Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Wednesday, September 6, 2017

SVE17 3.0: Story about You, Distance, and Relationship

PROLOG
Pernah membaca kisah tentang Rafi Handha dan Raniasa di June in Jakarta: A Relationship Stories? Jika belum, kusarankan segera pergi ke sana dulu, karena cerita kali ini akan membahas tentang mereka lebih jauh lagi.

"Mas, kamu sampai di sini jam berapa?"
"Ini lho baru masuk Jakarta, tapi nggak tahu stasiun apa."
"Ya udah nanti kalau sampai langsung telepon adek ya!"
"Okey!!!"
"Mas di mana?"
"Adek udah di stasiun kah?"
"Eh udah, adek lihat mas..."
Itu semua percakapan yang terjadi sebelum kami tepat bertemu di tanggal 12 Agustus 2017.

Pukul 08.40, pagi itu ada seorang gadis berkerudung biru dongker yang menjemputku di stasiun kereta api, imutnya masih sama, manisnya juga, mungilnya pun tak berubah.
"Ah, si cantik yang selama ini cuma bisa kutemui via layar smartphone atau laptop," batinku.

Sejak lama, semenjak aku belum berangkat ke Indonesia untuk liburan summer, aku telah membeli tiket kereta pulang-pergi untuk momen kali ini. Sebelas Agustus sampai dengan 14 Agustus, yang pada hari terakhir nanti, sekaligus kumanfaatkan untuk pergi ke salah satu yayasan yang bergerak di bidang kemanusiaan demi kepentingan silaturrahim dan penandatanganan MoU untuk Gerakan Ikamat ITS Berdonasi (GRADASI). By the way, posternya juga sempat mampir di tulisan paling akhir dari posting-an SVE17 1.0 kok.

Flashback
Sekitar bulan September 2012, aku yang masih bersemangat dengan segala hal berbau facebook dan twitter, suka sekali dengan jabatan repot-tak bergaji bernama administrator dari media sosial. Menjadi salah satu admin di grup angkatan Teknik Material dan Metalurgi 2012 dan juga twitter @metalurgi2012 (sebelum akhirnya menyerah dan undur diri dari kancah per-twitter-an di semester berikutnya) adalah salah satu jabatan role yang tak pernah kusesali. Karena tragedi salah mention antara @metalurgi2012 dan @metalurgiui2012 yang Tira lakukan adalah kesalahan termanis yang pernah terjadi jika kuingat-ingat. Sebelum pada akhirnya kami kenal, menjadi kenalan biasa selama satu setengah tahun karena sama-sama memiliki pujaan hati masing-masing di masanya.

Kami yang jarang berinteraksi selain via twitter/facebook, suatu hari yang cerah kami dihubungkan kembali oleh-Nya melalui pencarian informasi mengenai mobil Sapu Angin yang ingin ia dapatkan (entah dulu untuk urusan apa, atau emang modusnya dia ya? *eh) via sms dan pada akhirnya berpindah interaksi ke LINE messenger. Setengah tahun menjadi teman biasa hingga saling curhat satu sama lain. Satu semester selanjutnya kami menjadi kenalan yang kelewatan, dan naik level menjadi sahabat setelah ternyata saling nyaman satu sama lain (efek sudah sama-sama single juga kali ya?). Hingga tibalah saat di mana angkatanku (atau tepatnya himpunanku: HMMT) mengadakan Kunjungan Industri, dan kami pun dijodohkan kembali untuk bertemu, bertatap muka, dan berbincang dalam kondisi live tanpa media apapun kecuali udara. And then, satu minggu kemudian muncul pertanyaan dariku untuk dia, yang awalannya adalah kata-kata hasil download dari internet (asli nggak banget sebenernya, hahaha)

Udah berapa tahun kata-kata ini bertengger di memori smartphone ya? Bahkan sampai ganti smartphone pun masih tertinggal di memorinya.
 May I trust you?

Oh iya, namanya Tira Kurnia Saputri, yang di kisah sebelumnya kusebutkan sebagai Raniasa. Dia mahasiswa alumni Teknik Metalurgi dan Material, Universitas Indonesia yang sekarang sedang berjuang dengan pekerjaannya di sebuah perusahaan manufaktur yang berlokasi di Karawang. Oke, back to flashback, setelah beberapa hari dia kebingungan dengan maksud pertanyaan absurd dan mendadak semacam itu dariku, barulah berhasil menjawab "iya" ketika kutelepon untuk memastikan jawabannya (karena menurutku durasi berpikirnya sudah melewati masa tenggang *eh).

