Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Saturday, July 12, 2014

Menaruh Hati pada Sang Maha Pembolak-balik Hati (1435 part 1)

Prolog
   Peristiwa di sepanjang jalan ini menguak sesuatu, kau berada pada sebuah jalan yang sangat melelahkan. Kadang ada kerikil tajam, tanjakan, tebing curam, dan terkadang kau temukan mata air terbaik kehidupan. Tapi kau tak lelah, karena banyak hal yang bisa kau lihat dan kau amati hingga seperlima abad perjalananmu. Dan kali ini kau, sekali lagi, menoleh ke arah pintu terindah bernama cinta.

   Lucu jika diingat-ingat, kau pernah ada pada posisi di mana rasa itu hadir pertama kali. Di bangku sekolah dasar, saat-saat bodoh dan mungkin orang lain menganggap itu hanyalah "rasa-rasa unyu" anak ingusan. Jika teringat masa itu sejenak kau berpikir, dari manakah rasa itu hadir? Dan pertanyaan itu terus terjadi dalam dirimu. Belum mampu kau menjawabnya, ternyata kau telah melewati berbagai macam cerita indah bersama kaum hawa. Berkali-kali mengecewakan, dan mungkin juga menyakiti, hingga berujung kekecewaan dan sakit hati. Otakmu tak habis-habisnya mencerna, atau justru mencerca, apa yang sebenarnya telah terjadi dan mungkin ingin kau dapat dari berbagai macam cerita yang pernah kau tulis di sepanjang jalan hidupmu. Sempat setahun tenggelam dalam kekecewaan, dan akhirnya menemukan dirinya, dia yang dulu sempat menjadi primadona dalam hatimu, mengisi hati dan inboxmu dengan berbagai macam semangat dan harapan bahwa dialah peutup dari segala petualangan hati yang telah kau lakukan. Tapi apa yang terjadi? Justru berbeda, harapan itu tak ada artinya, toh akhirnya kembali lagi kekecewaan yang kau dapatkan. Sakit memang sudah tak lagi terasa, karena mungkin hati telah lebih pandai dalam mengobati rasa sakit yang pernah, atau malah sering, dirasakan dulu.
   Masa itu hadir lagi di hidupmu, "masa bebas" tanpa adanya hati yang mengikat, tanpa ada perasaan yang menggungat. Hubungan itu fana', bukan tentang apa yang pernah kau rasakan hingga akhirnya kau pesimis dan tak mau lagi merasakannya. Karena jika ditinjau sejauh apapun, rasa itu adalah anugerah terindah dariNya. Merugilah orang-orang yang mengelak dan menolak untuk sebuah karunia terbaik dari "sang maestro" rasa cinta, Allah SWT. Tapi baru-baru ini, di dalam rentang usia seperlima abad ini baru kau sadari, betapa bodohnya dirimu. Membiarkan rasa itu terumbar pada seseorang yang belum tentu namanyalah yang berada di garis takdirNya untuk kalian. Setelah berbagai macam peristiwa, kegagalan, dan banyak kekecewaan yang kau alami, barulah kau sadar, bahwa rasa itu suci, rasa itu tulus, dan tak sepele seperti yang pernah kau lakukan dulu. Asal suka, tembak, jadian, dan masih ada jaminan untuk putus dan bermusuhan (atau lebih tepatnya memutuskan tali silaturrahmi). Tak munafik memang, kau pernah pacaran, tapi itu dulu, saat mungkin masih sering menutup hati untuk sebuah pembelajaran berharga tentang cinta.
   "Cukup rasakan, atau mungkin sampaikan padaNya, agar jika memang dia jodohmu, dekatkanlah. Dan jika bukan, berikanlah yang terbaik."
   Itu kata-kata yang indah memang, sangat indah. Dan sangat mudah untuk dikatakan, tapi sangat susah dilakukan. Rasa itu abstrak, karena cinta itu mungkin hanya efek dopamine yang tersebar di dalam tubuh manusia kasmaran. Ya, mungkin itu alasannya.
