Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Wednesday, December 17, 2014

Analogi Hati dan Ekspresi: Edisi INTROSPEKSI dan GENGSI

PROLOG
   Bermain kata, bermain ekspresi, juga bermain hati. Kali ini kau mencoba sesuatu yang baru, mendefinisikan sesuatu dari sebuah sudut pandang ganjil seorang manusia. Memang sih kau bukan ahli untuk bidang itu karena memang ilmu perkuliahanmu bukan memelajari tentang hal-hal seperti itu. Tapi apa salahnya calon dokter Material dan Metalurgi mencoba mencari tahu tentang apa yang tak pernah didapatnya di bangku perkuliahan. Karena hal itu kau dapat dari sosialisasi, hubungan dengan orang lain dan bahkan sekedar mengobservasi interaksi orang lain dalam diammu.

   Kembali menyinggung tentang sang Kotak Ajaib yang jumlahnya sudah tak sedikit lagi di muka bumi, ada bermilyar-milyar bentuk Kotak Ajaib di bumi ini. Lalu apa urusanmu mengangkat topik tentangnya? Tak banyak, yang pertama adalah tentang INTROSPEKSI. Menjadi evaluator, penilai hal buruk orang lain, atau bahkan mengorek-ngorek kesalahan orang lain, yang sangat mudah dilakukan. Bahkan lebih mudah jika dibandingkan dengan mengupil di dalam kamar kos, tanpa harus malu, tanpa tedeng aling-aling. Lalu pertanyaannya adalah, pernahkan kau berpikir tentang perasaan mereka, kotak ajaib lain yang kau beri perlakuan itu?
   Menanggapi pertanyaan seperti di atas, banyak anak gaul jaman sekarang dengan entengnya berkata, "Ah, baper* banget sih digituin aja udah gak enak? Lemah!!!"
   Haha, sedikit tergelitik dengan ucapan seperti itu, karena asal tahu saja, sebenarnya ucapan seperti itu tak jauh berbeda dengan "Bukan urusan saya" lho. Memang menilai orang lain itu perlu jika untuk memberikannya refleksi tentang dirinya, tapi jika selalu mencari-cari celah kesalahan, apakah itu baik? Mari merenung sekali lagi, tanyakan pada diri sendiri. Karena lidah bukan pedang, yang ketika menghunjam akan menunjukkan cipratan darah dan luka yang menganga. Tapi sakit dari apa yang ditimbulkannya menjadi luka terdalam yang akan terus ada di memori manusia, lebih dalam dan lebih sakit daripada pedang. Kau sudah sering mengalaminya mungkin, dan kali ini ingin menuliskannya agar tak ada orang lain yang mengalami hal yang sama. Berkata-katalah jika yang ada di balik kemudi dari kata-katamu adalah logika, tapi lebih baik diamlah ketika nafsumu sedang duduk santai memainkan peran dalam kata-kata yang akan kau ucapkan. Kritikan dengan kata yang baik lebih membangun daripada dengan hinaan dan cercaan. Bismillah, semoga kita selalu dihindarkan dari ketidakmampuan untuk berINTROSPEKSI.

