Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Saturday, August 25, 2012

Entah ini Satnight atau SADnight, yang Pasti Aku Menikmatinya.

Ini hari apa ya? Rasanya terlalu malas untuk beranjak dari kasur lipat yang sengaja digelar di ruang tamu tiap malam. Bukan karena tak punya kamar atau tempat tidur yang lebih nyaman, akan tetapi terlalu banyak waktu yang dihabiskan dengan tidur beralaskan kasur lipat di atas lantai seperti ini, sejak kecil, sejak ujung alat vitalku belum terpotong (pengandaian yang buruk >_< ).
Sabtu, 25 Agustus 2012. Pukul 07.00 aku bangun setelah sholat shubuh tepat beberapa menit setelah adzan dan iqamah dikumandangkan. Tapi badan rasanya tetap tak ingin beranjak dari tempat nyaman itu.
Tapi karena ini adalah suasana berkunjung dan bersilaturrahmi (baca: lebaran), maka mau tak mau aku harus beranjak dan menghilangkan jejak air liurku semalam dari ruang tersebut. Teringat jika hari ini aku harus sampai di kota itu, tempatku menuntut ilmu mungkin hingga maksimal 4 tahun ke depan (Amiin, kalo bisa kurang ^_^ ). Teman satu kos yang memang berencana untuk ke sana hari ini juga, telah berangkat meninggalkan Bojonegoro sejak pagi. Dan sedikit ada kelegaan bahwa akan ada yang menemani selama aku bermalam di kos untuk keperluan mengumpulkan berkas riwayat hidup dan borang data diri yang diberikan oleh Jurusan. Aku sengaja untuk tidak mandi sampai siang, karena sedikit malas untuk beranjak meninggalkan rumah sebelum jam akademik ITS benar - benar dimulai. Tapi apa boleh buat, kewajiban tetaplah kewajiban, meskipun firasat untuk sedikit tidak nyaman setelah aku tiba di Surabaya nanti masih menggangu. Akhirnya aku menyerah pada waktu yang terus menghimpit, pukul 11.00 aku memutuskan untuk mengguyur tubuhku dengan air dari bak kamar mandi. Setelah sebelumnya packing (sebetulnya bukan aku yang packing, tapi mama v^_^ ), juga membantu papa menukar air minum galon, untuk keperluan pengairan dirumah.
Aku berangkat, karena jam di dinding ruang tengah sudah menunjukkan pukul 13.30, beda beberapa menit lebih cepat dari jam tanganku. Tapi berpikir akan lebih repot jika harus sampai di kota Surabaya malam hari, maka aku memaksakan diri untuk berangkat meninggalkan rumah. Setelah diantar ke terminal bus Rajekwesi, aku segera naik ke salah satu bus yang akan segera berangkat, beruntunglah bangku paling depan masih kosong dan tersisa satu tempat tidur (eh, duduk maksudnya), maklumlah karena rasa kantuk masih hinggap di mataku. Tepat setelah aku duduk dan bus berangkat, seusai memeriksa semua barang dalam keadaan aman dan kondusif untuk ditinggal sejenak, maka aku pun pergi, entah ke mana. Ke sebuah tempat, entah itu dimensi keberapa, awalnya gelap, dan akhirnya tak berbentuk, karena menurutku sangat sulit untuk mendeskripsikannya, alam bawah sadar. It's sleeping time!!!
Hingga akhirnya kernet bis berteriak "PASAR BABAT", dan memaksaku untuk keluar dari dimensi penuh kenyamanan itu. Kuperiksa handphone yang memang sengaja kuletakkan dalam ransel yang kupeluk mesra dalam dekapan penuh manja (halah --" lebay). Ada sekitar 6 sms yang masuk, dan itu salah satunya adalah dari seorang cewek yang sangat sangat dekat denganku, karena memang aku berharap dialah calon istriku nanti, Alvi Laili Zahra. Lalu salah duanya adalah mamaku yang dari awal tahu ketidaknyamananku untuk meninggalkan rumah hari ini. Dan salah - salah yang lain adalah teman - temanku yang mengajak untuk kembali ke Surabaya naik motor saat mendekati hari H dimana jam akademik dimulai. Hmm, tampaknya mata tak mampu lagi terlelap di tengah hilir mudik pedagang asongan dan para pengamen keluar masuk ke dalam bus untuk mengais recehan mereka.
