Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Wednesday, May 31, 2017

Kardio 5: Berbukalah Dengan Senyum Manis

PROLOG
Hai hai, masih inget nggak kemarin di vlog terakhir (Kardio 4) sedikit spoiler tentang "posisi" tempat buka puasa bersama? Nah, menyambung dari vlog yang itu, kali ini Kardio 5 menggambarkan sedikit tentang suasana berbuka puasa bersama oleh jamaah NCU Muslim Club. Yuk, cekibrot...

Ehm, sebelum cuap-cuap lanjutan, ada baiknya kita simak Hadits Rasulullah Muhammad Salallahu 'alaihi wa Salam tentang berbuka puasa,

"Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang berbuka puasa mempunyai dua kebahagiaan yang bisa ia rasakan; kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabb-nya karena puasa yang dilakukannya.”"
(HR. Bukhari dan Muslim)
"Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka dengan beberapa biji ruthab (kurma masak yang belum jadi tamr) sebelum shalat Maghrib; jika tidak ada beberapa biji ruthab, maka cukup beberap biji tamr (kurma kering); jika itu tidak ada juga, maka beliau minum beberapa teguk air.”"
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits Hasan Shahih)
Dua Hadits tersebut cukup menguatkan bahwa berbuka puasa adalah momentum kebahagiaan tersendiri bagi umat Islam. Di mana setelah seharian kita berpuasa, waktu berbuka adalah saat-saat di mana kita mengembalikan lagi energi yang telah kita habiskan seharian untuk beraktivitas.

Dan itu pula yang menjadi pijakan kami, para perantau di negeri Formosa, tepatnya di kampus National Central University. Melalui koordinasi yang sistematis dan luar biasa baik dari NCU Muslim Club, kegiatan selama Ramadhan ini menjadi rapi dan teratur. Dari mulai sahur bersama, kegiatan kajian keislaman, hingga berbuka puasa bersama. Setiap harinya ada saja hamba Allah SWT yang menyumbangkan sebagian rezekinya untuk kegiatan Ramadhan. Sehingga setiap hari, jamaah NCU Muslim Club bisa menikmati hidangan-hidangan penuh berkah yang disajikan setiap waktu berbuka puasa. Diawali dengan seteguk teh manis hangat, beberapa butir kurma, dan juga biskuit, kegiatan ifthar ini menjadi waktu yang istimewa bagi kami. Penasaran bagaimana suasananya? Yuk kita saksikan videonya bersama-sama...


Pasca membasahi tenggorokan dengan ta'jil, kami semua melaksanakan sholat Maghrib berjamaah, tak lupa juga dengan sholat sunnah ba'diyah. Selanjutnya, para akhwat mendistribusikan main course untuk berbuka puasa. Ada yang makan di luar ruangan mushalla, dan ada juga yang melingkar di dalam ruangan, yang penting sama-sama senang...

Setelah berbuka puasa bersama, sebagian dari kami ada yang pulang, kembali ke aktivitas laboratorium, juga menetap di sekitar mushalla untuk sekedar membaca Al-Qur'an atau berdiskusi banyak hal hingga menunggu adzan Isya' tiba. Ah, mungkin momentum semacam inilah yang akan menjadi cerita menarik bagi anak cucu kita kelak.

"Ini lho nak, ayah/ibu kalian dulu pernah menjalani bulan Ramadhan indah bersama sahabat-sahabat surga di perantauan, tanah Taiwan. Yang meski jauh dari Indonesia, kita masih bisa khusyuk dan menikmati suasana bulan suci dengan penuh suka cita. Semoga kita selalu diberikan kemudahan dan keringanan dalam beribadah kepada Allah SWT, kapanpun, dalam kondisi apapun, di manapun."

Aamiiiin...

EPILOG
Sudah ah, sampai jumpa lagi di Kardio selanjutnya!!!
Pssst, bocoran dikit ah, target penulis untuk 7 Kardio awal dilengkapi dengan media video (vlog) hampir tercapai nih, semoga bisa istiqomah menyebarkan informasi dan kabar baik via tulisan dan media apapun ya...

Tuesday, May 30, 2017

Kardio 4: NCU Central Mushalla and Where to Find It

PROLOG
Beberapa waktu lalu aku pernah share peta kampus NCU yang menunjukkan letak beberapa mushalla yang ada di berbagai departemen, juga mushalla pusat. Tapi tahukah kamu letak sebenarnya dari mushalla pusat NCU itu? Yah, bagi yang sudah sering atau bahkan rutin ke sana pasti tak akan asing lagi. Tapi, sekali lagi, tujuanku menuliskan KARDIO di Ramadhan 1438 H ini adalah untuk berbagi cerita pada khalayak yang mungkin penasaran atau ingin tahu bagaimana kondisi beribadah di luar Indonesia, khususnya di bulan Ramadhan. Yuk, dari pada berlama-lama, kita segerakan berbuka! Eh, berbuka (membuka) diri untuk menerima informasi maksudnya...

Yap, seperti di KARDIO sebelumnya...

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.
(Q.S. Al Jinn (72): 18)

Betapa pentingnya letak masjid, mushalla, surau, atau sekedar space untuk tempat ibadah bagi umat Islam. Karena selain untuk tempat ibadah wajib lima waktu (shalat), tempat ibadah (masjid/mushalla) adalah juga tempat untuk menimba ilmu serta berinteraksi dalam hal kebaikan bagi umat Islam. Tak terkecuali Muslim yang sedang berada di negeri orang, seperti kami.

Kita, mahasiswa Muslim yang ada di kampus-kampus di seantero Taiwan ini patut bersyukur dengan kondisi yang kita alami, dengan kemudahan beribadah yang bisa kita jalani, dibandingkan umat Islam lainnya di sudut-sudut bumi lain yang tak dapat menikmati indahnya bercengkrama dengan kasih sayang Allah SWT melalui ibadah yang khusyu' di lingkungan mereka. Pasalnya, Taiwan ini termasuk wilayah yang Muslim Friendly, di mana sedikit informasi tentang Islam dan masjid-masjid di Taiwan pernah aku tuliskan pada link berikut, juga sekelumit kisah tentang salah satu masjid di Taiwan yang melibatkan Indonesia di sini. Beberapa ulasan tersebut sudah cukup untuk merepresentasikan keramahan Taiwan terhadap umat Islam yang mendiami wilayahnya.

Nah, di kesempatan kali ini, di KARDIO yang ke-4 ini, aku akan menunjukkan secara (lumayan) detail di mana letak mushalla pusat kami, tempat di mana kami beribadah, juga melakukan diskusi, kajian, serta bertukar pikiran terkait keislaman juga ilmu pengetahuan. Yuk disimak dulu video berikut ini...


Tuh kan, mushalla kami sangat mudah dijangkau dan tak susah untuk ditemukan. Bagi para Muslim traveller atau juga siapapun yang sedang singgah di Taiwan, dan berada dekat dengan kampus National Central University, bisa mampir ke mushalla kami untuk menjalankan ibadah atau hanya melepas lelah. Kami sangat amat welcome kepada siapapun, terutama kami para pengurus NCU Muslim Club, akan sangat senang jika ada tamu yang bisa hadir dan memanfaatkan mushalla pusat untuk kegiatan ibadah mereka. Ya, meskipun aku masih termasuk pengurus yang mbambet dan sering mangkir jamaah di mushalla pusat, setidaknya lewat ulasan ini aku mencoba mengajak diri sendiri dan juga orang lain untuk lebih rajin lagi memakmurkan mushalla pusat kita semua.

