Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Wednesday, August 30, 2017

SVE17 2.0: Sopir Pribadi di Family Trip, Gajinya Kasih Sayang Sepenuh Hati

PROLOG
Masuk pekan kedua di edisi liburan kemarin sepertinya tak bisa lagi mengelak untuk menyalurkan hasrat jalan-jalan dalam rangka Family Trip. Ya kali kan, udah pulang jauh-jauh menempuh perjalanan 3800an km malah nggak dapat esensi "pulang"nya...

Harinya yang pasti weekend. Karena di hari-hari biasa papa masih harus mengajar (FYI aja, papaku seorang pengajar di salah satu SMP negeri di daerah Bojonegoro), kakak yang memang bekerja sebagai tenaga medis ahli gizi di RSUD Bojonegoro harus masuk kerja juga, Zaky (ini adik sepupuku yang udah 6 tahun menempati posisi substitusi sebagai anak terkecil di rumah setelah kepergianku merantau sejak di Surabaya sampai sekarang di Taiwan) juga masih harus sekolah. Sedangkan aku, di rumah harus bertugas secara tandem dengan mama untuk mengantar-jemput kakak dan Zaky, juga melakukan aktivitas rumah tangga semacam masak dan beres-beres rumah. Kapan lagi kan bisa berbakti secara real action kalau nggak pas liburan dan pulang ke Indonesia gini? Tentunya selain berbakti dalam wujud lain berupa mendoakan kedua orang tua di setiap selesai Sholat (juga setiap waktu) lho ya.

Istilah Thank God It's Friday (baca: TGIF yang artinya Alhamdulillah udah masuk hari Jumat) memang selayaknya tak perlu dicanangkan atau digaungkan terlalu heboh karena secara default telah menempati posisi syukur tersendiri di hati kami (para pekerja di weekdays) pada tiap pekan (khususnya bagi para lelaki Muslim). Begitu juga bagi keluarga kami, karena rasa syukur di hari Jumat semakin terkukuhkan dengan kepulangan lebih awal dari para penghuni rumah, kecuali kakak. You know why? Karena tenaga medis tak bisa disamakan dengan pekerjaan biasa, mereka harus standby sesuai waktunya dan tak bisa libur serta memaju-mundurkan shift dengan seenaknya. Pasien dan keberlangsungan sistem pengobatan menjadi prioritas bagi mereka, sampai-sampai Sholat Idul Fitri (juga Idul Adha) saja harus ijin jauh-jauh hari untuk meninggalkan tugas di pagi hari dan wajib bergabung lagi setelahnya (jika pas tak bisa mengambil cuti fullday).

Oke, skip tentang susahnya para pekerja medis (pekerjaan yang dulu pernah aku idamkan).

Di Jumat siang tak ada rencana sama sekali acara weekend seperti apa yang akan kami lewati. Barulah setelah selesai sholat Jumat, dan tidur siang sejenak, aku dan mama yang pada saat itu sedang berkutat dengan pekerjaan rumah, entah urusan jemuran maupun dapur,

Salah satu pekerjaan dapur yang kulakukan di ruang tamu sembari menunggu mama menjemur baju di lantai atas
membicarakan rencana untuk melewati weekend dengan sedikit berbeda. Kata mama, "Ayo jalan-jalan wes Sabtu-Minggu ini. Mumpung kamu di rumah, dek!"

"Ayo lah ke makam ibuk sama bapak..." sahutku tanpa menoleh sesaat setelah mama berkata demikian, sebelum kepalanya menyembul dari tirai pembatas antara ruang tamu dan ruang TV. Oh iya FYI aja, aku dan kakakku memanggil kakek dan nenek kami baik yang dari papa maupun mama dengan sebutan bapak dan ibuk. Entah sejak kapan dimulainya, yang pasti itu telah kami sepakati sejak kecil.

"Tapi nggak mungkin ke Lumajang lho ya! Kamu minggu depan ke Depok. Nanti kecapekan, lagian nggak mungkin cuma dua hari kalau ke sana," kata mama.

"Paham ma, InshaAllah kalau untuk bapak Soeaidi dan ibuk Mariyamah sudah didoakan setiap hari aja. Aku pengen lihat rumput yang ditanam tahun lalu di makan ibuk Is sama bapak Karnawi aja, udah gimana sekarang ya?" sambutku bersemangat.

"Yang punya bapak bagus, punya ibuk yang agak rusak di beberapa bagian. Soalnya di atasnya pas langsung kena tetesan hujan kalau deras. Wes nanti kamu lihat sendiri aja deh!"

"Yawes ayo ke Jombang aja besok, terus main ke area candi-candi kecil di Trowulan sekalian aku mau cari sepatu di sana."

"Sek, nunggu papa wungu nanti diomongin bareng ya..."

Percakapan waktu itu berlangsung di ruang tamu dan juga di dapur, karena pada saat itu kami berpindah-pindah tempat ngobrolnya. Sambil berganti-ganti bahan irisan, dari mulai kentang, daging, cabai, bawang merah, sampai sayur-sayuran.

Dan tepat setelah mama selesai mengaduk-ngaduk capcay ala mama dengan bahan-bahan yang kami persiapkan, dan aku selesai dengan uleg-an bumbu untuk masakan yang lain, papa dan Zaky bangun. Oh iya, ceritanya waktu itu kakak udah pulang juga sih (hehehe, maaf nggak sistematis nih ceritanya). Akhirnya percakapan pun berlangsung sore pasca sholat Ashar berjamaah, dan dalam suasana makan malam yang diajukan sebelum Maghrib.

