Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Friday, September 22, 2017

SVE17 4.0: Time to Go "Home" and Back to Work

PROLOG
Dan lagi-lagi, tulisan kali ini lahir dari manifestasi kesumpekan pekan ini yang disponsori oleh horizontal furnace. Memang sih, faktanya setiap furnace selalu punya tipikal yang sama: mudah dipanaskan tapi selalu lambat dalam penurunan temperatur saat annealing process. Dan kalau minggu lalu sumpeknya akibat temperatur furnace-nya lama turun saat annealing, eh minggu ini giliran ada seorang mahasiswa se-laboratorium yang secara serampangan menancapkan furnace (yang seharusnya) kerja di voltage 110 V ke port 220 V. Alhasil? Rusaklah beberapa komponennya. Untung (kata teknisinya yang datang ke lab hari ini) yang rusak cuma komponen seharga NT$4000-5000, dan sekitar seminggu lagi sudah bisa pulih. Coba kalau sampai dalaman elemen pemanasnya, yang (sekali lagi kata teknisinya) bisa jadi seharga NT$20000-30000, bisa-bisa para penghuni lab lainnya akan kebakaran jenggot dan secara kolektif menuntut si pelaku dengan minimal intimidasi sosial berlebih.

"At least, he must treat me some food for lunch or dinner. Because he just made my day too busy now," kata PIC ruang kerjaku.

Ah, bagi yang tak paham apa maksudnya, silakan di-skip saja PROLOG ini, dan lanjutkan langsung ke bacaan utama. Intinya kami pengguna furnace itu kesal pada si pelaku!!!

Oke, di seri SVE17 pamungkas kali ini sengaja ada agak lama rilisnya*, karena apa? Karena cerita kali ini merupakan penutup dan akan menjadi pembuka bagi cerita-cerita selanjutnya di semester ke-11-ku (dan juga seterusnya) nanti.
*padahal sih cuma alasan aja, wong telat rilis memang karena sibuk di lab dan kegiatan organisasi

Dan pasca menikmati tiga minggu yang sangat amat indah dengan berbagai macam cerita asyik yang telah tertuang di SVE17 1.0 sampai 3.1 kemarin, kali ini saatnya pulang.

On the way bandara
Bangun sejak jam dua pagi, memeriksa ulang segala hal yang memang harus dibawa "pulang" menjadi hal wajib karena perjalanan kali ini bukan sekedar lintas kota atau lintas provinsi, melainkan lintas pulau dan lintas negeri. Mama yang sedari tengah malam sulit tidur menjelang ke"pulang"an anak bungsunya ke tanah rantau, telah mempersiapkan bekal sarapan untuk beberapa porsi yang rencananya akan kami makan setiba di bandara nanti.

Di sesi ini bukan berarti tanpa hambatan dan cobaan. Karena mas-mas sopir yang sengaja kami ajak menemani perjalanan dini hari ini mendadak tak bisa dihubungi.

"Dek, misal kita berangkat sendiri gimana?"
"Ya udah sih, aku yang nyetir nggak papa, panjenengan nanti baliknya aja!"
"Oke, tapi papa tak coba telpon masnya dulu aja."

Setidaknya itulah percakapan desperated yang terjadi antara ayah dan anak yang telah mulai jengkel dengan keadaan serba mendadak yang sedang dijalani.

"Pak, kulo boten saget mengantar. Wonten teman saya yang menjemput setengah jam lagi ke rumah panjenengan," ujar papaku saat membaca nyaring pesan singkat yang masuk ke smartphone-nya. Waktu yang saat itu telah menunjukkan pukul 03.00 pagi (yang otomatis akan molor tiga puluh menit dari rencana jika setengah jam lagi pak sopir penjemput baru tiba) menjadi waktu yang sangat amat melegakan, apalagi setelah pesan tersebut terbaca nyaring, dan didengar oleh seluruh anggota keluarga kecilku. Alhamdulillah, ternyata benar tepat pukul 03.30 bapak sopir pengganti pun tiba dan kami berangkat menuju kota kenanganku selama S1: Surabaya.

Berangkatnya telat 30 menit, terus gimana dong?

Ya udah, mau diapakan. Alhamdulillah sih jalannya lancar dan kami juga sempat sholat Shubuh di Lamongan. Meski akhirnya setibanya di bandara Juanda molor empat puluh lima menit dari rencana awal.