   Kali ini tak cukup di sini saja, masih ada lagi case baper* lainnya yang akan sedikit membuat kau berhasrat untuk menulis sesuatu tentangnya. Yaitu tentang rasa malu dan segan untuk memuji dan mengakui kelebihan orang lain, atau bahasa singkatnya GENGSI. Gengsi merupakan salah satu penyakit yang sering menghantui setiap kotak ajaib di bumi ini. Padahal di dalam berinteraksi dengan orang lain, sikap "malu dan segan untuk memuji dan mengakui kelebihan orang lain" ini sangatlah mengganggu. Karena apa? Jawabannya adalah apapun yang dilakukan, ditelurkan, dan dihasilkan orang lain adalah "remeh" baginya, "sudah pernah dia dapatkan", dan yang bahaya lagi adalah anggapan "ah, nggak penting". Karena dengan setiap anggapan dan perasaan itu hadir di dalam benak kita, akan ada satu pintu pembelajaran yang tertutup bagi pendewasaan kita.
   Menurut Freddy Liong dalam bukunya SUCCESS @ WORK, "Bila setiap orang yang berinteraksi dengan Anda memerlukan 'kekuatan ekstra' karena anda menyebalkan, sombong, SUSAH MENERIMA PANDANGAN ORANG LAIN, selalu membuat orang lain jengkel, maka Anda termasuk energy sucker." (hal. 46)
   Yang dalam interpretasi luas, energy sucker merupakan orang-orang yang patut untuk dihindari daripada sakit hati. Dan anggapan dari si energy sucker ini, setiap orang yang kecewa dengan dirinya, dengan omongannya, adalah baper*.
   Ada satu case dari pengalaman seorang kawan yang memiliki hobby membuat quotes dan ingin memotivasi orang lain, tapi semangatnya harus sejenak teredam hanya karena salah seorang energy sucker. Saat di mana dia menyebarkan sebuah quotes yang menurut beberapa orang kawan yang lain "cukup memotivasi", tapi sangat disayangkan, sang energy sucker harus mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak diucapkan. Kira-kira visualisasi ucapannya seperti ini, "Quotesnya mirip sama yang sering diomongin si A, seseorang yang memiliki jabatan XXX. Copast nih!" Padahal mungkin quotesnya hanya mirip, lalu apa yang salah? Jangan bilang ini hanya kerjaan si baper* lagi ya...
   Haha, bukan tentang baper* atau tidak, sekali lagi apa salahnya sih mengapresiasi apa yang orang lain telah hasilkan, telurkan, atau lakukan? Mungkin pemilihan diksi dan redaksional yang pas dalam berkata sangat penting. Bisa saja si quoters ini akan berhenti memotivasi lewat quotesnya hanya karena dia takut disangka copast, atau hanya karena kata-kata yang dia buat "mirip" dengan kata-kata yang pernah orang lain (yang mungkin telah berJABATAN) katakan.
   Mengapa tidak diresapi saja quotesnya, atau mungkin malah dijadikan sebagai semangat, entah siapapun yang membuat, mirip atau tidak dengan quotes yang pernah didengar, itu urusan belakang. Toh, tak penting hanya mengorek-ngorek tentang apa yang tersurat, karena sesungguhnya jauh lebih penting untuk memahami yang tersirat terlebih dahulu, untuk memudahkan diri dalam mengetahui apa arti yang sebenarnya dari apa yang tersurat. Interaksi dengan orang lain itu mudah dalam sebuah awalan, tapi untuk mempertahankan interaksi yang baik dengan meminimalisir rasa sakit hati itu sulit. Seperti kata Rockfeller (yang mungkin kau pun tak tahu siapa dia) dalam quotenya, "Kemampuan berinteraksi yang baik dengan orang lain lebih berharga dibandingkan dengan semua keterampilan lain." (tertulis di dalam buku SUCCESS @ WORK oleh Freddy Liong halaman 45).
   Dan kasus di atas bisa saja ditarik dalam sebuah akar yaitu GENGSI, rasa malu dan segan untuk memuji dan mengapresiasi apa yang telah  orang lain hasilkan. Padahal jelas di dalam Al Qur'an juga dinyatakan, bahwa iblis harus diusir dari surga karena rasa GENGSInya terhadap Nabi Adam as.

"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" dan sang iblis menjawab, "Saya LEBIH BAIK daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS. Al-A'raaf [7]: 12)

EPILOG
   Untuk itu, tanpa harus menyudutkan sang energy sucker, atau membuat kotak ajaib yang lainnya merasa tak enak, mari kita sudahi dulu untuk pembahasan tentang baper* kali ini. Yang perlu dilakukan bukan saling menghakimi atau saling membenci, mari segerakan berINTROSPEKSI dan menjauhi rasa GENGSI untuk membangun sebuah interaksi dengan orang lain yang lebih baik lagi. Kau bukan yang paling benar, begitu pula mereka, dan kau juga tak salah, begitu juga mereka. Mari saling memperbaiki dalam lingkaran keberagaman yang memang tak dapat kita hindarkan. Karena menjadi PEJUANG KEBERAGAMAN tak akan pernah bisa tercapai tanpa dimulai dari diri sendiri.



baper* = bawa perasaan

No comments:

Post a Comment

Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...

Wanna support???