Oh iya, sebaiknya aku sertakan juga deh map mushalla-mushalla yang ada di NCU, karena memang yang dulu pernah aku share itu ada di tautan facebook, sedangkan sekarang akun tersebut sudah tak aktif lagi. Jadi agar bisa lebih luas lagi diakses siapapun, aku sematkan petanya di sini saja ya.

Ini nih, peta letak mushalla-mushalla kami, hasil sunting dari NCU campus map (click to enlarge)
Yap, mungkin sekian dulu tulisan di sesi KARDIO kali ini, semoga bermanfaat dan jadi ladang pahala untuk kita semua, baik yang menulis maupun yang membaca. Eh, doa yang sama juga untuk yang likes, comments, atau membagikan ya!!!

EPILOG
Sampai jumpa di KARDIO selanjutnya...

Monday, May 29, 2017

Kardio 3: Masak Bahagia, Sahur Bersama, Berkah Luar Biasa

PROLOG
Weits, ini udah masuk hari ke-3 Ramadhan 1438 Hijriyah. Terus ada yang nanya, "Kak, kok rajin banget nulisnya? Mau bikin 30 hari menulis non-stop kah selama Ramadhan?" Dan jawabannya: "Yah kita lihat kesibukannya aja ya, kalau ternyata bisa ya Alhamdulillah bisa berbagi cerita-cerita unik Ramadhan di perantauan kepada pembaca, kalau nggak ya dimaklumin aja, toh ini juga buat mengisi waktu luang aja, biar lebih bermanfaat!" Ok, lets start our story for 3rd Kardio!!!

Seperti biasanya, kita awali Kardio kali ini dengan cuplikan ayat/hadits yang berkaitan dengan topik, apakah topiknya kali ini?

Yap, sahur!!!
Btw, udah baca yang Kardio 2 kemarin kan ya? Nih, sedikit aku ulang cuplikan tentang keutamaan sahur dari surat yang sama kaya kemarin, Al Baqarah.

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
(Q.S. Al-Baqarah: 187)
Dan juga ada tambahan hadits Rasulullah SAW nih,

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.
(HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095)

Tuh kan, makan sahur itu termasuk firman Allah SWT dan juga sunnah Rasulullah Muhammad Salallahu 'alaihi wa Salam. Jadi, selain memang lupa atau udzur banget, sebaiknya kita nggak meninggalkan makan sahur ya, demi memperlancar aktivitas kita selama berpuasa di bulan Ramadhan.

Nah, tulisan kali ini bercerita tentang bagaimana aktivitas sahur yang kami jalani. Meski jauh dari Indonesia tetap saja kan kami punya "keluarga" yang bisa mengobati rasa rindu kami pada tanah air. Dan inilah aktivitas persiapan sahur ala "keluarga" kami...


Asik nggak? Asik nggak? Hihihi, kami mulai masak sekitar pukul 23.20 malam itu, dengan plan sempurna berupa masak selama 2 jam, tidur 30 menit sebelum pada akhirnya berangkat ke Mushalla pusat bersama-sama. Agenda ini rutin dilakukan, meski tak tiap hari, karena jamaah NCU Muslim Club secara kesadaran melakukannya secara bergantian, dan kebetulan malam tadi giliran kami, Asosiasi Suami (+Calon Suami) Sigap Siaga BM Dormitory yang mempersiapkan nasi, bakwan goreng, sayur-sayuran, sambal, juga bumbu berbahan dasar kacang, untuk menu sahur malam itu. Hayo, kira-kira kalau menunya gitu sahur kita makan apa? Dengan didukung Asosiasi Istri (+Calon Istri) Sigap Siaga di dormitory dan kosan yang lain untuk memasak lauk lainnya.

Kegiatan malam ini diawali dengan membeli bahan-bahan seperti sayuran, telur, beras, tepung, dsb setelah shalat tarawih. Dan saat mulai masak, kami membagi tugas masing-masing, kebetulan aku yang mendapatkan tanggung jawab mematangkan beras menjadi nasi siap makan untuk 18 porsi (2 bakul), dan 2 bakul lagi diemban oleh mas-mas yang lain. Lalu mas Rio, mas Raviqul, dan mas Heny yang bertugas mempersiapkan adonan bakwan goreng (we can also called as Weci atau Ote-ote). Mempersiapkan sayuran diemban oleh mas Yoga, mas Redi, dan mas Hanas. Memanfaatkan fasilitas dapur dormitory dan juga alat-alat elektronik di kamar masing-masing (rice cooker, steamer, dll), kami bahu membahu untuk menyelesaikan misi penting untuk jamaah.

Pukul 2 pagi, semua persiapan sudah hampir selesai, 90% target kami telah tercapai. Giliran sambal tomat spesial (sebagai pelengkap) menu nasi pecel malam ini yang belum tersentuh. Bermodal ulek-ulek (ada yang nulisnya uleg-uleg juga biasanya) dan cobek, tomat+cabai matang hasil gorengan mas Heny kugiling menjadi sambal yummy yang menurut testimoni beberapa orang "lumayan" enak untuk ukuran racikan laki-laki. Meskipun tambal sulam penambahan garam, dan gula, serta bawang putih dan merah sebagai penyedap rasa aku lakukan bersama mas Heny. Tak peduli kata orang bahwa kalau sambal yang nguleg orang banyak akan jadi cemplang dan tak sedap, buktinya malam ini kami menikmatinya, entah karena terpaksa lapar atau karena memang benar-benar nikmat, hahaha...

Eits, tunggu dulu, mau minta ijin nih sama kalian, enaknya yang tragedi nasi nggak mateng di awal diceritain juga nggak ya?

"Wes, skip ae, malu-maluin!"
"Jangan deh, cukup kita aja yang tahu proses detailnya, hahaha..."

Oke, karena permintaan kawan-kawan, maka tragedi tersebut tak jadi saya tuliskan. Hihihi, intinya sahur kami di sini sangat amat berwarna, baik dari proses pengumpulan bahan, proses memasak hingga makan bersama, semuanya fun dan luar biasa. Jadi, mau mencoba sahur ala kami? Yuk, gabungan ke BM dormitory!!!

EPILOG
Sampai jumpa di Kardio selanjutnya!!!

Sunday, May 28, 2017

Kardio 2: Gimana Rasanya?

PROLOG
Sesuai janji ya, Kardio akan jadi series. Dan di coretan kali ini Kardio udah masuk di seri kedua, akan bahas apa lagi emangnya? Yuk cusss di-scroll down aja...

