuai jadwal yang tertera. Dan ternyata benar, kau tiba di sana pukul 07.20 WIB dan Graha Sepuluh Nopember ITS masih lengang. Kau duduk di barisan kawan-kawan dan adik-adik Material. Tak ada yang spesial, keynote speakernya hanya Wakil Menteri Perhubungan RI, bapak Bambang Susantono dan Direktur PT. Dirgantara Indonesia, bapak Ali Syahbana. Kuliah umum yang memang merupakan momentum pembukaan Young Engineers and Scientist Summit 2014 ini tak ingin kau lewatkan begitu saja. Karena banyak sekali ilmu yang seharusnya dapat kau ambil dan kau dalami dalam setiap kegiatan, maka kau keluarkan senjata-senjata pamungkasmu, notebook dan pulpen.
   Pak Bambang Susantono mendapatkan kesempatan pertama untuk menyampaikan kuliahnya tentang transportasi Indonesia secara umum. Tak usah ditanya pukul berapa mulainya, yang pasti tidak tepat waktu. Beliau mengawali penjelasannya mengenai buku karangannya tentang Transportasi Indonesia yang berjudul TRANSPORTVOLUTION dan buku lain yang kaupun tak ingat pasti apa judulnya, yang pasti diawali dengan kata "1001 Wajah Transportasi..."
   Mungkin pengenalan judul buku tersebut adalah prolognya, akan tetapi itulah yang membuatmu penasaran dengan apa isi buku itu. Oke, lupakan sejenak tentangmu dan keinginanmu akan buku itu.
Penjelasan awal adalah tentang Konektivitas yang menurut pak Bambang dapat dibagi menjadi tiga bagian. Dari yang tersempit mungkin dapat kau simpulkan sebagai berikut:
1. Konektivitas lokal (dalam suatu kota)
2. Konektivitas regional (antarkota dan pulau yang berdekatan)
3. Konektivitas nasional (antarpulau di Indonesia)
   Dan selanjutnya beliau juga menjelaskan tentang transportasi sebagai peran dalam pemerataan ekonomi dan pemerataan keadilan bagi masyarakat. Mengapa tidak? Dengan transportasi logistik dan sirkulasi jual beli berlangsung. Dengan transportasi jarak yang dulu mustahil untuk dicapai secara cepat, sekarang menjadi bukan lagi permasalahan.
   Permasalahan transportasi di Indonesia tidaklah sama dengan permasalahan transportasi di negara-negara continental yang mayoritas adalah daratan (contohnya Amerika, Australia, dan lainnya). Indonesia adalah negara kepulauan yang total luas daratannya (yang berupa pulau-pulau) adalah sekitar 1,9 juta km per square dan total luas wilayah lautnya adalah sekitar 5,8 juta km per square. Untuk itu perlu adanya integrasi dari setiap bidang transportasi untuk menjangkau sekitar 13466 pulau di Indonesia, baik melalui jalan darat (termasuk kereta api), jalan laut (nautical highway), maupun jalan udara. Akan tetapi sejauh ini nyatanya, di Indonesia baru tersedia sekitar 237 bandara di Indonesia yang rencananya akan menjadi sekitar 299 bandara di tahun 2020 nanti. Selanjutnya hanya ada 2392 pelabuhan di Indonesia, dengan jumlah kapal yang beroperasi hanyalah sekitar 267 buah dengan 62 diantaranya adalah kapal perintis. Dimana kapal perintis adalah kapal non komersial yang gunanya adalah untuk membuka akses-akses transportasi untuk daerah-daerah terpencil. Selanjutnya adalah kereta api, dimana fokusan dinas perhubungan saat ini adalah baru di sebagian besar pulau Jawa, sebagian kecil Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Dan kedepannya akan ada pengembangan perkereta apian yang akan memiliki nama proyek trans Kalimantan, trans Sulawesi, dan trans Sumatera. Bukan tentang gengsi atau apa, karena memang hal itu yang menjadi kebutuhan masyarakat kedepannya.
   Selain itu pak Bambang juga menjelaskan tentang beberapa Global Mega Trends, diantaranya:
1. Perubahan Ekonomi Global yang mana akan terjadi lagi pengulangan sejarah bahwa Asia akan kembali menjadi pusat ekonomi dunia. Tentunya hal tersebut akan memicu kebutuhan transportasi yang juga meningkat.
2. Global warming juga turut memberikan jalan bagi perkembangan transportasi, utamanya bagian armada maritim. Karena dengan mencairnya es di kutub utara, maka jalur laut juga semakin terbuka lebar.