Hingga sampai di terminal Tambak Osowilangun, Surabaya. Di pintu terminal sudah banyak bertengger angkutan umum kantong dangkal hingga kantong bolong (apaan sih --" ). Ada banyak sekali lyn WK dan lyn - lyn yang lain yang berhenti sengaja untuk menjaring para penumpang yang baru turun dari bus. Sengaja kupilih lyn WK yang sepi dan tergeletak tak jauh dari barisan paling depan yang pastinya sudah sarat penumpang. Kutunggu hingga hampir 15 menit, akhirnya mobil kuning hijau itu pun melaju membelah jalanan ibukota Jawa Timur, masuk ke gang kecil, bermanuver di jalan protokol, hingga sampai di jalan Kertajaya Indah, yang menandakan tak lama lagi aku tiba di tujuanku. Setelah kubayar tarif angkutan umum tersebut, aku menoleh ke belakang (karena aku duduk di bangku depan samping pak supir yang sedang bekerja -_-! ). Wow!!! Amazing, akulah penumpang terakhir yang diantarkan menuju singgasana. Serasa mobil travel yang kusewa sendiri. Dan aku belum sadar bahwa di sinilah cerita klimaks hari ini dimulai.
Sesaat setelah aku turun dari mobil berwarna kuning hijau berplat nomor L 1106 XX (mengapa XX? karena XX = aku tidak tahu tepatnya), aku berjalan menyusuri gang kecil yang banyak dijaga oleh polisi yang sangat malas (baca: polisi tidur), dengan ngos - ngosan dan berulang kali mengganti posisi tas jinjing yang kubawa dari tangan kanan ke tangan kiri, aku akhirnya tiba di depan gerbang kecil yang biasa aku lewati untuk shortcut menuju ke rumah kosku. Dan betapa kecewanya aku setelah mataku menangkap sebuah kalimat yang disusun dari kata - kata: PINTU DITUTUP SELAMA LIBUR 17 AGUSTUS s/d 26 AGUSTUS 2012.
:@
Hmm, ingin marah tapi bingung siapa yang harus kumarahi --"
Aku pun memutuskan untuk kembali keluar gang setelah sebelumnya meminta pertimbangan papa dari line telepon. Dan aku berjalan seperti seorang anak yang baru saja mudik dan kembali ke kampung halaman dengan penuh perjuangan dan peluh yang bercucuran karena membawa beban di tangan yang dijinjing dengan paksa. Akhirnya kutemukan gerbang lain dengan portal yang tertutup dan tulisan yang sama, tanpa pikir panjang aku melompati portal itu, dan ternyata aku selama ini tidak menyadari bahwa di tiap jalan yang aku lalui selama ini terdapat portal. Maka aku putuskan untuk mempertajam insting parkour asal - asalanku dengan melompati setiap portal yang ada, hingga akhirnya sampailah aku di depan salah satu rumah yang terletak di Jalan Hidrodinamika III, ITS Surabaya. Dengan kunci yang dipasrahkan oleh si empunya rumah padaku, aku pun masuk ke dalam rumah dengan selamat (agak lebay --" ). Dengan keringat yang membasahi kaos lengan panjang yang menempel di tubuhku semenjak keberangkatanku dari Bojonegoro, aku masuk ke dalam kamar dan menyalakan kipas angin untuk mengeringkan keringat. Kulepas kaos dan kugantung di gantungan yang biasa kugunakan untuk mengeringkan pakaian. Karena dari tadi aku sudah mendengar kumandang adzan Maghrib, maka aku melirik jam wekerku ketika masuk ke dalam kamar, what??? Pukul 17.50 adalah waktu yang ditunjukkannya. Hufft, lelah sekali badan ini. Kuambil handuk setelah menata pakaian yang ada di dalam tas jinjing dan membongkar muatan yang ada di dalam ransel yang kubawa, dan mengguyur badanku dengan air yang ada di dalam bak mandi. Setelah puas menyegarkan badan, aku pun melaksanakan sholat Maghrib. Dan tak berapa lama adzan Isya' pun berkumandang, aku pun segera melanjutkan dengan sholat Isya' munfarid di kamar. Betapa kerasnya suara lambung berteriak minta diisi. Akhirnya aku memutuskan untuk memakan bekal yang dibawakan mama dari rumah. Sembari menghabiskan hidangan makan siang sekaligus makan malam itu, aku menelepon keluarga di rumah, dan disambut oleh suara mama, papa, kakak dan adik sepupu yang memang sedang berada di rumah.