Dan sebelum masuk ke coretan "Gimana Rasanya?" kali ini, ada baiknya kita memberikan definisi simple dulu tentang puasa (especially for Ramadhan). NOTE: definisi ini sengaja aku sadur dari web berbahasa Inggris (berdasarkan tafsir Shahih International) dan memang aku pakai untuk memberikan wawasan kepada kawan-kawan non-Muslim yang ingin mengetahui tentang puasa Ramadhan. Dan kutipan Chinese di akhir bagian ini adalah cuplikan dari penyederhanaan definisi tentang Ramadhan yang aku ambil dari selebaran himbauan dari Taiwan Muslim Association (TMA) dan diperuntukkan untuk kawan-kawan Taiwanese/Chinese yang mungkin saja nyasar ke blog ini.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ - 2:183
أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ - 2:184
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ - 2:185
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ - 2:186
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ - 2:187
Meaning:
183: O you who have believed, decreed upon you is fasting as it was decreed upon those before you that you may become righteous
184: [Fasting for] a limited number of days. So whoever among you is ill or on a journey [during them] - then an equal number of days [are to be made up]. And upon those who are able [to fast, but with hardship] - a ransom [as substitute] of feeding a poor person [each day]. And whoever volunteers excess - it is better for him. But to fast is best for you, if you only knew.
185: The month of Ramadhan [is that] in which was revealed the Qur'an, a guidance for the people and clear proofs of guidance and criterion. So whoever sights [the new moon of] the month, let him fast it; and whoever is ill or on a journey - then an equal number of other days. Allah intends for you ease and does not intend for you hardship and [wants] for you to complete the period and to glorify Allah for that [to] which He has guided you; and perhaps you will be grateful.
186: And when My servants ask you, [O Muhammad], concerning Me - indeed I am near. I respond to the invocation of the supplicant when he calls upon Me. So let them respond to Me [by obedience] and believe in Me that they may be [rightly] guided.
187: It has been made permissible for you the night preceding fasting to go to your wives [for sexual relations]. They are clothing for you and you are clothing for them. Allah knows that you used to deceive yourselves, so He accepted your repentance and forgave you. So now, have relations with them and seek that which Allah has decreed for you. And eat and drink until the white thread of dawn becomes distinct to you from the black thread [of night]. Then complete the fast until the sunset. And do not have relations with them as long as you are staying for worship in the mosques. These are the limits [set by] Allah, so do not approach them. Thus does Allah make clear His ordinances to the people that they may become righteous.
(Q.S Al Baqarah: 183-187)
source: quran.com

Juga sebagai tambahan, aku coba sertakan gambar edaran berbahasa Chinese-nya dari TMA:
Edaran tentang Ramadhan dari TMA (click to enlarge)
Yah, dari berbagai sumber tersebut, intinya menjelaskan bahwa
"Bulan Ramadhan (yang tahun ini dimulai pada tanggal 27 Mei 2017) adalah bulan ke-9 dari penanggalan Hijriyah. Di mana pada bulan ini tersimpan berbagai macam keutamaan, seperti menjadi bulan diturunkannya Al-Qur'an, adanya satu malam yang kemuliannya disetarakan dengan malam 1000 bulan (Lailatul Qadar), serta kemuliaan-kemuliaan lainnya yang ketika diyakini oleh umat Islam, maka akan mencegah perbuatan sia-sia di bulan ini. Bahkan, bulan ini juga akan menjadi prototype dari atmosfer penempaan akhlak yang akan dijalani untuk 11 bulan berikutnya. Di bulan ini juga, umat Islam diwajibkan berpuasa Ramadhan selama 29-30 hari (kecuali yang memiliki kondisi tidak memungkinkan, seperti orang sakit, orang tua, ibu hamil, menyusui, dan juga anak-anak yang masih belum cukup umur (dalam Islam disebut baligh)."
Mengapa syarat untuk menjalani bulan ini sangat berat sekali? Seperti harus tak makan dan minum dari mulai Shubuh (sebelum terbit fajar) sampai Maghrib (fasa munculnya guratan merah di ufuk barat sebelum tenggelamnya matahari)?

Penjelasan sederhananya adalah: di bulan Ramadhan ini seluruh umat Islam diajarkan untuk menyucikan diri, menahan hawa nafsu (termasuk rasa lapar, marah, bohong, dan sebagainya). Juga sebagai bulan pembelajaran kepada seluruh umat Islam bahwa "begini lah rasanya" menjadi orang fakir dan juga miskin yang tidak setiap saat mendapatkan makanan untuk mengobati rasa lapar mereka. Dan bahkan di bulan ini juga, selain berpuasa, umat Islam disarankan memperbanyak bersedekah dan berbagi rizky mereka kepada orang yang membutuhkan, termasuk di penghujung Ramadhan nanti (waktu yang sangat direkomendasikan) umat Islam diwajibkan membayar Zakat Fitrah untuk menyucikan harta benda yang dimilikinya.

Oke, mungkin dicukupkan dulu untuk membahas definisi Puasa Ramadhannya, yang sebenarnya itu sudah masuk ke dalam 75% tujuan adanya coretan Kardio 2 kali ini.

Selanjutnya, untuk menjawab pertanyaan dari judul di atas, mungkin sebelum dikasih cuap-cuap tambahan, ada baiknya langsung ditonton aja lah ya videonya...


Gimana? Sudah terjawab? Apa belum puas?
Hehehe

Jadi gini sih ya, puasa di Taiwan itu nggak seberat yang dibayangkan pembaca kok. Karena notabene Taiwan masih ada di area yang sama dengan Waktu Indonesia Tengah (WITA), hanya mungkin berbeda (sedikit) di waktu sahur dan berbuka. Secara kasar, mungkin waktu puasa kami di sini memiliki durasi 15 jam 20 menit. Dengan peralihan musim (sekarang) dari Spring ke Summer, dengan temperaturnya yang kadang panas, kadang dingin. Tentunya dengan tantangan yang "lumayan" berbeda dibanding ketika berada di tanah air, Indonesia. Karena memang di Taiwan, muslim termasuk minoritas (untuk ulasan tentang hal tersebut bisa dibaca di sini ya).  Belum lagi pencarian makanan halal yang "sedikit" membutuhkan usaha ekstra dibandingkan ketika berada di Indonesia, juga banyaknya tantangan lain (seperti yang sudah disebutkan dalam video di atas), itulah yang membuat ibadah puasa Ramadhan di sini terasa "sedikit" berbeda.

Untungnya di sini (kampus National Central University) memiliki perkumpulan NCU Muslim Club, yang sangat memudahkan urusan puasa Ramadhan di sini, khususnya bagi mahasiswa Muslim di sekitar kampus. Setiap hari NCU Muslim Club menggelar acara berbuka puasa bersama, juga tak jarang sahur bersama, tentunya dengan dukungan penuh dari jamaahnya yang sangat dermawan. Siapa saja jamaahnya? Ya kita-kita juga, mahasiswa Muslim seantero NCU (maafkan sedikit narsis), hehehe.

Eh, iya kemarin janjinya di Kardio kan tulisannya nggak panjang-panjang ya, tapi istiqomah, jadi mungkin coretan kali ini sebaiknya dicukupkan saja ya. Mengingat penulis juga harus menyelesaikan laporan dan tugas-tugas lainnya. Selamat berpuasa!!!

EPILOG
Nggak ada kata-kata penutup khusus ya untuk kali ini, sampai jumpa di series Kardio selanjutnya!