3. Adanya peningkatan pertumbuhan penduduk yang tinggi juga menyebabkan adanya peningkatan dalam permintaan serta kebutuhan transportasi yang harus semakin baik. Di sini dapat disimpulkan juga untuk mengurangi kemacetan akibat transportasi pribadi, maka perlu adanya revitalisasi di dalam sistem kendaraan umum. Dengan cara:
  a. Pengurangan atau penyempitan jalur kendaraan bermotor (bukan malah menambah seperti yang terjadi saat ini), dan melebarkan jalur pejalan kaki maupun pengendara sepeda angin.
  b. Sehingga interaksi sosial juga akan semakin meningkat.
4. Perubahan kebudayaan dan gaya hidup juga mendorong perubahan-perubahan dan inovasi di bidang transportasi. Seperti halnya dunia IT yang semakin berkembang, maka terciptalah berbagai macam perangkat yang dapat digunakan untuk tracking system sebagai alat kemudahan di sistem transportasi masa depan.
   Dan mungkin hanya demikian penjelasan yang dapat kau catat dan kau serap dari keynote speaker pertama ini. Selanjutnya majulah seorang Direktur PT. Dirgantara Indonesia (DI), bapak Ali Syahbana. Yang sebelum memulai pemaparannya mengenai pesawat terbang, beliau mengklaim diri bahwa PT. DI adalah satu-satunya perusahaan di Indonesia yang mampu merancang dan membuat pesawat terbang. Memang benar perusahaan peninggalan bapak Dirgantara kita, bapak Habibie, ini telah membuktikan eksistensinya dengan produksi pesawat N250nya dulu dan sempat menggegerkan seantero rakyat Indonesia. Sampai pada akhirnya di krisis moneter perusahaan ini sempat hampir collapse dan harus berjuang mati-matian untuk berdiri tanpa bantuan dana pemerintah. Hingga akhirnya sekarang bisa berdiri lagi dengan memiliki produk unggulan berupa pesawat terbang (saat ini sedang merancang pesawat penumpang khusus N219) dan helikopter. Produk-produk tersebut dipasarkan di dalam negeri dan ada beberapa yang diekspor. Pak Ali memaparkan bahwa di dalam pembuatan pesawat terbang tak ubahnya dengan bekerja dalam sebuah tim, dituntut harus solid, mempertimbangkan segala sesuatunya dengan matang demi mendapatkan produk yang tak biasa. Dan pemaparan beliau ditutup dengan sebuah pernyataan unik menurutmu, "Scientist adalah orang-orang pencetus teori, dan engineers adalah orang-orang pemimpi yang menggabungkan teori dengan khayalan serta diwujudkan dalam suatu produk unggulan, apapun itu."
   Kuliah umum pun berakhir, akan tetapi pertanyaan tentang bidang yag sedang kau tekuni di jurusan ini membuat dirimu penasaram dan menanyakan tentang pesawat terbang dengan sudut pandang yang lain, yaitu hulu. Hulu yang dimaksud di sini adalah sebuah proses pembuatan pesawat terbang. Dimana yang kau tanyakan adalah tentang langkah strategis seperti apa yang dilakukan PT. Dirgantara Indonesia dalam melakukan pengembangan di bidang kedirgantaraan tetapi juga sekaligus berkorelasi dengan bidang pertambangan Indonesia (mungkin jika diperjelas adalah dengan adanya UU Minerba saat ini). Jujur jawaban yang ingin kau terima adalah bagaimana bapak Ali membahas pesawat terbang dimulai dari bahan baku, baik dari segi pembelian produk bahan bakunya (entah itu produk dalam negeri atau produk impor). Akan tetapi hal itu sama sekali tidak dijawab dengan gamblang oleh beliau. Dan hingga akhir sesi pun kau masih penasaran dan berharap mendapatkan email resmi dari bapak Ali Syahbana dan pak Bambang Susantono untuk menggali lebih dalam apa yang belum sempat terungkapkan dalam pertanyaan maupun untuk menanyakan kembali apa yang belum terjawab.

Epilog
   Sekali lagi rasa penasaran tentang "ilmu" itu muncul. Persis seperti saat dirimu mencoba untuk menuruti kata hati agar tidak menyukai pelatihan, akan tetapi rasa penasaran membawamu dari mulai LKMM pra TD X hingga sekarang kau menjadi alumni LKMM TM XIII dan PJTL VI. Karena sebuah pembelajaran itu muncul ketika kau merasa tak tahu. Dan ketidaktahuan itu muncul ketika kau mempelajari "lebih" tentang sesuatu, lebih mengerti tentang hal itu, dan karena kehausanmu tentang ilmu pengetahuan membuatmu merasa semakin belum mengetahui apa-apa.

Wanna support???