Sungguh baik kawan serumahku, dia memberikanku pinjaman sepedanya untuk akomodasiku selama aku di sini. Dan aku pun memanfaatkannya untuk membeli keperluanku di supermarket dekat kos, sebut saja Sakinah supermarket, karena aku tak ingin promosi, maka aku tidak menyebutkan nama aslinya (bohong BESAR >_< ). Selama perjalanan aku harus berkali kali berlagak seperti binaraga yang mengangkat besi - besi berat, hanya saja bedanya, aku mengangkat rangka sepeda. Naik, turun, berhenti, jalan, dan hingga akhirnya aku harus bergegas kabur saat anjing milik salah satu rumah di lingkungan perumdos mengejarku hingga aku harus menendang dan mematahkan selebor belakang sepeda temanku >_<
Huuh, betapa sialnya aku hari ini. Dan sepertinya firasatku mengatakan ini belum berakhir.
Memang benar, setelah aku keluar dari Sakinah supermarket untuk mencari tempat yang menyediakan jasa foto kopi untuk memfoto kopi salah satu berkas yang harus aku kumpulkan besok, aku harus berputar - putar di sekeliling ITS untuk mencari yang bersedia menjual jasanya padaku. Betapa menyedihkannya, aku tak menemukan satupun.
Dengan kecewa dan tanggung jawab bahwa aku belum mengeprint foto 4x6 cm yang menjadi syarat dikumpulkannya berkas, aku pun kembali ke kamar kosku yang nyaman, tentunya tidak dengan perjuangan angkat berat seperti awal tadi. Akan tetapi memutar ke rute yang agak (aku pikir SANGAT) jauh --". Setibanya di kamar kos, tak berapa lama ideku pun mengalir. Kuambil handphone, dan kumanfaatkan fitur kamera yang tertempel padanya. Kufoto berkas yang seharusnya difoto kopi. Dan dengan beberapa sentuhan ph*toshop, berkas itu pun tercetak dengan grayscale. Huuft, lega sekali, apalagi setelah kuceritakan kisah ini pada Alviku, rasanya adalah seperti curhat dengan seseorang yang paling spesial dan dilanjutkan dengan mengetik beberapa kalimat dan dipublish melalui jasa blogger. Hmm, inilah cerita hari ini, penuh peluh dan perjuangan, dan kurasa ini adalah waktu yang tepat untuk menyampaikan sesuatu,
"SELAMAT MALAM DAN TERIMA KASIH BAGI PEMBACA YANG DENGAN TERPAKSA MELUANGKAN WAKTU UNTUK MEMBACA HASIL PENGALAMAN LANGKA, ANEH, DAN MENJENGKELKAN YANG DICURHATKAN DI POST KALI INI."
Merci,

Friday, August 17, 2012

Motivasi dan Singkat Cerita di Blind Spot After Highschool moment


Jika ditanya apa motivasi saya untuk masuk ke jurusan Teknik Material dan Metalurgi, maka saya lebih memilih untuk sejenak flashback dengan beberapa cita - cita atau bisa dibilang kebingungan masa kecil saya, yang bertahan hingga remaja (usia SMP dan SMA).