Saturday, May 27, 2017

Kardio 1: Ximen Halal Niurou Mian

PROLOG
Eh udah hari pertama Ramadhan aja ya? Dan 1438 Hijriyah kali ini, tak kusangka menjadi Ramadhan pertamaku di negeri orang. Sengaja tulisan kali ini akan berupa series, yang kunamai Kardio: Kisah Ramadhan di Negeri Orang. Di mana Kardio seri pertama ini akan berbicara tentang salah satu cerita tentang finding Halal Food. Mungkin tak sepanjang tulisan biasanya, akan tetapi semoga bisa menjadi inspirasi positif dan pemberat amal jariyah sampai nanti. Aamiiiin...

Yah, kisah ini bermula tepat seminggu yang lalu, dua puluh Mei 2017. Agenda PPI Taiwan yang melibatkanku untuk hadir tak bisa terelakkan. Meski sejujurnya aku juga tak ingin melewatkan festival yang diadakan di kampusku. Mengapa demikian? Karena NCU Muslim Club, organisasi pertama yang membuatku terseret ke dalam arus kehidupan kemahasiswaan non akademik saat menjadi mahasiswa Master di Taiwan, menggelar bazaar yang membutuhkan banyak resource dan dukungan. Akan tetapi keinginan tak selalu bisa selaras dengan tanggung jawab, amanah besar yang harus kuemban di PPI Taiwan mewajibkanku untuk hadir ke agenda tersebut. Sengaja pada tulisan kali ini tak akan kubahas hal-hal apa saja yang terjadi di forum tersebut, karena jika kau klik tautan di kalimat sebelum ini, kau akan paham apa saja yang kami lakukan di sana (KDEI).

Yap, langsung saja pada intinya, di tulisan kali ini aku ingin membagikan sebuah rute menuju penerimaan dari sebuah doa, eh maksudnya (biar nggak terkesan muluk banget bahasanya) menuju jalur pencarian makanan halal yang inshaAllah membimbing kita semua menuju kebaikan.
Karena apa?

يَآ اَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِي الْاَرْضِ حَلَلاً طَيِّبًا وَ لاَ تَتَّبِعُوْا خُطُوَاتِ الشَّيْطَنِ اِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ـ البقرة
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (Q.S. al-Baqarah: 168)
Karena mencari makanan halal adalah termasuk salah satu perintah utama yang tertulis di dalam Al Qur'an. Dan bahkan, "halal-haram"nya makanan yang kita makan juga memengaruhi diterima atau tidaknya doa kita lho!!!
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik. Dan Sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk (melakukan) perintah yang disampaikan-Nya kepada para Nabi. Kemudian beliau membaca firman Allah, ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amalan yang shaleh.’ Dan firman-Nya, ‘Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami anugerahkan kepadamu.’ Kemudian beliau menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh (lama),  tubuhnya diliputi debu lagi kusut, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa, ‘Ya Rabbku, ya Rabbku’. Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya dari yang haram dan ia diberi makan dengan yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan.” (HR.Muslim)
Tuh, Rasulullah SAW saja sudah bersabda, yakin kita masih bisa menyangkalnya?

Oke, langsung aja kulanjutkan tentang rute menuju Ximen Halal Niurou Mian, di kedai ini menyediakan cukup banyak varian menu niurou (mie) mian (sapi), dari mulai yang harganya NT$100an hingga hampir NT$200, cukup standar lah ya untuk ukuran makanan halal yang memang porsinya juga istimewa. Dan selain mie kuah, mereka juga menyediakan berbagai macam gorengan berbahan dasar sapi. Ada dumpling sapi goreng, kukus, dan berbagai kudapan ringan lainnya, yang harganya juga tak terlalu mahal, hanya berkisar NT$8 hingga NT$15 per pieces-nya.

Eh eh, dari tadi nyeritain menunya mulu, terus tempatnya di mana nih?

Tenang, tempatnya sesuai namanya kok, di Ximen, Taipei. Kalau dari stasiun MRT Ximen, kita bisa menuju ke sana lewat exit 3 atau 5, asal nggak di exit yang mengarah ke Pedestrian Road aja, karena kalau yang mengarah ke sana ada di seberang jalan. Alih-alih menemukan kedai Ximen Halal Niurou Mian, malah yang ada terjebak keramaian dan menemukan Kedai Kebab Halal (mungkin lain kali aku bahas yang ini juga ya, tapi nggak janji dalam waktu dekat).

Nah, terus ke mana arahnya abis dari exit 3 atau 5?

Susah sih jelasin secara kata-katanya, mungkin lewat vlog abal-abal yang aku buat ini bisa sedikit memberikan arahan jelas. Tapi kalau ternyata tak memenuhi ekspektasi pembaca, ya maaf-maaf saja, mungkin suatu saat kalian bisa menghubungi aku saat ingin berjalan-jalan ke sana, sehingga aku bisa menjadi tour guide kalian, syukur-syukur kalau dapat traktiran kan? Hihihi...


Dan di video ini pula lah cerita tentang Tong Sam Chong, Sun Go Kong, (ex) Pangeran Tian Feng, dan Wu Ching versi para begundal NCU tercipta. Penasaran bagaimana ceritanya? Saksikan di stasiun televisi yang tak pernah mengudara!

Oke, mungkin sekian dulu ya arahannya kali ini, semoga berkenan di hati para pembaca, sampai jumpa di Kardio selanjutnya!

EPILOG
Sama sekali tulisan kali ini tak mengandung upaya menggurui atau melakukan justifikasi tertentu kepada siapapun terkait makanan halal dan haram ya. Karena tulisan kali ini murni ulasan santai tentang kedai Ximen Halal Niurou Mian yang sengaja diterbitkan dalam tajuk Kardio yang memang temanya bulan Ramadhan. Salam hangat dari perantau ala-ala, dan juga tukang corat-coret kata-kata!!!

Tuesday, May 16, 2017

[REPOST BERITA] MAMET JUARAI AJANG INTERNASIONAL LEWAT IMPLAN TULANG

ITS kembali menuai prestasi. Kini, giliran mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi (Mamet) ITS yang berhasil menuai prestasi Internasional. Berjuang sejak Desember 2015 lalu, Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha akhirnya berhasil dinobatkan sebagai juara empat dalam Perstorp Focused Innovation Challenge berkat Spirofold hasil inovasinya.

Berhasil menyisihkan 337 peserta yang berasal dari 62 negara, Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha menjadi satu-satunya peserta dari Indonesia yang menjuarai kompetisi  Perstorp Focused Innovation Challenge. 

Walau gagal lolos ketiga besar dan berlaga di Malmo, Swedia, dirinya mengaku senang menempati posisi keempat. Pasalnya, Firdauzha atau yang akrab disapa Ozha ini mendapatkan penghargaan  Diploma for Achievement langsung dari Perstorp. "Merupakan suatu kebanggaan tersendiri mendapatkan penghargaan yang hanya untuk empat besar saja," pungkasnya.

