Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Thursday, July 17, 2014

Karena Kehilangan Arah Bukanlah Tersesat (1435 part 4)

Prolog
   Kau pernah berlari begitu jauh, bahkan telah menumbuhkan sayap dan siap terbang. Terbayang bagaimana tahap kesiapannya? Yes, almost 90%. But, Allah SWT said, "Not this one, dear." Dan kau terlempar jauh dari harapanmu di awal.

   Mungkin beberapa orang pernah merasakan kecewa? Kau bilang pasti, karena memang manusia memiliki paket kekecewaan tersendiri dalam hidupnya. Yang berada satu kotak bersama sebungkus kegagalan. Dan hal itu tak menjadi masalah. Menurut KBBI, gagal berarti tidak berhasil, dan tidak tercapai (maksudnya). Lalu apa? Tak apa, hanya ingin sedikit mengulas saja bahwa gagal pun tercatat di dalam kamus, baik yang berbahasa Indonesia maupun bahasa lainnya (silakan cari sendiri untuk terjemahan bahasa lainnya). Tapi gagal tak berarti apa-apa bagi orang yang mau terus berjuang dan bangkit dari jatuhnya. Gagal di dunia tak menjadikanmu rendah di mataNya, justru jika kau bisa selalu berusaha pascagagal, itu tandanya kau mengalami peningkatan level ujian yang Dia berikan. Terbayang kan jika kau mengalami beberapa kali gagal dan bangkit, lalu berhasil, lalu gagal lagi, dan selanjutnya berhasil lagi berulang-ulang, sudah berapa level ujianmu dariNya? Itu simplenya jika menghadapi kegagalan.
   Seperti yang tertuang dalam firmanNya:

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,"
dan
"sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
(QS. Al Insyrah:5-6)

telah begitu jelas menyatakan bahwa di dalam setiap kesulitan, selalu ada kemudahan. Dan saking pentingnya perasaan terjamin bahwa "setelah kesulitan akan selalu ada kemudahan" untuk manusia, Allah SWT pun menegaskanNya dua kali dalam surat Al Insyrah. Apa artinya? Bahwa manusia adalah makhluk yang harus selalu berjuang, sejak belum terbentuk hingga akhir hayatnya, dan sejak sperma masih harus berlomba menjangkau sel telur, hingga tanah makam telah memendam tubuhnya.
   Dan baru hari kemarin kau mendengar berbagai macam cerita, entah itu dari saluran telepon, sms, beranda facebook, timeline twitter, dan dimanapun yang bisa kau lihat dan dengar. Cerita itu ada yang mengungkapkan rasa bahagia, ada yang sedih, ada yang gembira dan puas, ada yang kecewa. Sungguh suatu hal yang biasa jika hari di mana hasil Seleksi Penerimaan Mahasiswa (ataupun juga Siswa) Baru diumumkan. Ada yang bahagia karena pilihan pertamanya tembus, ada yang pasrah dengan hasil apapun yang diperolehnya asalkan bisa melanjutkan studi, dan ada yang kecewa hingga bersumpah serapah karena sekali lagi, kegagalan.
   Apa sih yang salah sengan gagal? Dan apa yang salah dengan merestart cita-cita? Karena menurut Charles Xavier di dalam film X-Men: Days of the Future Past, "satu-satunya hal yang bisa terus menguatkan manusia dalam kelemahan, menyembuhkan sakit tanpa harus melawan, dan menghidupkan manusia dalam kehidupan yang sebenarnya adalah HARAPAN." Ya, dan itu memang benar. Kegagalan membuatmu tersungkur, tapi ingat juga kata Mario Teguh, "saat-saat kamu tersungkur adalah saat terbaikmu untuk bersujud," dan itu benar. Saat terbaik kamu mendekatkan diri dengan Allah SWT untuk menguatkan HARAPAN adalah di saat kamu gagal. Meskipun tanpa harus menutup kemungkinan bahwa di saat kau berhasil dan bahagia pun kau tak boleh lupa denganNya. Dengan gagal kau bisa me-reka ulang langkah-langkah apa yang membuatmu gagal, dengan gagal kau bisa memulai lagi kemungkinan jalan hidup yang selama ini kau kesampingkan, dan dengan gagal kau semakin bisa dewasa dan berpengalaman. Karena tak bisa dipungkiri,"Dalam melakukan suatu pilihan dan pertimbangan, otak pun perlu melakukan berbagai macam eksperimen," seperti yang tertulis di salah satu halaman buku Born to Believe (A. Newberg & M. Waldman, 2013), dan kegagalan adalah eksperimen terbaik yang bisa semakin membuat otak belajar. Yang secara tak langsung jika otak belajar, kaupun belajar dari kesalahan yang telah menyebabkanmu gagal.
   Di sisi lain, kegagalan itu sejatinya hanyalah istilah semu. Yang manusia ciptakan untuk melabeli diri mereka atau mungkin orang lain jika mereka tidak mampu melampaui target dan hipotesis yang telah mereka buat. Jadi kesimpulannya? Gagal itu bukan apa-apa, dan bahkan tak berarti apa-apa. Jika target pada rencana A tak berhasil masih ada 25 alfabet lagi kok yang bisa digunakan sebagai nama rencana yang akan dibuat. Kalau hipotesis yang dibuat tidak menjadi nyata saat percobaan telah berlangsung dan hasil telah didapat, anggap saja hipotesismu yang salah, bukan hasil akhirmu yang gagal. Ya, mungkin sesimple itulah kau bisa bicara tentang mengubah mindset positif tentang gagal. Tapi apakah mudah melakukan itu semua? Tergantung di posisi mana kau berada, dan tergantung pada kondisi apa kau ditempatkan. Semuanya relatif, tidak munafik jika kaupun sampai sekarang masih sulit untuk mengimplementasikannya, meskipun setidaknya sudah sering dan bahkan selalu mencoba. Tapi memang semudah itulah menganggap positif sebuah kegagalan.