Banyak sekali jurusan favorit yang telah menjadi primadona di kalangan siswa, baik dari Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun tingkatan di bawahnya, dan yang mungkin telah menjadi cita - cita wajib setiap anak kecil di seluruh Indonesia ini. Berbeda dengan saya, sejak kecil saya bercita - cita menjadi seorang pilot, yang dengan berjalannya waktu, terutama semenjak mata saya minus, saya tak lagi mengidolakan profesi tersebut, fase sesudahnya adalah fase kebingungan di dalam diri saya, di satu sisi saya ingin menjadi seorang peneliti profesional – berjas putih dan bekerja di laboratorium dengan beberapa eksperimen yang dilakukan – yang mungkin bisa menemukan sesuatu yang nantinya bisa bermanfaat bagi sesama. Tapi di sisi lain, kemanusiaanlah yang saya pikirkan. Dan keinginan inilah yang paling kuat, sehingga pada akhir masa SMA pun, saya bersikukuh untuk masuk ke jurusan yang menjadi cita - cita wajib dari setiap anak kecil di Indonesia itu, jurusan Pendidikan Dokter. Pada awalnya saya menaruh harapan besar melalui jalur snmptn undangan yang kebetulan saya terjaring untuk berkesempatan mencoba peruntungan melalui seleksi tersebut. Ini merupakan gerbang pertama saya menuju bangku kuliah.
Orang tua mendorong saya untuk mendaftar di bidang lain tetapi saya menolak, karena saya anggap belum ada jurusan yang bisa mendukung cita - cita awal saya untuk menjadi peneliti atau ilmuwan. Hingga akhirnya ada sebuah institusi yang menyelenggarakan seleksi masuk untuk menjadi mahasiswa di bidang statistik. Dan entah apa yang terlintas di pikiran saya, bahwa statistik berurusan dengan rumus, yang  bisa dibilang itu adalah hobi saya sejak SMP. Dan saya mencoba untuk mengikuti seleksi masuk STIS. Entah mengapa pengumuman seleksi masuk tersebut sangat mepet waktunya dengan pengumuman snmptn undangan (hanya berselang pekan).
Di sanalah kekecewaan awal saya terjadi, dua gerbang masuk universitas yang saya ikuti menggagalkan saya untuk masuk dengan mudah. Saya tidak ingin memberikan raut wajah yang mengecewakan untuk orang tua saya, sehingga saya berusaha untuk tetap tegar. Meskipun dengan hati yang sedikit gundah, saya mencoba kembali peruntungan saya untuk berencana masuk Fakultas Kedokteran lagi untuk kedua kalinya pasca tidak lolos snmptn undangan. Tapi di sisi lain, hasrat untuk ingin menjadi peneliti pun semakin kuat. Dan karena saya gundah untuk harus memikirkan sendiri pilihan kedua saya, maka saya mendatangi konselor Lembaga Bimbingan Belajar yang saat itu saya ikuti di Surabaya. Dengan sejuta pertanyaan dan keingintahuan, saya berdiskusi dengannya tentang keinginan saya dan dibandingkan dengan jurusan – jurusan yang tersedia di berbagai universitas di Indonesia.
Di sana saya dibingungkan dengan berbagai macam pilihan, antara Teknik Nuklir di UGM dengan berbagai macam resikonya, Teknik Kimia (dengan pilihan antara UGM atau ITS), lalu jurusan Teknobiomedik yang katanya itu jurusan baru di UNAIR dan berpeluang untuk menjadi peneliti di bidang pengembangan alat - alat kedokteran, juga Teknik Material dan Metalurgi yang pada saat saya tanya, konselor tidak begitu banyak membantu memberi informasi tentang itu. Hingga akhirnya saya browsing dengan subyek berbagai macam alternatif jurusan yang diberikan oleh konselor. Dan hasil yang saya peroleh tidak mengecewakan, saya menemukan sebuah blog milik salah satu mahasiswa ITS yang saya lupa apa alamatnya, yang sepertinya berasal dari jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS. Di sana saya menemukan berbagai macam artikel menarik yang bisa menjadi bahan acuan, seperti apakah jurusan ini sebenarnya. Dan di sanalah saya menemukan naluri keinginan untuk menjadi peneliti itu kembali. Mulai dari tingkatan material keras seperti besi, baja, dan berbagai macam gejala yang terjadi pada mereka, sampai pada substansi lunak seperti plastik. Yang jadi membuat jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS menarik bagi saya dan menambah motivasi bagi saya untuk bisa masuk dan bergabung dengan jajaran mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi adalah saat saya membaca sebuah artikel di blog tersebut, bahwa perekayasaan bahan plastik yang lunak, dapat diubah menjadi sekuat baja. Meskipun saya tidak paham dengan uraian yang ada di artikel tersebut, tetapi hal itu cukup menggugah naluri ilmuwan atau researcher yang telah lama tidur di dalam diri saya. Dan saya putuskanlah untuk menaruh Teknik Material dan Metalurgi menjadi pilihan kedua saya di dalam snmptn tulis. Siapapun pasti ingin harapan pertamanya tercapai, tapi lain halnya dengan saya. Setelah mengalami beberapa kegagalan untuk masuk universitas, saya meyakini bahwa kedua jurusan yang saya jadikan pilihan di dalam snmptn tulis adalah pilihan pertama saya, meskipun harus dikelompokkan menjadi 2 pilihan utama dan sampingan. Saya sangat bahagia karena kedua jurusan tersebut mewakili dua hasrat dan cita - cita saya.
