Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Tuesday, September 6, 2016

Semester Sembilanku di Tanah Orang

PROLOG
Suka-duka pra merantaunya sudah selesai, here I am, in other's country. This land's not my homeland, this room's not my particularly mine. I just stay here for a few months, to make some histories. It's not only for me, I'll also share with you...

    Terkadang istilah mahasiswa abadi tidaklah begitu buruk. Salah satu contohnya dapat dikonotasikan sebagai pelecut semangat untuk melanjutkan kuliah dan menjadi mahasiswa di jenjang yang lebih tinggi. Dan jalan itulah yang kupilih.
     Belum juga mengenakan toga saat wisuda (di jadwal sih tanggal 25 September 2016), aku sudah harus pergi merantau nun jauh ke utara (eh, utara agak ke kanan sedikit mungkin ya, dari kota asalku). Lima hari di sini membuatku sedikit jetlag. Perbedaan waktu satu jam dengan WIB tak serta merta membuatnya terasa seperti saat aku Kerja Praktik di PT. Newmont Nusa Tenggara (di Batu Hijau, Sumbawa) yang memakai zona waktu GMT +8 (WITA). Yang paling terasa tentang waktu adalah entah mengapa hari-hari di sini serasa cepat berlalu, apalagi jika kamu menganggur dan tak melakukan apapun. Tapi aku kira jika digunakan untuk aktivitas juga pasti akan terasa lebih cepat. Jadi kesimpulannya (mungkin hanya perasaan saja) waktu di sini berjalan lebih cepat dari Indonesia. Apalagi setiap jam denting jam kampus selalu berdentang nyaring, dan terdengar di setiap penjuru kampus.
    Oh iya, aku belum memperkenalkan diri pada tulisanku kali ini. Aku Ozha, alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Bermodal amunisi kompetensi di bidang Material dan Metalurgi lah aku merantau kemari, National Central University (国立中央大学 / pinyin: Guólì zhōngyāng dàxué), sebagai mahasiswa di Graduate Institute of Materials Science and Engineering. Menjadi mahasiswa dari laoshi Jeng-Kuei Chang (we call him JKC here) yang menjadi kepala laboratorium bidang Green Energy Storage.
    Aku tiba di Taoyuan International Airport pada hari Jumat (02/09) larut malam, dan tiba di dormitory (asrama) mahasiswa pada pukul 01.20 GMT +8 setelah melakukan adegan angkat berat koper dan ransel tanpa stuntman hingga ke lantai tiga. Kebetulan yang malam itu aku diturunkan ke kampus lewat pintu belakang (dekat Seven Eleven, dekat parkiran no. 76), sedangkan asramaku ada di pojok no. 75 (lihat gambar, click to enlarge). Jadi lumayan lah, shock therapy malam itu langsung koper-ing dan ransel-ing sambil jalan.

NCU Map
    Tapi untunglah mas-mas Perhimpunan (kalau di blog PPI NCU P-nya "Persatuan") Pelajar Indonesia chapter NCU sangat amat baik menemani hamba Allah yang terdampar jauh dari rumah ini. Malam itu ada mas Yoga, mas Wibhi, dan mas Angga yang menjemputku dari bandara hingga kampus. Kami semua penghuni gedung asrama yang sama.

    Oke, hari pertama perantauan dimulai keesokan harinya. Dari mulai membersihkan debu-debu yang tertinggal di kamar 3019 yang (mungkin) lebih dari tiga bulan tak dihuni, mengepel lantai agar suci dan dapat dimanfaatkan sebagai private mushalla dalam kamar, hingga unpack barang bawaan dari koper. Seperti kubilang sebelumnya, waktu terasa begitu cepat, sampai pada akhirnya aku menyelesaikan semua hal itu pasca pukul 2 siang. Rencana akan membeli barang-barang keperluan dasar jadi batal karena aku tertinggal rombongan yang janjiannya jam 1 siang. Tapi tak apa, aku jadi punya waktu untuk me time dan berjalan-jalan sendirian berkeliling kampus sambil menghapal jalan-jalannya. Tepat dua jam setelah keluar dorm aku telah tiba lagi di tempat yang sama, setelah aku berhasil menjamah 75% dari seluruh area luar gedung kampus baruku. Yang fantastis adalah, aku berjalan kaki ke-ma-na-pun selama di kampus, aktivitas yang sudah lama sekali tak aku lakukan sejak menjadi mahasiswa baru di ITS dulu (sebelum motorku tiba di Surabaya). Hari itu terlewati begitu saja dengan penutup mengirimkan e-mail ke profesorku untuk memilih janji bertemu pada hari Senin. Juga menyempatkan mengabari keluarga di rumah serta melakukan video call denganmu, partner LDR Depok.