   "Hanya karena seseorang tersandung dan kehilangan arah, bukan berarti dia tersesat selamanya."

   Menurutmu, kata-kata itu bermakna sangat dalam. Yang sekali lagi kau mengutipnya dari percakapan di dalam film X-Men: Days of the Future Past. Hanya karena Arah Takdir sang Jarum tak Selalu ke dalam Vena,bukan berarti kau gagal sepenuhnya. Dan hanya karena kau tersandung di pilihan pertamamu dulu lalu kehilangan arah untuk menjadi seorang awak medis, bukan berarti kau "tersesat" di dalam dunia Materials and Metallurgical Engineering. Karena dengan "tersesat"mu inilah kau menemukan hal baru, hal yang sebenarnya kau cari tetapi tak sempat terpikirkan dan terhipotesiskan sebelumnya. Memang seharusnya inilah duniamu, yang jika dilihat lebih jauh lagi, dari mulai fundamen Fisik dan Kimia telah familiar kau temui dan cintai. Ya, mungkin itulah sedikit gambaran tentang implementasi menyikapi kegagalan. Yang kau kira saat kau menjadi awak medis masa depanmu akan "sangat amat" terjamin, ternyata saat kau "tersesat" di sini dan wawasanmu terbuka dengan betapa luasnya ranah bidangmu ini, kau merasa "sangat amat" beruntung telah "tersesat" di sini.
   Tanpa sedikitpun berniat sombong, tinggi hati, ataupun juga "sok" menggurui, tulisan ini kau persembahkan untuk seluruh calon mahasiswa (atau juga siswa) yang sedang bingung dan gundah mencari masa depannya. Bahwa "Allah terkadang tidak memberikan apa yang kalian INGINkan, melainkan selalu memberikan apa yang kalian BUTUHkan." Can you analyze about the difference betweet WANT and NEED? Maka, jawaban dari pertanyaan itulah yang akan menuntunmu untuk senantiasa positif thinking padaNya, dengan nasib yang sedang kau jalani, dan itulah cara satu-satunya untuk mendamaikan perjalanan hidupmu.