Jadi dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, motivasi saya untuk masuk jurusan Teknik Material dan Metalurgi adalah keingintahuan saya tentang disiplin ilmu bahan (material) dan segala bentuk rekayasa yang dapat dilakukan, serta peristiwa apa saja yang dapat diamati dari sebuah benda mati seperti logam dan bahan - bahan lain. Juga di samping itu adalah naluri dan cita - cita saya sejak kecil, dan bahkan sejak saya belum mengerti apapun tentang bahan atau material, yaitu menjadi seorang ilmuwan.

Monday, August 13, 2012

Who am I?


Jika timbul pertanyaan yang tampak sederhana tetapi membutuhkan perenungan yang mendalam sebelum menjawabnya, seperti “who am I?” atau “who are you?” rasanya ingin sekali saya menjawab dengan panjang lebar tentang cerita hidup saya dan bagaimana saya berawal hingga menjadi seperti sekarang ini. Oleh karenanya dari sebuah keinginan tersebut saya ingin menuangkannya menjadi nyata.
Saya adalah seorang anak laki - laki, anak kedua yang lahir dari rahim seorang ibu bernama Heru Susilowati dan dengan benih dari seorang ayah yang bernama Anwar Hariyono, yang lahir di bulan Maret 1994. Tepat pada tanggal 27 Ramadhan 1415 Hijriyah, atau yang tertera pada akte kelahiran adalah 9 Maret 1994. Saya lahir di Bojonegoro, sebuah kota kecil yang dulunya tidak begitu terekspos di kancah Jawa Timur, maupun Nasional. Orang tua, tepatnya ayah, adalah seorang pegawai negeri sipil yang bekerja mengabdi pada negara untuk mendidik bangsa melalui institusi Sekolah Menengah Pertama yang ada di daerah pinggiran kota Bojonegoro. Dari kecil saya terbiasa hidup sederhana, dan orang tua saya selalu menekankan untuk tidak boros. Saya pun dikenalkan dengan sebuah disiplin yang bisa dibilang sangat keras. Karena ayah saya masih terbawa dengan didikan kakek yang memang seorang TNI, juga ibu yang terbawa dengan didikan kakek yang merupakan seorang polisi. Jadi untuk berdisiplin bukanlah hal yang sulit bagi saya dan kakak perempuan saya sejak kecil. Meskipun aturan tersebut awalnya sangat sulit untuk diikuti.
Pendidikan formal saya dimulai di Taman Kanak - kanak Aisyiah Bustanul Athfal, dengan dasar agama yang kental sehingga saya setidaknya telah mengenal dan belajar untuk mengabdi pada Allah SWT sejak kecil. Menurut cerita orang tua saya, cukup banyak keunikan yang saya miliki sejak kecil, seperti memiliki kemampuan untuk mengingat dengan sangat baik, kemampuan penguasaan membaca dengan lancar sejak usia 4 tahun dan dibuktikan dengan membaca koran tanpa mengeja, juga sedikit kemampuan metafisik untuk mengetahui tentang makhluk dari alam lainnya yang memang terbawa hingga kini.
