Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Friday, September 2, 2011

Dari "tak hingga" menuju "nol"

Satu, dua, tiga, empat...
semuanya tak ada akhirnya,
hanya kumpulan huruf - huruf yang menjadi kata,
yang kita sebut angka,
yang hingga detik ini pun, tak ada yang tahu berapa ambang atasnya,
"tak hingga"
itu yang mereka sebut akhir,
dan itulah acuannya,

beberapa jam yang lalu takbir berkumandang,
entah sudah berapa bulan kita merindukannya,
atau sudah berapa kali kita melupakannya,
moment itu tak berhenti pada takbir pada lisan,
karena "hati" ikut berucap,
perasaan haru,
introspeksi diri,
refleksi pribadi,
tentang kesalahan, dosa dan juga lisan yang tak terjaga,

Lalu apa hubungannya dengan angka?
mengapa prolognya nominal angka - angka?
Itu semua simbol,
bukan angkanya yang akan menjadi kajian,
tapi "tak hingga"
Dosa kita, kesalahan - kesalahan kita, keteledoran kita,
semuanya tak akan pernah berakhir pada suatu nominal tertentu,
karena kita tak akan pernah mampu menghitungnya,
Atid yang mencatatpun,
kita tak tahu bahwa yang kita lakukan itu adalah sebuah dosa,
itu semua menjadi ambigu,
dan hanya ada satu penyelesaian dari semuanya,

Memohon maaf saja belum cukup,
jika hati kita masih tersiratkan noda,
"maaf" pada lisan, yang tak sampai pada hati,
akan menjadi garam yang dengan sengaja disebar di tengah samudera,
tetapi "maaf" yang tak terucap pun,
akan menjadi indah saat hati ikut meng"amin"kan...

Tapi alangkah baiknya,
jika "nol" ikut meramaikan hati kita,
saat "nol" berhasil menguasai hati kita,
ketika "nol" mampu menyederhanakan kompleksnya kesombongan kita,
Itulah yang sebenar - benarnya "maaf"
Lisan, pikiran, perasaan (hati), juga tingkah laku...
itulah yang sering terlupa dari manusia,
keseimbangan 4 elemen kehidupan...
Karena saat lisaan yang berdosa, semuanya ikut tersakiti,
dan tak cukup hanya dihapus dengan lisan,
ketika pikiran dan perasaan yang berdosa, semuanya akan meradang,
tak ada yang tentram,
semua terusik, dan itu semua akan tervisualisasi dengan lebih dahsyat,
juga tak cukup hanya melalui perasaan dan pikiran saja yang bergumam "maaf"
saat tingkah laku berujung dosa,
maka tak hanya tingkah laku saja yang harus menghapusnya,
semua terlibat,

It's complicated,
terlalu rumit memang,
Jadi alangkah baiknya, di moment sederhana nan istimewa ini,
Segalanya berawal ketulusan menuju keikhlasan,
dengan segala ucapan kata "maaf"
Bagaimanapun cara dan bentuknya.

Wanna support???