Epilog
   Meski Allah SWT "melemparkan"mu jauh dari harapan dan hipotesis awalmu, setidaknya kau masih bisa tetap menjalani hidupmu saat ini. Kau tetap bisa berkiprah di duniamu yang sekarang. Bahkan mungkin bisa berbuat "lebih banyak" daripada yang kau bayangkan. Itulah nasib, dan itulah kekuatan takdirNya, karena dengan "Kun Faya Kun", yang ingin Dia jadikan maka jadilah.

Tuesday, July 15, 2014

Kausebut ini Negara ANDAnesia (1435 part 3)

Prolog
   Kau tahu ini pukul berapa? Ya ini sudah malam, lalu apa hubungannya antara siang ataupun malam? Dan kau tahu ini tanggal berapa? Ini sudah menginjak tanggal 17 bulan Ramadhan 1435 H. Lalu?

   Banyak hal yang terjadi beberapa waktu ini. Kau mulai muak dengan apa yang terjadi di bulan yang suci ini. Bukan pada momentnya ataupun bulannya, karena sejujur-jujurnya inilah bulan yang kau tunggu dan kau bahagia bisa menyambut Ramadhan lagi tahun ini. Dan tentu saja kau bahagia dengan apa yang kau lakukan di dalamnya. Lalu apa yang membuatmu tak enak hati? Banyak, banyak sekali. Dan kau semakin muak dengan apa yang terjadi di samping peristiwa yang membuatmu muak terjadi. Rumit? Iya, karena memang itulah kodrat manusia, membuat rumit apa yang sebenarnya simple. Membuat masalah pada hal-hal remeh yang seharusnya hanya menjadi obrolan santai tanpa sakit hati.
   Dari mulai pesta demokrasi negeri yang indah ini, pra-sembilan Juli pun telah banyak hal yang terjadi. Ada yang bilang tentang black campaign lah, ada yang menguak borok-borok seseorang lah, dan ada yang ghibah sana sini yang menyebabkan su'udzan sana-sini menjadi hal yang umum terjadi. Megapa tak saling membeberkan kebaikan saja sih? Mengapa lebih suka mengurus rumah tangga orang lain dari pada mengurus "calon" dukungannya sendiri? Dan mengapa juga harus dihujat dan dicerca jika toh ujung-ujungnya salah satu dari mereka akan menjadi pemimpin negeri ini. Kau heran dengan berbagai macam komentar negatif tentang pasangan calon satu, pasangan calon dua, tiga, empat atau berapapun lah jumlah calonnya. Memang selalu begitulah manusia, seringnya hanya cenderung mengelompokkan orang lain, menggolongkannya, hingga melabelinya dengan predikat-predikat, dan kemudian menilainya dengan cara mengistimewakan ataupun diskriminasi menggunakan cara keji yang disebut berprasangka.
   Tak hanya berhenti di sana, dialog tentang bola di piala dunia pun sering menjadi hal yang menarik untuk ajang saling menghina dan menghujat. Mengapa tidak cukup hanya menjagokan dan mendukung dengan cara sehat tanpa merendahkan lawan yang lain? Sungguh negeri ini sedang SAKIT sepertinya. Kau merasa miris dengan apa yang terjadi. Bukan hanya tentang partai politik, pemilihan presiden, atau permainan sepak bola, bahkan tentang Suku, Agama, Ras, dan Golongan-golongan yang telah jelas-jelas dijunjung tinggi dan tak boleh direndahkan pun masih saja diperdebatkan.
   Masih tentang ketidakselarasan, hingga "invasi Israel ke Palestina", atau mungkin yang tak ingin dirimu menyebutnya begitu, akan diperhalus dengan tajuk "pertikaian Israel-Palestina" pun menjadi ajang saling menghujat dan menghina. Tak hanya tentang negara, akan tetapi juga menyangkut masalah agama. Kau tak habis pikir dengan "orang-orang" di negeri ini. Ya memang kebebasan bersuara dan berserikat itu diatur dalam Undang-undang Dasar 1945. Tapi tidak kebablasan seperti saat ini. Ada pendapat sedikit, disanggah. Ada pernyataan yang "tak menguntungkan" pihaknya atau golongannya saja sudah menjadikan perpecahan dan adu mulut perdebatan panjang. Kemana adat ketimuran yang saling menghargai? Kemana arah keramahan bangsa ini sekarang? Sungguh kau sempat meng"iya"kan bahwa saat-saat ini, negeri ini menjadi "negeri para preman". Bagaimana tidak? Pendapat setiap orang yang belum tentu valid dan belum tentu dapat dipertanggungjawabkan menjadi benar "jika itu menguntungkan" pihak atau kubunya. Sedangkan pendapat yang "terkadang" sudah jelas benar dan valid menjadi pemicu penyerangan salah satu tempat pemberitaan, "jika dianggap merugikan" kelompoknya. Kau tak memihak siapapun di sini, dan terserah jika ada salah satu golongan yang tak terima dengan statementmu. Bukan berarti kau merasa sok pintar dengan statement-statement kritismu ini, tapi memang itulah nyatanya.