Perstorp Focused Innovation Challenge merupakan sebuah kompetisi bergengsi di kancah internasional yang diselenggarakan oleh perusahaan kimia asal Swedia, Perstorp. Dalam kompetisi ini, setiap peserta ditantang untuk menginovasi produk polimer masa depan dengan menggunakan bahan dasar Polycaprolactone (PCL) bermerk dagang Capa(TM) Thermoplastics. Tahun ini giliran Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha yang ikut ambil bagian. 

Firdauzha atau yang akrab disapa Ozha ini menjelaskan bahwa Spirofold ciptaannya berbeda dengan Spirofold yang lain. Spirofold besutan mahasiswa angkatan 2012 ini merupakan suatu desain produk implan tulang polimer dengan desain spiral khusus. 

Nama Spirofold diambil dari Spiral Scaffold for Better Human Life, diperuntukkan bagi mereka yang mengalami keropos atau patah tulang. "Spirofold akan menjadi penopang bagi sel-sel tulang baru yang akan tumbuh," sahut mahasiswa asal Bojonegoro ini.

Berbeda dari scaffold konvensional, Spirofold buatannya didesain dengan bentuk spiral menyerupai sulur tumbuhan rambat. Hal ini memicu sel tulang nantinya akan tumbuh secara spiral yang secara tidak langsung akan memperkuat ikatannya sendiri. "Sedangkan scaffold yang ada saat ini masih berbentuk anyaman," ucapnya.

Mengenai material yang digunakan, Ozha menggunakan PCL, salah satu jenis polimer yang mampu terdegradasi secara alami (biodegradable). Ozha juga menjelaskan bahwa inovasi implan tulang ini pun dapat dibentuk ulang. Caranya, dengan dipanaskan pada suhu tertentu karena sifatnya yang termoplastik. "Untuk Capa membutuhkan suhu 60 derajat celcius," jelasnya yang akan melanjutkan studi di Taiwan.

Sifatnya yang biodegradable juga membuat Spirofold mampu meluruh di dalam tubuh. Hal ini juga menjadi kelebihan tersendiri. Pasalnya Spirofold mampu menjadi cetakan tumbuhnya tulang namun akan luruh dan hilang kemudian seiring dengan sel tulang yang tumbuh makin kuat. (arn/oti)

Hasil kliping dari WEB ITS ONLINE (edisi 15 Juni 2016)

[REPOST BERITA] Tak Menyangka Raih Juara, Kompetitornya 62 Negara

MAHASISWA asal Bojonegoro lagi-lagi mengukir prestasi. Rahmandhika Firdauza Hary Hernandha meraih penghargaan internasional. Dia harus berkompetisi dengan perwakilan 62 negara.

Seorang pemuda duduk di sofa warna coklat. Di hadapannya terdapat sebuah meja terbuat dari kayu. Dia sedang membuka laptop di atas meja tersebut.  Sementara di sampingnya terdapat lemari kaca yang berisi tumpukan buku. Dia adalah Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha. Pemuda yang tinggal di Perumahan Pacul Permai, Bojonegoro itu baru saja terpilih empat besar Perstorp Focused Innovation Challenge 2016. Rasa bangga masih terpancar di wajahnya. Terlebih, ketika diminta menceritakan prestasi di tingkat internasional tersebut.

Ozha, sapaan akrabnya, awalnya tidak pernah menyangka bisa meraih prestasi tersebut. Meski nomor empat, tapi prestasi itu paling membanggakan yang diraihnya hingga sejauh ini. Apalagi, kompetisi yang diselenggarakan oleh salah satu perusahaan multinasional asal Swedia itu diikuti 337 peserta dari 62 negara.

"Ketika melihat jumlah pesertanya melalui website perusahan (Perstorp), saya sudah tidak yakin. Ternyata terpilih juara empat," katanya ketika ditemui di rumahnya.

Mahasiswa tingkat akhir jurusan Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu awalnya mengikuti lomba setelah mendapat informasi dari internet pada Desember 2015. Awalnya dia sekadar coba-coba. Karena, setiap tahun lomba yang diadakan perusahan polimer (plastik) itu peminatnya sangat banyak. Pesertanya tersebar dari berbagai negara.

Kompetisi tersebut mewajibkan pesertanya membuat konsep inovasi masa depan dengan pemanfaatan produk polimer milik Perstorp. Menggunakan material capa™ thermoplastics, yang merupakan jenis polycaprolactone (PCL).

"Peserta diharuskan membuat konsep sekaligus desain pemanfaatan yang mengacu pada tiga kategori utama. Yaitu digitalization and connectivity, people, dan planet," ujarnya.

Anak kedua dari pasangan Anwar Hariyono dengan Heru Susilowati itu akhirnya memilih kategori people. Dengan membuat Spiral Scaffold for Better Human Life atau disingkat menjadi Spirofold. Yakni, sebuah produk implan berupa scaffold atau struktur sementara yang digunakan menyangga tulang manusia yang keropos atau patah. Dia terinspirasi dari sejumlah tetangganya yang mengalami patah tulang.

Model desainnya berbentuk spiral. Berbeda dengan scaffold selama ini, biasanya hanya berbentuk anyaman-anyaman.

"Desain spiral itu menyerupai sulur tumbuhan rambat yang melingkar-lingkar sehingga memicu sel tulang nantinya akan tumbuh secara spiral juga dan memperkuat ikatannya sendiri," jelasnya.

Selain itu, kelebihan desain buatannya adalah biodegradable. Bisa terurai dan diperbarui, meski berbahan dari polimer (plastik). Serta, bisa larut dalam tubuh berdasarkan menurut penelitian yang sudah ada. Sehingga, desain spiral ini menguntungkan.

"Karena Spirofold akan menjadi cetakan bentuk spiral dari sel yang tumbuh. Dan seiring berjalannya waktu akan luruh dan hilang, sedangkan sel tulang akan tumbuh kuat," terangnya.

Desainnya tersebut dikirim melalui online. Seperti peserta lainnya dari berbagai negara. Tidak disangka, desain buatannya itu terpilih sepuluh besar. Sedangkan empat peserta yang dianggap baik diminta presentasi kepada dewan juri melalui Skype untuk merebutkan peringkat tiga. Salah satunya desain milik pemuda kelahiran Bojonegoro, 9 Maret 1994. Namun, langkahnya harus terhenti pada babak final tersebut. Sehingga, berada di peringkat nomor empat. Sedangkan tiga peserta terbaik diundang ke perusahan polimer (plastik) tersebut. Meski perjalanannya harus terhenti, namun dia berhasil mengharumkan nama Indonesia. Terutama tanah kelahiranya Kota Ledre.

"Paling membanggakan lagi, rencananya desain saya akan dikembangkan perusahaan tersebut," pungkas mahasiswa yang pernah terpilih menjadi peringkat enam lomba jurnalis yang diselenggarakan Universitas Diponegoro (Undip) 2013 tingkat Asia-Tenggara tersebut. (haf/nas)

______________________________
Hasil kliping dari WEB JAWA POS - RADAR BOJONEGORO (edisi 15 Juni 2016)

Friday, May 12, 2017

Ketika OPOR* Tak Hanya Jadi Nama Makanan

*jadi kependekan dari OPORTUNIS misalnya

PROLOG
Tulisan kali ini lahir dari intisari sebuah hubungan manusia dengan manusia, suatu jalinan benang-benang indah yang terpilin dengan rapi melalui ukhuwah, entah itu ukhuwah dalam hal keimanan maupun ukhuwah secara general.