Saturday
Dan pagi itu tanpa basa-basi, aku diajak ke rumahnya setelah prosesi penjemputan di stasiun kereta api. Seperti di kisah sebelumnya aku kembali diajak untuk menikmati perjalanan ibukota dengan berbagai moda transportasi (bagian menarik tentang hal-hal semacam ini InshaAllah akan dibahas di spin off pada seri SVE17 selanjutnya).

Dengan beberapa suntingan dan proses sensor (*eh), based on kisah yang ia tuliskan sendiri via notes di LINE yang dikirimkannya padaku, saat itu:

"Sesampainya di rumah, kita makan dan ngobrol-ngobrol, ketemu mama sama bapak, juga Adin. Eh tiba-tiba mas minta tanganku, dan ngasih cincin (wkwkwkwk... Heran, ga ada romatis-romantisnya dah lu, mas -_- sebal). Terus selesai prosesi unofficial itu kuantar mas ke penginapan, untuk mandi dan siap-siap ke kondangan temenku, sekaligus tetangga dekat rumah."

Ya, memang hari itu aku diseret langsung sekeluarga untuk hadir di undangan pernikahan teman Tira, yang juga tetangganya. Dan dari sinilah aku paham, bahwa budaya hajatan di sekitar rumahnya (Depok) undangan terbagi antara 1) dari orang tua mempelai; 2) undangan mempelai sendiri. Sungguh, khazanah budaya baru yang kukenal, karena selama ini setahuku undangan pernikahan itu ya langsung kuantitas keseluruhan gitu, tanpa pandang undangan untuk anak maupun orang tuanya (hihihi). At least, satu checklist keinginannya terpenuhi untuk kondangan bareng aku lah ya ^_^

Ini salah satu foto yang menghebohkan dunia persilatan DM instagramku beberapa waktu lalu, bagaimana tidak? Tak sampai lima menit setelah pajang, berbelas-belas DM masuk tiba-tiba. Hahaha
Saat itu tak ada kesepakatan matching, asal warna senada it's ok lah ya...

Lalu agenda kami pun berlanjut, dari siang itu kami keluar muter-muter Depok. Tujuan utamanya memenuhi hasrat narsis dan mengabadikan momen bersama yang sangat amat jarang terjadi. Maklum tjuy, dua tahun lebih LDR baru ketemu lima kali. Literally excited sih pasti ya? Hahaha.

And here we are, konsepnya emang pakai jas almamater masing-masing dan niatan ringing shoot pun tercipta begitu saja tanpa terencana sebelumnya.
Setelah foto kalian ngapain?

Kami nonton bareng untuk pertama kalinya, hahaha. Dan filmnya pun random parah, kami nonton film tentang para monyet di masa depan yang berperang melawan manusia dan sebaliknya hanya untuk berjuang hidup dengan hukum rimba yang dianut masing-masing. Keluar pas maghrib banget, lari ke mushalla Mall, yang dilanjutkan nongkrong di sana sampai isya' sekalian.

"Mas, kamu laper nggak?"
"Banget, yuk dinner yuk!"
"Kamu mau makan apa?"
"Apa aja lah yang penting sama kamu..."

Itulah beberapa percakapan gombal ala-ala abege labil yang kami lakukan sebelum makan malam.

Muka-muka kenyang pasca melibas habis seloyang pizza dan semangkuk pasta beserta minumannya.
Yang gara-gara foto ini juga, mbak April tiba-tiba DM via Instagram:
"Aseeek, sumringah banget adikku lanang siji iki..."
Hahaha, sungguh mbak-tak sedarah yang sangat amat perhatian sama adiknya.

Sunday
Hari ini adalah satu-satunya hari yang benar-benar terencana oleh kami berdua. Ya, jelas sekali, karena destinasinya terstruktur dan terjadwal. Nggak usah diceritain lah, mending langsung posting foto-fotonya aja ya...