    Hari selanjutnya sama saja, aku belum ada rencana berarti, selain: ikut jemput mahasiswa baru juga (namanya Annur/Palembang dan Dwi Agrina/Riau) ke bandara. Cerita hari ini dimulai ketika aku sangat amat tak betah dengan kehidupan "gua" yang tanpa akses internet. Aku berencana membeli kartu perdana di bandara. Sehingga kukuntitlah mas Yoga (ketua PPI periode ini) yang memang shiftnya pagi itu harus menjemput dua cewek tadi. Tiga kali naik bus, dari NCU ke Chung Li, Chung Li ke Gaotie, dan Gaotie ke area Terminal 1 bandara. Perjalanan yang sungguh berfaedah, karena aku bisa sedikit paham tentang jalan menuju bandara, dengan biaya sekitar dua kali NT$18 (yang ketika kita tak punya receh harus memasukkan dua koin NT$10 dan harus merelakannya tanpa kembalian), dan juga satu tiket NT$30 untuk i-bus. Biaya taksi di sini relatif mahal, dibandingkan dengan bus yang hanya beberapa puluh NT$, untuk sekali jalan dari bandara ke kampus taksi memiliki tarif sekitar NT$690 (lebih dari sepuluh kali lipat). Tapi jangan ditanya kecepatan taksinya, saat malam kedatanganku dan kulirik speedometer sang sopir bisa mencapai 150 km/jam dan hanya dikurangi saat belokan dan lampu merah. Kebayang ga seberapa lengangnya jalan Taiwan? Ya, setidaknya dari bandara sampai kampusku (daerah Taoyuan) yang letaknya di hampir ujung utara Taiwan (sejam dari Taipei yang letaknya di bagian utara Taiwan juga).
    Oke, hari kedua cepat berlalu hingga aku bertemu buddy-ku yang bernama Chia Jung (maunya dipanggil Panda) menjemput untuk mengajak membeli voucher AC dorm-ku untuk satu semester di Family Mart dan kami berjalan-jalan ke laboratorium di bawah otoritas profesor JKC.
    Kebetulan hari ini ada semacam secondhand expo besutan mas mbak PPI NCU. Di acara ini kami mahasiswa baru boleh memilih barang-barang peninggalan mas mbak PPI yang sudah lulus. Dengan syarat mengambil 1 barang penting (kasur, bantal, jaket winter, selimut) dan dua (saat itu boleh 3-4 karena barang lebihnya banyak) barang "tak penting" (semacam gantungan baju, gelas, panci masak, tempat pensil, ember, pisau, deterjen, dll). Di sinilah awal mula interaksi beberapa puluh mahasiswa baru asal Indonesia, sebelum welcome party dari PPI NCU nanti.

Suasana Secondhand Expo PPI NCU
    Pada akhirnya hari ini ditutup dengan acara ngopi dan makan di Seven Eleven (maaf di sini ga ada warkop, jadi kalo ngopi ya di Sevel) bersama (lagi-lagi) mas Yoga dan mas Wibhi, juga pak Tri. Dengan beberapa kawan mahasiswa baru lain juga. Eh, tapi di jam malam (after 11 pm) mas Dody (mantan ketua PPI NCU) dan mbak Paula (kalo nggak salah denger) datang dan bergabung bersama kami, sampai tengah malam lewat beberapa puluh menit.