   Entah karena pluralisme di dalamnya kah? Atau memang jaman ini menjadi jaman keGOBLOKan manusia di negeri ini? Sedikitpun kau tidak pandang bulu saat merujuk kata GOBLOK pada statementmu, karena mungkin itu juga bisa menjadi otokritik bagi dirimu sendiri jika bertindak "demikian". Demikian yang mana? Demikian yang menjadikanmu menorehkan tulisan tak berartimu ini. Orang-orang di negeri ini sudah terlalu dibiarkan liar, tak terkontrol lagi, bahkan dengan norma agamanya masing-masing yang "katanya" penuh cinta kasih. Kau rasa norma-norma dan pengontrol tak tertulis hanyalah tinggal anggapan-anggapan "kotoran banteng" yang saat ini sudah mulai pudar atau bahkan lenyap di negeri ini. Saudara pun menjadi lawan dalam perang politik, hubungan darah menjadi tak berarti jika memang berurusan dengan ideologi yang berlawanan. Ah, sungguh gila negeri ini.
   Kau penasaran dan terkadang ingin bertanya kepada mereka sang pelaku kebodohan di negeri ini, "pernahkah kalian merasakan pedihnya diskriminasi dan pentingnya simpati?" Ini yang saat ini sering tak kita dapatkan di negeri yang katanya "aman dan tenteram serta sejahtera ini." Bukan untuk menjelekkan bangsa sendiri, bahkan tak ada niatan seperti itu sedikitpun. Kau hanya ingin mereka, sang pelaku kebodohan itu, membuka mata bahwa negeri ini terlalu indah jika harus dinodai dengan pemikiran-pemikiran radikal yang merugikan seperti yang mereka presentasikan pada khalayak dunia seperti saat ini. Entah dari mana orang-orang itu mendapatkan konsepsi "Kita vs Mereka" yang baru-baru ini kau baca dari salah satu buku. Karena kau yakin tak semua orang pernah membacanya, tapi mereka melakukannya. Mari sedikit beralih kepada sebuah penelitian ilmiah tentang apa yang "sedang" terjadi di negeri ini. Henri Tajfel seorang periset yang melakukan penelitian sistematis di tahun 1970-an menemukan bahwa ketika individu secara acak ditempatkan pada kelompok-kelompok berbeda, mereka memiliki perasaan kuat terhadap kelompok mereka sendiri dan cenderung memiliki perasaan yang negatif terhadap kelompok lainnya. Dan sekedar menjadi bagian dari suatu kelompok saja telah menghasilkan suatu "kehendak buruk" terhadap kelompok lain.
(A. Newberg & M. Waldman, 2013)
   Itulah yang saat ini terjadi di negeri ini. Rasa mirismu ini hanya mampu kau tuangkan dalam serangkaian tulisan yang menurutmu "mungkin" dapat menggugah AKAL SEHAT dari para pelaku kebodohan-kebodohan di negeri ini, untuk saat ini. Rasa kecewamu hanya mampu kau pendam dalam sumpah dan janji bahwa kau tak ingin melakukan hal yang sama seperti mereka. Mereka yang melabeli diri mereka dengan predikat "paling benar" dan "selalu benar". Mereka yang selalu bisa berkelit untuk mempertahankan kesalahannya hingga menjadi benar demi sebuah rasa puas karena telah menang atas golongan lainnya. Dan mereka yang membuatmu melabeli negeri ini sebagai "negara penuh suka-suka", "negara bebas tak bertanggung jawab", "negara seenak udel", dan negara ANDAnesia, yang selalu mampu menjadikan pendapat ANDA menjadi DEWA di mata ANDA sendiri. Serta harus bisa menjadi DEWA di mata golongan yang lain. Selamat datang di negeri yang penuh dengan pendapat BENAR dan SELALU BENAR, negara ANDAnesia. Ini negara ANDA! Oleh karena itu, bisa saja ANDA bertindak suka-suka ANDA.