Namaku Karda, pada cerita kali ini aku tak akan memperkenalkan diriku secara gamblang. Karena justru aku akan memperkenalkan kawan "spesial" yang hingga saat ini sering bersinggungan dengan kehidupanku. Arai namanya, sejak beberapa tahun lalu kami sering terkoneksi secara unik. Dari mulai menjadi anak wali dari dosen yang sama saat kuliah S1, hingga sempat mendiami beberapa kelas yang sama saat masa perkuliahan. Banyak hal yang sudah terlalui begitu saja, bukan hal yang baik sih sebenarnya, karena sejujurnya kejadiannya banyak menjengkelkan. Ah, sudahlah... Sejujurnya aku ingin melupakannya, sampai pada akhirnya...

Kita ditakdirkan untuk bertemu di dalam satu lagi kawah candradimuka yang sama, bertemu di sebuah kampus dengan pemandangan yang indah. Kukira sifat-sifat kurang baik-mu (semacam egois, apatis, tak peduli orang lain, suka datang kalau butuh aja, dll) dulu akan mereda begitu saja, apalagi dengan bertambahnya usia, kondisi jauh sekali dari orang tua, dan apalagi kaupun telah berkeluarga. 

Sikap positive thinking telah melampaui akal sehatku, karena memang sejak masa orientasi di kampus teknik dulu aku mencoba mampu untuk menyerap segala esensi dan apapun pembelajaran yang bisa kudapatkan. Karena bagiku, sebagai full time life learner, tak akan pernah ada hal yang sia-sia dalam hidup, asal dimaknai dengan sepenuh hati.

Semester awal berlalu begitu saja, dengan berbagai macam "keluhan orang lain" akan sikapmu, yang entah mengapa tak pernah ditujukan padamu, melainkan diutarakan padaku, dengan alasan klasik: KAMU KAN KAWANNYA SEMASA S1. Menjadi sampah curhat dari mereka yang jengkel terhadap kelakuanmu seakan menjadi makananku sehari-hari. Sama sekali aku tak mengeluh, hal itu hanya kujadikan sebuah pijakan bahwa "aku tak boleh berlaku demikian, karena ternyata hal semacam itu adalah keburukan!"

"Eh, Karda! Temanmu itu lho, sombong sekali, masa' iya ketemu di jalan udah sama-sama lihat, akunya mau nyapa, eh dianya mlengos." ujar salah seorang kawan.
"Oh iya? Maafin dia, mungkin dia nggak tahu kamu, atau lagi nggak fokus gegara tugas dari professor." ujarku enteng

"Heh! Adik-mu tuh! Masa' iya, ditanyain sesuatu via chat balesnya lama banget, udah gitu pas jawab sama sekali nggak menjawab pertanyaan. Nih chat-nya (sambil menunjukkan percakapan padaku), jawabannya lho muter-muter, kalau nggak mau bantu mbok bilang aja!"
"Ampun, please ya, coba disampaikan saja langsung ke Arai. Ngapain laporannya ke aku sih?"
"Ya kamu kan temennya, bilangin lah!"

Lagi-lagi jawaban itu yang terlontar.
"Memangnya kamu bukan temannya?" batinku.

"Eh eh, itu Arai annoying banget sih? Giliran pas nggak ada butuhnya sama aku aja jarang nyapa, jarang  ngajak bicara. Sekarang dia minta bantuanku, ganggu-ganggu melulu, memang anaknya gitu ya?"
"Hmm? Nggak tahu deh, dulu kami S1 nggak se-lab kok," ujarku berusaha masih menutupi.
"Halah, empat tahun lho masak nggak kenal? Males aku sama anak kaya gitu!" tukasnya lagi.

Ya Allah, salah apa hamba, yang punya masalah siapa yang diomelin siapa. Meski sejujurnya aku ingin menyampaikan apa kebenaran dari sifatmu sejak dulu, tapi apa daya, lisan ini berusaha kujaga demi menutupi aib saudaraku sendiri. Sampai pada banyak keluhan-keluhan lainnya yang jika kuceritakan satu-satu sepertinya pembaca akan bosan membaca ulasanku kali ini. Hingga pada suatu ketika nampaknya diri ini pun tak kuasa menahan sakit hati juga.

"Eh Karda! Kalau kamu punya bahan jawaban tugas tuh bagi-bagi dong! Jangan disimpen sendiri!" ujarmu padaku suatu saat.
"Hei? Aku aja baru ngerjain tengah malam lho," kataku santai.
"Ah, padahal mata kuliah semester lalu aku selalu bagi bahan," imbuhnya lagi di depan banyak orang.

Ini sudah tidak sehat, bukan lagi cara mengingatkan atau menegur yang elok. Ini salah satu upaya untuk mengesankan keburukan. Sejujurnya saat itu aku emosi, ingin rasanya aku membalas dengan ucapan:
"sorry ya, sebelum kamu kasih bahan pas semester lalu, aku udah dapet dari teaching asistant lebih dahulu. Jadi tanpa kamu kasih pun aku bisa ngerjain!"
tapi lagi-lagi lisan ini tertahan, karena aku paham saat itu di depan umum. Yang aku heran adalah, mengapa kau tak mencoba mencari tahu bahan tersebut jika ingin mendapatkannya? Toh sumbernya juga dari orang-orang yang sama-sama kita kenal. Sungguh aku heran, padahal aku mendapatkan bahan tersebut juga dengan perlahan bilang "minta tolong" pada senior yang sudah terlebih dahulu melakoni mata kuliah tersebut, dan tanpa menunggu waktu lama, mereka dengan baik hati memberikannya.

Yang aku heran adalah mengapa kau hanya menegur seseorang jika ada butuhnya, tapi sering abai dan tak menyapa ketika tak ada urusan dengannya. Apa sih salahnya memanggil atau tersenyum? Statement ini berdasar, karena banyak orang mengeluhkan demikian tentangmu padaku. Dan lagi, tentang kebiasaan mengentengkan jadwal ngelab dari professor...

"He seldom comes to lab on time or stay in lab until late like you, why?" kata salah seorang kawan internasional yang ada di labku.
"I don't know, maybe he has another work. And why you don't ask him by yourself?" jawabku singkat.

Pernah aku menyampaikan itu padamu? TIDAK sama sekali, karena kuharap sang penanya akan menanyakan padamu sendiri, dan pada akhirnya kamu akan ter"tampar" dengan sendirinya. Dan mengubah sikap kurang baikmu sendiri.

Banyak hal yang sejujurnya aku ingin sampaikan padamu, tentang peringatan-peringatan yang mereka sampaikan padaku, tapi apa daya aku bukan siapa-siapa kok bagimu, hanya ORANG YANG BISA DITEGUR KETIKA ADA BUTUHNYA, DAN DIKOMPLAIN KETIKA AKU MELAKUKAN HAL BURUK DI MATAMU.

Mengapa memakai capslock? Ya, karena aku pun ternyata merasakan hal yang sama dengan orang-orang yang mengeluhkan tentang kelakuanmu.