"Besok ke Jombang yuk!" pancingku

"Ya udah, ayo! Sekalian bawa cat ya ma, nisannya bapak-ibuk nanti diganti catnya. Cekno dedek ae sing ngecat," sambut papa sambil tertawa jahil.

"Wah siap!" kataku bersemangat.

"Ma, aku ikut!" sela Zaky.

"Lho sek, aku tak ijin ae berarti ya? Tak alokasi minggu depan aja kerjaanku," sahut kakak.

"Waduh, ojok wes. Diundur Minggu ae kalo gitu, tapi dari pagi banget kita berangkatnya. Gimana?" tawarku.

"Gitu aja deh, besok lagian Zaky juga masih sekolah lho! SD jangan disamain sama kuliahmu yang cuma lima hari," terang mama.

"Oke, Minggu ya. Disiapin cat sama apa-apa aja yang mau dibawa mulai besok. Sekalian kita lihat tanah kita yang di Jombang n perbatasan Mojokerto-Jombang ya!"

"Lho iya Pa, aku yang tanah satunya belum tahu lokasinya. Mau mau!!!" sahutku menanggapi pernyataan papa.

"Sip, tapi kamu yang nyetir seharian ya!" goda papa sekali lagi.

Aku yang memang pada dasarnya suka tantangan dan nggak tahan "goda"an, tanpa pikir panjang kujawab "Oke, dari berangkat sampai pulang semalam apapun tak-sikat!"

Akhirnya di hari Sabtu saat semua orang bekerja dan tenggelam dengan tugas kantornya masing-masing, aku dan mama yang mempersiapkan segala hal untuk short Family Trip esok harinya. Dari mulai "menurunkan" cat dari gudang atas sampai packing dan memasak bekal makanan yang akan dibawa untuk sarapan dan makan siang.

"Ma, malemnya nggak usah disiapkan ya! Aku pengen bakso sama siomay yang di deket Ringin Contong." kataku pada mama.

"Ya udah, nasinya ini dibungkusin untuk sarapan sama makan siang aja!"

Dan aktivitas seharian pun berakhir dengan preparation yang baik untuk esok hari.

Area candi-candi kecil dengan arcanya di Trowulan menjadi destinasi kunjungan hari itu
Hari itu diawali dengan mengunjungi dan mengecat ulang batu nisan bapak-ibuk di daerah Mojokrapak, Jombang. Dan setelah itu dilanjutkan dengan agenda berbelanja kebutuhan sepatu dan barang-barang kulit di sentra pengrajin kulit Mojokerto (yang produknya pun telah diakui internasional dan salah satu liputan tentang pengrajinnya pernah dimuat di web resmi Kominfo Jawa Timur). Berbekal sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui, dan tak ingin menyia-nyiakan family time kali ini, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi area yang memajang beberapa arca buatan pengrajin batu di Trowulan, Mojokerto.

"Ntar selesai foto di sini, muncul wajah orang di belakang kita lho!" ujarku sambil berkedip ke semuanya selain Zaky.

Pancingan pun dilahap, "Wah, ya udah yuk coba foto!" kata Zaky bersemangat (tapi sebenarnya takut, karena pada dasarnya dia penakut sama hal-hal begituan).

Dan pas udah kelar foto si dia nanya, "mana wajah orangnya, mas?"

Sambil nyengir kujawab, "nah itu di patung kan wajah orang."

Dan Zaky pun cemberut kecewa. Ya, mau gimana, kan memang tujuan awal ngomong gitu cuma untuk menggoda.

"Yuk, lanjut ke tujuan selanjutnya!" kataku sambil menyambar pintu mobil. Dan perjalanan kami pun berlanjut...

Wefie ini diambil di salah satu lokasi tanah kosong yang entah kapan akan menjadi bangunan rumah kami
Maklum kayanya mama emang kangen banget sama anak bungsunya setelah satu tahun nggak pulang

"Udah surup lho, Maghrib dulu lah!" kataku menepikan mobil di salah satu pom bensin sekitar kota Jombang. Dan setelah itu kami melanjutkan tujuan akhir kami yang terlontar sebelumnya.

Here we are, di lokasi outlet bakso dan siomay favorit kami dekat Ringin Contong, Jombang
Dan memang sesuai prediksi papa, kami tiba di gapura Selamat Datang di Kabupaten Bojonegoro yang berdiri di perbatasan Babat (Lamongan) dan Baureno (Bojonegoro) tepat pada pukul delapan malam. Di mana, jelas sekali aku tak mungkin membiarkan papa menyetir di kondisi lampu sorot dari mobil-mobil dan kendaraan besar lainnya dari arah berlawanan yang mengganggu pandangan. Akan sangat berbahaya apalagi dalam kondisi mengantuk karena lelah bepergian sehari penuh.

"Lho, papamu sare dek?" tanya mama dari bangku tengah.

"Hihihi, iya ma. Biarin lah capek mungkin," jawabku.

"Pa! Anake nyetir seharian lho malah sekarang ditinggal tidur!" kata mama menowel lengan papa.

"Hmm? Nggak papa, areke kuat kok!" jawab papa setelah terjaga setengah sadar.

EPILOG
Dan perjalanan hari itu pun mengakhiri pekan keduaku di Indonesia. Untuk kisah pekan depan akan aku lanjutkan di seri SVE17 3.0, bagaimana ceritanya? Yuk stay tune terus di blog ini ya!!!
See you...

No comments:

Post a Comment

Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...

Wanna support???