Epilog
   Kau marah dengan ocehan ini? Silakan marah dan tumpahkan sepuasnya di kolom komentar facebook, timeline twitter, atau cercaan berbau pertanyaan via ask.fm, itu semua murni kebebasanmu. Kau berhak berpendapat, karena ini negara demokrasi, dan karena pendapatmu dilindungi pasal 28 di Undang-undang Dasar 1945. Akan tetapi satu catatannya, janganlah menjadi ANDA-ANDA yang lain di negeri ini, jangan pernah menjadi orang-orang bodoh yang mendalangi carut marutnya keadaan negeri ini sekarang.

Mencintai sang Maha Cinta dengan Mencintaimu dalam Diam (1435 part 2)

Prolog
   Tak butuh hanya sekedar kata-kata untuk mencintai, ada banyak yang harus dilakukan. Kau harus mengucapkan dua kalimat syahadat, kau harus sholat, zakat, puasa, dan bahkan haji. Itu semua jika kau lakukan dengan sungguh-sungguh, akan menjadi bukti konkret bahwa kau mencintaiNya.

   Malam itu kau sengaja tak tidur cepat, memikirkan apa-apa yang menjadi segala gundah dalam hatimu. Pikirmu jauh menerawang, sekilas kau terpikir dengan Program Kreativitas Mahasiswamu yang belum banyak tersentuh akibat kau terlalu menomor satukan akademikmu, praktikummu, dan segala kesibukan kuliahmu. Ya, jelas kau nomor satukan itu semua karena memang itulah amanah yang orang tuamu titipkan di pundakmu. Tapi beralih dari pemikiran itu kau kembali memikirkan dia, seseorang yang saat saat ini menjadikan makanmu semakin lahap dan tidurmu semakin nyenyak. Terkadang sedikit merasa lucu dengan kata-kata yang kau tulis untuk menggambarkan sesuatu tentang perasaan. Tapi memang selalu begitulah caramu menggambarkannya.
   Kau memikirkan masa depan, jauh sekali kedepan. Saat dimana bayangan yang sama tentang hidup bahagiamu pernah kau bayangkan bersama wanita yang dulu pernah mengisi hari-harimu. Kau menggelengkan kepala tanda bahwa kau tak mau memikirkannya terlalu jauh. Ya, dia mungkin berhasil membuatmu tersihir dengan "rasa nyaman"mu dengannya saat ini, tapi tak ingatkah dirimu tentang apa yang kau tulis baru-baru ini? Menaruh hati pada sang Maha Pembolak-balik Hati adalah hal terbaik yang bisa kau lakukan jika memang berurusan dengan hal pelik yang bernama cinta, yang sumbernya tentu saja adalah makhluk terindah bernama wanita.
   Wanita hanyalah bagian dari hidup setiap lelaki, dia membawa satu tulang rusukmu yang hilang. Wanita menjadi bagian dari dirimu yang memang hilang saat ini, yang hingga saatnya nanti siap untuk menyatu denganmu dan mengisi kekosongan dan kehampaan yang memang kau rasakan saat ini. Belum tentu jika wanita yang dekat padamu saat ini adalah tulang rusukmu. Belum tentu juga apa yang menjadi sumber "kenyamanan"mu saat ini akan menjadi sumber kasih sayang dan menjadi wanita yang mampu memberikan belai lembut kasih sayang pada anak-anakmu kelak. Mungkin  tulisan ini intinya masih sama dengan apa yang kau tulis baru-baru ini, hanya saja sudut pandangnya saja yang berbeda.
   Jika kau terus berpikir gundah tentang siapapun yang akan menemanimu hingga akhir hidup kelak, sepertinya itu tak akan pernah ada gunanya. Karena di dalam ayat Allah SWT pun telah tegas menyatakan bahwa:

"Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah"
(QS. Adz Dzariyaat:49)

jadi tak ada alasan lagi untukmu terlalu mencintai, ataupun terlalu sibuk memikirkan "nyaman"mu dengan dia. Dia hanyalah makhluk yang mungkin hanya Allah SWT kirimkan untukmu saat ini, bagaimana dengan nanti? Dan mungkin juga memang dia adalah jodohmu kelak, siapa yang tahu? Banyak jalan dariNya untuk mempertemukan dua hati.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir"
(QS. Ar-Ruum:21)

   Pernah melihat ayat tersebut? Ya, kau sering membacanya pada undangan-undangan pernikahan. Memang benar dan tepat jika ayat itu ditujukan pada dua sejoli yang sedang kasmaran, dan secara lahiriah dan batiniah siap untuk menghalalkan hubungan mereka di bawah ijab qabul atas namaNya untuk membina bahtera rumah tangga. Lalu apa hubungannya ayat tersebut denganmu? Atau dengan single-single yang lain? Itu merupakan sebuah ketetapan Allah SWT untuk para manusia yang mau dan mampu berpikir lebih tentang hidup. Rasa tenteram, atau yang saat ini kau rasakan dengan terjemahan rasa "nyaman"mu dengan dia adalah memang kodrat yang diberikan oleh Allah SWT untuk manusia. Untuk itulah kau pernah bilang bahwa merugilah bagi orang-orang yang tak mau dan tak mampu merasakan cinta dalam hatinya. Karena cinta itu nikmat dan karunia terindah yang Allah SWT berikan untuk makhluk-makhluknya di bumi ini. Termasuk "rasa kasih dan sayang" yang dimaksud dalam ayat itu pun merujuk pada sebuah nikmat rasa cinta yang Allah SWT karuniakan untukmu, untuk memiliki rasa sayang kepadanya. Tapi apakah harus rasa sayang ini berujung pada hubungan temporer yang biasa disebut pacaran? Yang dulu pun sempat kau lakukan, dan burujung pada setumpuk kekecewaan dan sempat menyesal pernah merasakan cinta.
   Itulah mengapa kau memilih jalan lain sekarang. Tanpa harus memiliki "status" pacar yang tak abadi, lalu membina hubungan tak halal yang fana' dan tak bertahan lama, kau memilih untuk mencintainya dalam diam. Ya, kau memang telah mengutarakan rasamu padanya, hanya sebatas mengutarakan. Dan tanpa menuntut untuk menjadi apapun, apalagi bagian dari hari-harinya "untuk saat ini". Ujung rasa "nyaman" dan sayang ini biarlah Allah SWT yang menentukan harus bermuara kemana. Karena memang banyak jalan dariNya untuk mempertemukan dua hati.
   Yang bisa kau lakukan hanyalah mengakuinya bahwa kau merasa "nyaman" dengannya, tetap menjaga silaturrahmi, dan terus berdoa, "jika memang dia yang terbaik bagimu jadikanlah dia jodohmu, dan jika tidak berikanlah yang lebih baik dari dirinya." Cukup hanya itu, cinta itu indah dalam diam, mencintai yang Maha Cinta itu jauh lebih indah daripada hanya sekedar mencintai makhluknya, dan menaruh hati pada sang Maha Pembolak-balik Hati itu akan sangat indah karena kau tak akan pernah tahu kejutan apa yang Allah SWT siapkan untuk dirimu, pendamping hidupmu kelak, dan hadiah untuk akhiratmu untuk kesabaran dan ke"diam"an cintamu padaNya untuk meraih"nya" dalam ridhaNya.

Epilog
   Demikian juga dengan mencintainya dalam diam untuk meraih ridhaNya, kaupun harus mendiamkan dirimu saat kau mengungkapkan rasa sayangmu padaNya. Layaknya tangan kiri yang tak perlu tahu ketika tangan kanan memberi, beribadahlah dan ungkapkanlah rasa sayang dan cintamu padaNya tanpa harus orang lain tahu dan menganggapmu telah riya' di matanya.