Di Juanda
Bertemu dengan mamanya mbak Sufia, yang (maaf) nama beliau tak sempat kutanyakan saking gupuh-nya menunggu Fahrenzy Yona Aisha, FTSP ITS angkatan 2014 (adik tingkat semasa S1 yang pagi itu katanya mau mengantarkan interviewer LKMM TM-nya kembali ke Taiwan), for your information aja sih, dia sempat salah tunggu di terminal keberangkatan domestik.

Dan pada akhirnya setelah ritual foto-foto berikut...

Thanks untuk si tembem yang ada di foto ini, yang rela bangun pagi, belum mandi, nyeret adik kelasnya sejurusan buat nemenin ke Juanda, dengan insiden salah terminal, lalu tancap motor ngebut hanya demi beberapa pcs perangko, kasih cemilan dan say see you ke aku.

Dan makasih banget yang utama adalah untuk Papa, Mama, dan Zaky (kakak lagi standby kerja di Rumah Sakit) yang udah meninggalkan air mata di jaketku (ini mama) dan elusan di punggungku (ini papa) sesaat sebelum perpisahan kedua ku menuju Taiwan tahun ini.
...juga derai air mata penuh kesedihan khas mama (yang masih sama seperti tahun lalu), aku meninggalkan ruang depan Juanda menuju ke ruang tunggu di dalam. Oh iya, kenapa harus ketemuan dulu sama mamanya mbak Sufia? Karena memang di keberangkatan kali ini mbak Sufia dan mas Andri menitipkan pesan padaku untuk menemani mama/ibu mertua mereka ke Taiwan demi menjenguk putrinya yang sedang hamil tua.

Ah, aku kapan gitu ya? (eh, ini apaan deh -_-)

Hong Kong International Airport
"Mas, dulu alumni Material ITS kan ya? Mas Akbar bukan?"
"Eh, iya dek aku Taufik Akbar. Lha sampeyan namanya siapa? Alumni Material juga?"
"Iya mas, aku Ozha MT14. Pantesan aja tadi kaya familiar sama wajah sampeyan dari samping."
"Alhamdulillah, masih diinget adik tingkat."

Begitulah kira-kira percakapan antara alumni Teknik Material dan Metalurgi ITS yang telah memiliki gap usia sekitar tiga tahun saat bertemu di bandara di negeri lain. Tapi meski demikian kehangatannya masih terasa karena ada embel-embel MATRICE yang menyatukannya.

"Mau ke mana mas?"
"Aku mau ke Taiwan, kamu?"
"Sama, mas."
"Lho? Kamu kuliah di sana ya?"
"Hihihi, iya mas. Kalau mas?"
"Ada urusan kerjaan ini, besok ke Taipei terus ke Kaohsiung"

Percakapan-percakapan lain pun mengalir begitu saja di perjalanan kami menuju ke Prayer Room milik HKIA yang letaknya di dekat gate 42.


Next time kalau ke sana bisa mampir ya, bagi siapapun (Muslim) yang sedang membaca tulisan ini. Karena sayang kan ada tempat nyaman untuk sholat tapi nggak dipakai, dan kitanya malah milih "merasa boleh menjamak sholat", meskipun memang diperbolehkan untuk dilakukan saat bepergian semacam yang ada di cerita ini.

Taiwan, Akhirnya Aku Pulang
Hihihi, subjudulnya gitu banget ya? Maafkan, bukan karena aku sudah tak cinta Indonesia atau juga tak punya nasionalisme yang tertinggal dalam dada (tsaaah), tapi karena memang seperti itulah rasanya:

"Oh, sudah sampai bandara ini (Taiwan Taoyuan International Airport) lagi. Saatnya berkarya lagi dan beraktivitas seperti biasanya..."

Begitulah gumaman dalam hati saat itu. Aku tak paham mengapa demikian, sebab menurut testimoni beberapa kakak tingkat sih seharusnya saat kembali ke Taiwan pasca liburan summer pasti bawaannya males dan nggak rela ninggal rumah. Tapi entahlah, aku justru sebaliknya, apa memang ini bawaan dari "rencana"? (eh)

"Eh dek, sayang banget ya kita tadi nggak foto bareng untuk dokumentasi kalau pernah ketemu setelah sekian lama," kata mas Taufik Akbar via chat WA.
"Hahaha, nggak papa deh mas, mungkin lain kali," balasku.

Ya sudahlah, intinya kisah SVE17 ditutup lewat rilis terakhir kali ini. Dan semoga dengan ditutupnya kisah SVE17 ini menjadikan awalan yang indah untuk cerita-cerita selanjutnya yang akan rilis di blog ini kedepannya.

EPILOG
Udah, nggak usah pakai epilog ya, bye!!!

No comments:

Post a Comment

Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...

Wanna support???