Jepretan pertama ini ada di salah satu spot Seaworld, Ancol
Masih di Seaworld, btw mikirin apa tuh?
Terus ada yang minta difotoin sama ikan pari
Kalo ini siluet ala-ala di spot ubur-ubur
Dan kalau kata Tira ini foto favoritnya dia, entah kenapa -_-
"Mas, aku kucel banget nggak sih di sini?"
"Ah enggak kok, masih cantik, masih chubby..."
Selesai puas jalan-jalan di sana, yang katanya baru kali ini dia ke sini lagi setelah jalan-jalannya bersama mama dan bapak waktu TK dan merasakan peningkatan harga tiket masuk 10 kali lipat (hahahaha, maklum lah udah berapa belas tahun), kami meluncur ke tempat makan. Sebelum pada akhirnya menyusuri jalanan ibukota dengan bus transjakarta.

"Muter-muter sampe bego nih kita," katanya ngedumel.

And finally, we're arrived di Kota Tua yang sore itu ramenya Subhanallah...

Jepretan tanpa kelihatan kucel sore itu disponsori oleh front camera dari ASUS Zenfone 3 Max
Muter-muter aja sesorean di situ
Dan ini jepretan terakhir sebelum melanjutkan perjalanan muter sisi lain dari Kota Tua
Ah, ternyata memang hari itu akan terasa lebih singkat jika dilalui dengan berbagai kegiatan, apalagi ditambah kalau lagi bahagia dan berbunga-bunga *eh.

Nggak papa lah untuk tulisan kali ini aku kolaborasi sama tulisan Tira, karena di sesi ini pun aku mengutip notes-nya yang bertengger di LINE:

"Nggak nyangka asli bakal serame itu, pusing kepalaku. Dan sebenarnya di sana sih cuma foto-foto doang, jalan-jalan gitu. Sampai Maghrib akhirnya kita cari masjid, pakai drama salah jalan lagi kan. Udah kaki pegel banget, ada salah jalannya pula. Mau minta gendong rasanya waktu itu, tapi kasihan kamu pasti nggak bakal kuat (hahahaha). Abis sholat Maghrib kita tjus naik KRL dan pulang ke Depok. Untung dapat tempat duduk, dan keretanya lengang, jadi pegelnya bisa ilang dikit-dikit. And finally sampai rumah, dan kamu ngobrol-ngobrol banyak sama keluargaku sebelum mereka akhirnya pada masuk ke ruang TV."

Mulai lah drama galau terjadi malam itu, dia yang galau mau ditinggal udah diem dan cemberut mulu. Dan di sisi lain aku yang udah bingung harus gimana cuma bilang, "Adek jangan diem dong, cemberut mulu! Besok masnya udah balik itu mbok ya diajak ngobrol, dibecandain..."
Hahaha, tapi ya dasarnya memang gitu anaknya, akhirnya jam 22.00 aku diantar kembali ke penginapan.

Monday
Ah, skip aja deh hari ini. Agendanya cuma ketemu Zulfa, sahabatnya Tira yang mau nikah awal tahun 2018 nanti. Pertama kalinya aku ketemu dan dikenalin sama Zulfa, biasanya sih cuma PM-PMan doang kalau pas mereka lagi bareng tapi si Tira nggak ada koneksi.

Lah ngapain PM?

Ya, ngabarin aja sih, mereka lagi di mana. Karena emang itu kebiasaanku sama Tira, untuk saling mengabarkan kondisi terkini dari hari-hari kami.

Sisanya hari itu ngapain?

Ke Menara 165, diskusi dan tanda-tangan MoU untuk GRADASI sama Yayasan ACT, dan pulang. Dan saat pulang kali ini nggak ada drama kok, karena memang kita sudah saling mempersiapkan diri untuk nggak lagi sedih dan menyerah dengan kerasnya hantaman long distance relationship yang berlangsung lebih dari dua tahun. Eh, tepatnya dua tahun empat bulan sih hari ini :)

EPILOG
Thanks ya dek, kamu udah mau jadi partner tersuper, yang meski cengeng dan sering nangis, tapi nggak pernah sekalipun menyelipkan air mata waktu kita ketemu atau video call. Selamat menjalani hubungan jarak jauh di fase selanjutnya!!! We're into next level now :*

2 comments:

Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...

Wanna support???