Saturday, July 12, 2014

Menaruh Hati pada Sang Maha Pembolak-balik Hati (1435 part 1)

Prolog
   Peristiwa di sepanjang jalan ini menguak sesuatu, kau berada pada sebuah jalan yang sangat melelahkan. Kadang ada kerikil tajam, tanjakan, tebing curam, dan terkadang kau temukan mata air terbaik kehidupan. Tapi kau tak lelah, karena banyak hal yang bisa kau lihat dan kau amati hingga seperlima abad perjalananmu. Dan kali ini kau, sekali lagi, menoleh ke arah pintu terindah bernama cinta.

   Lucu jika diingat-ingat, kau pernah ada pada posisi di mana rasa itu hadir pertama kali. Di bangku sekolah dasar, saat-saat bodoh dan mungkin orang lain menganggap itu hanyalah "rasa-rasa unyu" anak ingusan. Jika teringat masa itu sejenak kau berpikir, dari manakah rasa itu hadir? Dan pertanyaan itu terus terjadi dalam dirimu. Belum mampu kau menjawabnya, ternyata kau telah melewati berbagai macam cerita indah bersama kaum hawa. Berkali-kali mengecewakan, dan mungkin juga menyakiti, hingga berujung kekecewaan dan sakit hati. Otakmu tak habis-habisnya mencerna, atau justru mencerca, apa yang sebenarnya telah terjadi dan mungkin ingin kau dapat dari berbagai macam cerita yang pernah kau tulis di sepanjang jalan hidupmu. Sempat setahun tenggelam dalam kekecewaan, dan akhirnya menemukan dirinya, dia yang dulu sempat menjadi primadona dalam hatimu, mengisi hati dan inboxmu dengan berbagai macam semangat dan harapan bahwa dialah peutup dari segala petualangan hati yang telah kau lakukan. Tapi apa yang terjadi? Justru berbeda, harapan itu tak ada artinya, toh akhirnya kembali lagi kekecewaan yang kau dapatkan. Sakit memang sudah tak lagi terasa, karena mungkin hati telah lebih pandai dalam mengobati rasa sakit yang pernah, atau malah sering, dirasakan dulu.
   Masa itu hadir lagi di hidupmu, "masa bebas" tanpa adanya hati yang mengikat, tanpa ada perasaan yang menggungat. Hubungan itu fana', bukan tentang apa yang pernah kau rasakan hingga akhirnya kau pesimis dan tak mau lagi merasakannya. Karena jika ditinjau sejauh apapun, rasa itu adalah anugerah terindah dariNya. Merugilah orang-orang yang mengelak dan menolak untuk sebuah karunia terbaik dari "sang maestro" rasa cinta, Allah SWT. Tapi baru-baru ini, di dalam rentang usia seperlima abad ini baru kau sadari, betapa bodohnya dirimu. Membiarkan rasa itu terumbar pada seseorang yang belum tentu namanyalah yang berada di garis takdirNya untuk kalian. Setelah berbagai macam peristiwa, kegagalan, dan banyak kekecewaan yang kau alami, barulah kau sadar, bahwa rasa itu suci, rasa itu tulus, dan tak sepele seperti yang pernah kau lakukan dulu. Asal suka, tembak, jadian, dan masih ada jaminan untuk putus dan bermusuhan (atau lebih tepatnya memutuskan tali silaturrahmi). Tak munafik memang, kau pernah pacaran, tapi itu dulu, saat mungkin masih sering menutup hati untuk sebuah pembelajaran berharga tentang cinta.
   "Cukup rasakan, atau mungkin sampaikan padaNya, agar jika memang dia jodohmu, dekatkanlah. Dan jika bukan, berikanlah yang terbaik."
   Itu kata-kata yang indah memang, sangat indah. Dan sangat mudah untuk dikatakan, tapi sangat susah dilakukan. Rasa itu abstrak, karena cinta itu mungkin hanya efek dopamine yang tersebar di dalam tubuh manusia kasmaran. Ya, mungkin itu alasannya.