Cukup dengan masa kanak - kanak, saya berlanjut ke sebuah sekolah dasar favorit di kota Bojonegoro, SDN Kadipaten 1, dan selama 6 tahun di sana, bisa dibilang saya memiliki prestasi yang sangat gemilang, tak lepas dari juara kelas atau yang biasa disebut ranking 1 di setiap semester, juga menjuarai berbagai macam lomba di bidang akademik, dan selalu menjadi unggulan di sekolah dasar tersebut. Hingga saatnya tiba saya mengenal sebuah organisasi yang berawal dari semacam hobi beladiri sekaligus olahraga karate, yang mulai saya tekuni di tahun ke 5 sekolah dasar. Trophy kejuaraan nasional pun pernah saya dapatkan dari bidang tersebut. Dan sampai berlanjut ke jenjang Sekolah Menengah Pertama, saya melanjutkan ke sebuah SMP favorit dengan mengusung nilai UN tertinggi se-SD. Di SMP karir akademik saya bisa dibilang masih stabil dan dapat tetap seimbang dengan hobi karate saya yang meroket di sisi tingkatan, bukan lagi prestasi seperti di sekolah dasar. Sampai pada tahun kedua, prestasi akademik saya masih juga stabil meskipun saya juga tergabung di dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMP tersebut, hingga saya diamanati sebagai Ketua OSIS pada tahun terakhir masa SMP saya. Tak banyak prestasi yang saya torehkan di SMP, hanya sebuah trophy juara kabupaten Lomba Siswa Berprestasi yang sedikit membuat saya berbangga di sana. Dan tahun di mana saya harus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi pun tiba, dan dengan tetap berada di peringkat 10 besar nilai UN se-SMP saya berhasil kembali masuk ke sebuah Sekolah Menengah Atas favorit di Bojonegoro. SMA Negeri 1 Bojonegoro, di sanalah saya memulai untuk tidak lagi fokus di hobi karate saya, setelah di tahun pertama SMA saya sempat dinobatkan oleh lembaga sebagai pemegang black belt DAN II termuda se-Jawa Timur. Saya memutuskan untuk berhenti, dan merancang masa depan saya. Yang memang dari awal saya sudah cita - citakan adalah menjadi seseorang yang bisa bermanfaat bagi sesama, yang saya wujudkan dengan sebuah keinginan untuk menjadi tenaga profesional kesehatan, yaitu dokter. Dan itu sudah saya rencanakan sejak SMP setelah sebelumnya saya pernah bersikukuh untuk bercita - cita menjadi seorang peneliti atau ilmuwan. Di SMA saya tidak fokus di kegiatan luar sekolah seperti lomba2, meski ada beberapa prestasi dari lomba akademik yang berhasil sedikit saya torehkan di sana. Juga melanjutkan pengalaman berorganisasi yang hanya saya nikmati satu semester, dan selanjutnya saya mengundurkan diri.
Di akhir masa SMA saya telah memutuskan untuk bulat di kedokteran, meski masih sedikit ragu untuk meninggalkan cita - cita sebagai ilmuwan. Tetapi Allah berkata lain, setelah saya gagal di snmptn undangan dan akhirnya bermuara di salah satu jurusan yang mungkin, awalnya saya pikir akan bisa membawa saya untuk menjadi peneliti di bidang bahan, yaitu Teknik Material dan Metalurgi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Dan setelah sedikit mempelajari tentang jurusan tersebut dari berbagai sumber, sepertinya memang tidak salah saya berada di jurusan ini, jika saya berminat menjadi seorang peneliti, utamanya di bidang bahan atau material.
Jadi dapat disimpulkan, bahwasanya saya bukanlah apa - apa. Hanya seorang anak laki - laki dengan segudang rasa ingin tahu, dan dengan berbagai ketidaktahuan, yang ingin menjadi seseorang yang bisa bermanfaat bagi sesama hanya karena Allah SWT, dan meskipun saya belum bisa melakukannya, saya akan selalu berusaha untuk mewujudkannya.

Wanna support???