   Kau sempat tercekat dengan sebuah cerita unik dari seorang sahabatmu, yang pada suatu waktu berkunjung ke rumah kos kawannya, dan bertemu dengan seorang mahasiswa lain, yang katanya, pandai "meramal". Dan tibalah saatnya dimana "sang peramal" berbicara tentang jodoh. Ciri-ciri yang disebutkan hanya tiga mungkin yang sempat kau tangkap, dan jujur dalam hati kaupun telah mengira bahwa akan merujuk padamu. Dan uniknya, setelah "malam ramalan" itu, sahabatmu menerima sms darimu. Kebetulan kah? Mungkin saja iya, atau mungkin saja tidak, banyak jalan dariNya untuk mempertemukan dua hati.
   Di sisi yang lain, kau bertemu dengan seseorang, yang beberapa waktu lalu, sempat mengalihkan duniamu, dan mungkin hingga saat ini. Kau bilang mungkin karena kau pun tak tahu sang Maha Cinta akan membiarkanmu terus merasakannya atau tidak. Kaubilang "nyaman", dan kau mengakui itu dihadapannya, juga dihadapanNya. Tapi itu tak berarti kau menyerahkan keseluruhan rasa itu padanya, yang berujung pada sebuah pengharapan (lagi) yang mungkin juga akan berujung pada kekecewaan (lagi). Beruntunglah dirimu, karena dia pun sepakat bahwa tak perlu "status" yang terpatri, sebelum benar-benar ada tautan dua hati dalam janji suci di bawah ridhaNya. "Jalani saja apa adanya, saling mendoakan, dan jika memang waktunya tepat, biarkan sang Maha Cinta yang menjawab." Dan sekali lagi, apakah ini akhir dari kisahmu? Atau mungkin ini wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anakmu kelak? Belum tentu, atau mungkin saja pasti, karena banyak jalan dariNya untuk mempertemukan dua hati.
   Yang bisa dilakukan hanyalah menunggu, bukan dalam arti menunggu tanpa usaha dan ikhtiar. Karena memang jika berbicara urusan hati, perasaan, dan cinta, ada perkara lain yang sudah selayaknya menjadi parameter tertinggi dalam acuannya. Jodoh, Mati, Rizky, bukankah itu rahasiaNya? Yang malaikat pun tak mampu untuk mengintip ke dalam catatan milikNya tentang masing-masing dari kita. Terlebih lagi, ini masih dalam tahap kecintaan terhadap makhluk, layakkah disandingkan dengan kecintaanmu kepada sang Maha Cinta? Yang menganugerahkan rasa itu saja sering terlupa, yang mengaruniakan "sayang" saja masing sering diduakan, apakah pantas kau terlalu menyayangi makhluk yang hanya ciptaanNya?
   Terlalu munafik dan sok suci jika kau bilang kau mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, karena memang manusia diciptakan untuk selalu bertanya, selalu mencari tahu, dan mengaji apa yang terjadi di sekelilingnya. Wajar lah jika pada suatu saat apa yang kau cintai tak lagi berarti dalam hidupmu, dan apa yang awalnya tak berarti menjadi segalanya bagimu, karena memang sudah selayaknya, "hati ini kita serahkan sepenuhnya kepada sang Maha Pembolak-balik Hati, Allah SWT."
   Terlebih lagi, mungkin hampa tanpa pasangan (bagi para single dan jomblo) tak akan terasa lagi jika kau mampu mencintai sang Maha Cinta melebihi kecintaanmu pada dunia. Tanpa berniat menggurui ataupun sok suci, karena kita ada untuk saling belajar dan mengingatkan, termasuk mengingatkan diri sendiri.

Epilog
Jalan ini masih panjang, masih ada banyak hal yang bisa didapatkan dalam perjalananmu. Selain sekedar rasa cinta dan sayang, ada banyak hal yang bisa kau ukir di sepanjang jalan pulangmu. Pulang menuju keharibaanNya, di tempat kekal dan hakiki dengan segala bekal dari sisa-sisa kehidupan duniawi.

No comments:

Post a Comment

Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...

Wanna support???