   Kau sempat tercekat dengan sebuah cerita unik dari seorang sahabatmu, yang pada suatu waktu berkunjung ke rumah kos kawannya, dan bertemu dengan seorang mahasiswa lain, yang katanya, pandai "meramal". Dan tibalah saatnya dimana "sang peramal" berbicara tentang jodoh. Ciri-ciri yang disebutkan hanya tiga mungkin yang sempat kau tangkap, dan jujur dalam hati kaupun telah mengira bahwa akan merujuk padamu. Dan uniknya, setelah "malam ramalan" itu, sahabatmu menerima sms darimu. Kebetulan kah? Mungkin saja iya, atau mungkin saja tidak, banyak jalan dariNya untuk mempertemukan dua hati.
   Di sisi yang lain, kau bertemu dengan seseorang, yang beberapa waktu lalu, sempat mengalihkan duniamu, dan mungkin hingga saat ini. Kau bilang mungkin karena kau pun tak tahu sang Maha Cinta akan membiarkanmu terus merasakannya atau tidak. Kaubilang "nyaman", dan kau mengakui itu dihadapannya, juga dihadapanNya. Tapi itu tak berarti kau menyerahkan keseluruhan rasa itu padanya, yang berujung pada sebuah pengharapan (lagi) yang mungkin juga akan berujung pada kekecewaan (lagi). Beruntunglah dirimu, karena dia pun sepakat bahwa tak perlu "status" yang terpatri, sebelum benar-benar ada tautan dua hati dalam janji suci di bawah ridhaNya. "Jalani saja apa adanya, saling mendoakan, dan jika memang waktunya tepat, biarkan sang Maha Cinta yang menjawab." Dan sekali lagi, apakah ini akhir dari kisahmu? Atau mungkin ini wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anakmu kelak? Belum tentu, atau mungkin saja pasti, karena banyak jalan dariNya untuk mempertemukan dua hati.
   Yang bisa dilakukan hanyalah menunggu, bukan dalam arti menunggu tanpa usaha dan ikhtiar. Karena memang jika berbicara urusan hati, perasaan, dan cinta, ada perkara lain yang sudah selayaknya menjadi parameter tertinggi dalam acuannya. Jodoh, Mati, Rizky, bukankah itu rahasiaNya? Yang malaikat pun tak mampu untuk mengintip ke dalam catatan milikNya tentang masing-masing dari kita. Terlebih lagi, ini masih dalam tahap kecintaan terhadap makhluk, layakkah disandingkan dengan kecintaanmu kepada sang Maha Cinta? Yang menganugerahkan rasa itu saja sering terlupa, yang mengaruniakan "sayang" saja masing sering diduakan, apakah pantas kau terlalu menyayangi makhluk yang hanya ciptaanNya?
   Terlalu munafik dan sok suci jika kau bilang kau mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, karena memang manusia diciptakan untuk selalu bertanya, selalu mencari tahu, dan mengaji apa yang terjadi di sekelilingnya. Wajar lah jika pada suatu saat apa yang kau cintai tak lagi berarti dalam hidupmu, dan apa yang awalnya tak berarti menjadi segalanya bagimu, karena memang sudah selayaknya, "hati ini kita serahkan sepenuhnya kepada sang Maha Pembolak-balik Hati, Allah SWT."
   Terlebih lagi, mungkin hampa tanpa pasangan (bagi para single dan jomblo) tak akan terasa lagi jika kau mampu mencintai sang Maha Cinta melebihi kecintaanmu pada dunia. Tanpa berniat menggurui ataupun sok suci, karena kita ada untuk saling belajar dan mengingatkan, termasuk mengingatkan diri sendiri.

Epilog
Jalan ini masih panjang, masih ada banyak hal yang bisa didapatkan dalam perjalananmu. Selain sekedar rasa cinta dan sayang, ada banyak hal yang bisa kau ukir di sepanjang jalan pulangmu. Pulang menuju keharibaanNya, di tempat kekal dan hakiki dengan segala bekal dari sisa-sisa kehidupan duniawi.

Wanna support???