Di hari Selasa lalu, beberapa saat setelah meeting selesai, aku duduk di lobby gedung kita, dalam gelap. Jelas sekali kau melihatku, menengok ke arah tempatku duduk. Niat hati ingin balas menyapa jika kau menegurku. Tapi ternyata apa yang terjadi? Kau memalingkan muka dan melanjutkan perjalanan menuju pintu keluar. Entah saat itu memang kau sengaja memalingkan muka karena tahu bahwa kau SEDANG TAK BUTUH aku, atau memang kau tak tahu bahwa itu aku. Aku masih berusaha positive thinking padamu, meski mulai berat.

"Lho itu tadi bukannya TEMAN-mu ya, Kar?" ada penekanan di kata TEMAN, tanya dua sejoli yang saat itu ada di dekatku.
"Iya," jawabku malas, aku paham ke mana arah pembicaraan mereka.
"Tadi lihat, kok nggak nyapa?" selidik mereka. Kujawab dengan angkat bahu, tanda malas menanggapi. Karena sudah sering ignorance-mu semacam itu melandaku, jika kau TAK ADA BUTUHnya denganku. Berbeda 180 derajat ketika kau sedang membutuhkan bantuan.

"Oh brother, ini 2017 lho! Kita udah kisaran usia 22 atau 23 tahun lho! Masih aja APATIS dan OPORTUNIS semacam itu? Paham kok, kita tak selalu butuh orang lain, kita juga bisa berusaha sendiri dengan tanaga dan pikiran kita sendiri, tapi apa salahnya sih membangun relasi yang baik dan tak sekedar pencitraan "jadi baik" saat ada butuhnya aja? Tolong lah, mari mengubah sikap BODOH semacam itu. Aku muak dengan keluhan mereka terhadapmu. Ada api yang menjalar pasti ada pemantiknya kan? Dan pemantik itu bukan dari orang yang bereaksi terhadapmu, coba BERKACA deh! Kamu berlaku seperti apa ke mereka sehingga mereka mengeluhkan hal-hal negatif itu tentangmu? Please brother, hidup kita masih panjang, dan kita makhluk sosial. Aku paham sekali kamu lebih ahli dan expert dalam pengetahuan hab'luminAllah, yang otomatis seharusnya kamu pun bisa menerapkan hab'luminannas lebih baik dari orang lain."

Maaf jika aku terkesan marah atau seperti apa, ini semata-mata hanya demi kebaikan kita bersama, agar apa yang kita lakukan bisa diterima bagi lingkungan sekitar kita. Karena seyogyanya makhluk sosial adalah mampu berinteraksi satu sama lain dan beradaptasi dalam komunitas masyarakat.

PROLOG
Sejujurnya satu hal yang aku ingin sampaikan di tulisan kali ini adalah: please jangan bebal. Ubah sikapmu pada mereka jika ingin orang lain memberlakukan sikap yang positif juga kepadamu. Mulailah PEDULI dengan orang di sekitarmu, Bukankah MENYAPA atau sekedar TERSENYUM pada orang lain ketika bertemu adalah ibadah paling mudah? Dan lagi, perbaiki hubungan dengan siapapun, baik ketika kau memerlukan ataupun tak membutuhkan bantuan mereka!!!

Friday, May 5, 2017

Redefinisi BADAI dan PELANGI

PROLOG
Delapan bulan lebih menggeluti dunia baru dan bidang yang 100% tak terbayangkan untuk ditekuni sebelumnya membuat seseorang terpaksa mengakselerasi dirinya jauh lebih cepat dalam proses pendewasaan. Bukan hanya dalam hardskill yang memang seharusnya didapatkan dalam perjalanannya, bahkan lebih dari itu: tentang proses menguatkan hati, juga meredefinisi sebuah makna penting kehidupan.


Sudah satu bulan lebih ujian datang bertubi-tubi, ada banyak problematika yang tak bisa dipikirkan secara enteng dan santai seperti biasanya. Bahkan kebuntuan logika sempat menyergap masuk ke dalam sudut pandang yang "seharusnya" telah terekspansi. April 2017 menjadi bulan yang melelahkan sekaligus menjemukan, bahkan sejak awal kedatangannya, setidaknya bagiku. Tapi maksud tulisan kali ini bukan untuk menorehkan keluh kesah dan juga membagi kesedihan kok, tenang saja! Justru tulisan kali ini dibuat atas dasar sebuah panggilan hati untuk memberikan redefinisi dari intisari permasalahan yang kudapatkan.

Tepat di akhir masa-masa sulit bulan April 2017: awal Mei. Bulan ke-5 ini baru dua hari menunjukkan atmosfernya, gloomy: lebih sering mendung sepanjang hari, dan berlalu saja tanpa ada hal-hal spesial selain hasil diskusi tentang migrasi topik risetku sehari lalu bersama profesor. Sejujurnya inilah pemantik utama keinginanku menuliskan sesuatu kali ini.

Pagi itu aku sengaja baru berangkat dari dormitory pada pukul 10.30 (padahal seharusnya jam kerja laboratorium dimulai pukul 10.00-18.00 setiap harinya). Tak langsung menuju ruang kerja, aku sengaja mampir ke kedai waffle favorit mahasiswa seantero kampus. Bermodal NT$ 90 aku menikmati sejuknya pagi itu dengan waffle ber-topping Chocolate and Cream dan segelas Matcha Latte hangat.

"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumussalaam..." jawabku.

Ternyata kawan Muslimku yang berasal dari Mesir berjalan mendekati kursi tempatku berada. Namanya Mohammad Amin, dia orang yang ramah dan sederhana, kami akrab karena beberapa bulan lalu aku menjadi orang pertama yang ia ajak berinteraksi ketika dia baru tiba di kampus. Dia adalah seorang mahasiswa master di departemen Kimia, yang masuk ke kampusku pada semester Spring 2017 (satu semester setelahku). Obrolan pagi itu tak jauh-jauh dari pertanyaan tentang kabar dan progress laboratorium masing-masing. Sampai tibalah pada sebuah topik ringan tapi mengena tentang suatu hal.

"Hey, why did you call it as failed?" tanyanya sedikit tak terima.
"Because it was happened to me," jawabku santai.
"Come on brother, let me ask you: what is fail in your opinion?"
"Simple, fail is a deviation of my target-hope-goal with the reality," jawabku masih santai, sembari menyeruput minumanku.
"Did you learn something from your progress? Come one!" ujarnya masih tak sepakat.
"I won't call it as fail if someone told a similar problem like mine. I'll call him/her just in learning progress. Basically, I know your mind, I just call my learning progress as fail only for burning my spirit," terangku.

Dan tampaknya keteranganku bisa diterima dengan baik olehnya, senyumnya mengembang, "MashaAllah, yeah I'm agree with you." Lalu obrolan berlanjut beberapa menit, hingga sebuah konsep dasar tentang gagal menjadi clear di antara kami, sebelum akhirnya saling berpisah dan kembali ke gua Hira' masing-masing.

Kegagalan bukan sesuatu yang sepenuhnya salah, kita bebas mendefinisikan gagal kita sendiri. Bisa jadi gagalku dan gagalmu berbeda makna, tapi toh memang kita sendirilah yang merasakannya, tak ada yang sepenuhnya salah. Kegagalan tak jarang akan mengantarkan kita pada sebuah pembelajaran baru. Pernah dengar pepatah yang mengatakan bahwa "pengalaman adalah guru yang paling berharga"? Jika iya, maka bias makna pengalaman juga dapat diartikan sebagai kegagalan. Dan gagal adalah salah satu hal yang berhasil memberikan kita framework pengetahuan baru untuk lebih bisa bermanfaat di masa depan.

"Bagaimana bisa?" ini adalah frequently asked question yang paling sering dilontarkan orang-orang yang diskusi denganku tentang hal ini.

Jawabannya mudah: karena pengalaman "gagal" akan memberikan kita ruang untuk menebalkan sistem imun terhadap kekecewaan. Bahkan dengan pengalaman "gagal" yang pernah kita terima, kita bisa mencegah orang lain untuk menempuh jalan yang menuntun pada kegagalan yang sama, seperti yang telah kita derita. Logis bukan?

Dan lagi, kegagalan juga akan membantu kita untuk mengenal lebih jauh tentang diri kita. Dia adalah instrumen terbaik untuk bermuhasabah, sehingga kita mampu meredefinisi ulang PELANGI: kebahagiaan, dan hal ini akan aku terangkan setelah ini. Tapi sebelumnya aku ingin menyelesaikan pembahasan tentang BADAI: kegagalan, ini terlebih dahulu.

Kasus lain: seringkali kita mendengar seseorang merasa kehilangan harapan dan semangat untuk bangkit memperjuangkan tujuannya hanya karena "merasa" gagal di suatu bidang tertentu.

Benar? Atau justru kita sendiri yang sering mengalaminya.

Penjelasan sederhananya (jujur, hal ini baru secara konkret kuformulasikan berdasarkan pengalaman saat 30 hari terakhir kegagalan bertubi-tubi dalam eksperimen yang kulakukan terjadi). Jika kita kembali merujuk pada definisi gagal yang kubuat tadi, bahwa "dia" adalah deviasi dari target dan realita yang terjadi, maka frustrasi akan dengan mudah muncul jika keberhasilan kita sebelumnya (yang mungkin pernah kita raih di bidang yang "telah" kita kuasai) tidak terjadi lagi di bidang yang kita tekuni saat ini. Perlahan-lahan, resapi kalimat barusan.

Oke, siap lanjut lagi?

Analogi sederhananya adalah "mungkin" kita telah menguasai laut kita sebelumnya, dan ternyata entah karena alasan apa, sekarang kita mencoba mendaki gunung. Yakinkah bahwa si anak pantai, yang sejak awal bergelut dengan ombak dan menginjak-injak pasir tiba-tiba mendaki gunung tanpa ada masa inkubasi?

Itulah yang terjadi pada saat "gagal" menimpa kita. Kita sedang berada dalam masa inkubasi, di dalam zona waktu kita masing-masing. Tentang zona waktu ini tak perlu dibahas terlalu dalam, karena aku yakin kita semua telah memahami apa maksud dari zona waktu kita masing-masing. Ya, itulah yang terjadi, kita sedang ter-inkubasi, sedang dalam tahap membungkus diri menjadi kepompong yang dibalut kesabaran sebelum bermetamorfosis untuk menaklukkan gunung yang sedang kita daki. Jelas? Logis? Jika belum, sangat disarankan untuk berdiskusi dengan orang-orang di sekitar kita untuk membuka pikiran tentang ini.

Oke, teorema sederhana tentang kegagalan tuntas kita bahas.

Selanjutnya beralih pada PELANGI, yang kaitannya sangat dekat dengan BADAI yang barusan kita bahas di dalam masa inkubasi.

Epilog novel Hujan karya Darwis "Tere Liye"
"Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal menyakitkan yang mereka alami."

Kira-kira begitu kutipan di kalimat terbawah di gambar tersebut. Mulai paham ke mana arah kalimat ini? Kali ini aku mengajak kita semua (termasuk diriku sendiri) meredefinisi lagi istilah PELANGI: kebahagiaan, yang selama ini kita tanamkan ke dalam diri masing-masing.

Seringnya:
Kebahagiaan itu kalau bisa menikah denganmu di saat tertentu, kalau bisa menyelesaikan studi tepat waktu, IP cumlaude, diterima kerja di perusahaan bonafide, kalau bisa kaya dengan nominal gaji sekian per bulan, dan blablablablabla...

Lupakan itu semua! Kali ini, di tulisan ini aku meredefinisi tentang kebahagiaan (setidaknya jika kalian tak mau menerimanya, biarkan ini berlaku bagi diriku sendiri). Kebahagiaan adalah seberapa kuat dan tabah kita dalam memeluk kegagalan, kesedihan, dan hal-hal mengecewakan yang pernah kita alami. Dan menggantikan semuanya dengan satu hal: BERSYUKUR.

Berat? Terkesan hanya OMONG DOANG?

Tentang berat, ya, kujawab: "jelas sekali itu berat". Tapi berat bukan berarti tak mungkin dilakukan, bukan? Dan tentang kesan om-do, sekali lagi kuterangkan, tulisan ini lahir dari sebuah kegagalan itu sendiri. Hal-hal sederhana dan analogi aplikatif tentang BADAI dan PELANGI ini baru bisa secara konkret kuformulasikan berdasarkan pengalaman saat 30 hari terakhir: kegagalan bertubi-tubi dalam eksperimen yang kulakukan terjadi.

Jadi sudah jelas, segala formulasi yang kutulis di sini telah terbukti! Aku berhasil memeluk rasa sakit dan kecewa yang kualami kala itu, dan pada akhirnya, PELANGI baru kudapatkan. Harapan baru berhasil kurumuskan, bersama optimisme baru yang kemarin terselip entah kemana saat bayang-bayang gundah gulana itu menelisik masuk ke dalam pemikiran.

Terakhir, ada sebuah cara ampuh untuk "perlahan" menghapus BADAI dan menggantikannya dengan PELANGI dalam hidupmu. Kalau kata Ust. Teuku Hanan Attaki, "hatimu tuh yang menggenggam Allah SWT (Tuhan), jadi kalau perasaan lagi galau, sumpek, nggak bersemangat, kuncinya apa? Dekati Dia, yang memegang dan memeluk erat hati kita, sang Maha Pembolak-balik hati: ISTIGHFAR!"

Jadi jelas kan definisinya sekarang?
Ya sudah, kalau sudah tahu gini kan enak, aku pun jika di tengah perjalanan hidupku nanti ternyata menemui perasaan yang sama dengan sebelum menelurkan tulisan ini, biar bisa segera tertampar dengan tulisan yang kuketik sendiri ini.


EPILOG
Jangan lupa bahagia ya guys!
Dan lagi, kalau butuh asupan, bisa juga pakau dopping coklat sebagai penenang kegalauan, tapi jangan lupa makannya berdoa dulu, ngunyahnya sambil dzikir, biar lebih tenang.

Kayak gini nih contohnya:
coklat pemberian kawan PhD yang mendiami ruang kerja yang sama denganku,
dia barusan pulang dari USA untuk magang penelitian

Wanna support???