    Lalu, Senin (kemarin), agendaku berlanjut sehari bersama buddy untuk mengisi berkas pendaftaran ulang yang akan aku lakukan nanti di hari Rabu. Bersama dengan Ainun beserta istrinya, Elok, juga Barath U (India) yang merupakan mahasiswa baru PhD di bawah naungan profesor JKC. Pukul 01.30 pm, setelah kulakukan pembayaran dorm dan asuransi, aku segera menuju Engineering Building 5 (markas besar kami, mahasiswa IMSE: Intstitute of Materials Science and Engineering) yang merupakan pusat pergerakan profesor JKC. Ruanganku juga di sini nantinya, karena memang kunci ruang sudah dipercayakan padaku juga hari ini, jadi yah bisa dibilang memang ini rumah keduaku setelah dorm nantinya. Setelah berdiskusi sekitar empat puluh lima menit dengan profesor JKC, beliau memutuskan aku harus melakukan training to Magnesium battery synthesizing and assembling bersama Christ (mahasiswa PhD yang telah dua tahun bergelut di bidang Mg battery). Keputusan itu keluar setelah memang aku memutuskan untuk Materials Focusing dibandingkan dengan fokus bidang TA S1-ku, biomaterial. Apa tujuanku? Ya, agar aku punya satu expertis khusus di satu material, dalam bidang apapun, sebelum nantinya menjajal material-material lainnya (selain Magnesium).
    Pelajaran pertama dari Christ adalah aku harus melakukan grinding (calon) anoda Magnesium berdiameter sekitar 1,5cm dan tebalnya tak lebih dari satu milimeter. Aku yang notabene terbiasa menggunakan grinding machine saat menjadi grader laboratorium Matelurgi JTMM ITS harus menelan pil pahit karena melakukan grinding dengan meterial sebegitu tipis dan kecilnya tanpa resin adalah sulit. Dengan spesifikasi kertas amplas grade 1200 dan kecepatan putaran yang bisa diatur otomatis, sebesar 50 (entah aku lupa satuannya). Setengah jam berselang aku masih belum berhasil melakukannya dengan mulus, yah untuk pemula, "you don't need to push yourself at first, just enjoy yourself, we can do this step by step," kata Christ. Yang kupahami bahwa yang dia maksud this adalah proses Magnesium battery synthesizing and assembling.

Jadi kangen alat grinding di laboratorium Metalurgi JTMM ITS

    Hariku mulai berwarna di sini, dimulai setelah aku undur diri dari laboratorium kemarin. Bayangkan saja, laboratorium markas Christ (yang harus kutemui untuk tiap kali latihan nanti) ada di Engineering building 1 (bersatu dengan gedung Chemical Engineering and Materials, no. 23 di peta), laboratorium tempat latihan kami ada di Engineering building 3 (di gedung milik Mechanical Engineering, no. 25 di peta), dan markasku sendiri di Engineering building 5. Haft, terbayang memang setiap hari wajib berburu sepeda hijau berstiker kuning NCU (ini sepeda gratis yang bisa digunakan siapapun di dalam kampus) bersama dengan pengguna lain.

    Dan baiklah, tulisan kali ini akan aku akhiri dengan beberapa foto yang menggambarkan suasana atau mungkin aktivitasku selama beberapa hari ini.

Di sini juga ada sawah kok, kalo butuh pemandangan hijau jangan khawatir (buat yang mengkhawatirkan suasana di sini)

Salah satu ruas jalan kampus, nggak jauh beda kok sama ITS

Ini jalan keluar menuju Jhong-Li road (kosan para maba cewek semester ini), lokasi Sevel tempat cangkrukan

Pemandangan dalam bus pas berangkat ke bandara kemarin Minggu. Jangan baper lihat yang berduaan, please!!!

Tugu di main gate NCU (menuju Guan-yin, dan High Speed Taoyuan Station)

Pemandangan depan bundaran NCU
(kalo kataku bagusan bundaran depan ITS tempat jualan takjil kalo Ramadhan deh, wkwkwk)
EPILOG
Ya, di sinilah hariku dimulai untuk semester sembilan hingga dua belasku di masa perkuliahan. Meski berbeda jenjang dengan sebelumnya, semoga pembelajaran sebelum-sebelumnya akan tetap berguna sebagai bekal hingga tahun-tahun mendatang. Teringat akan quote dari kawan-kawan FORBBITS yang tersemat di notebook yang dihadiahkan padaku sebelum berangkat,
"Don't STOP when you are TIRED.
STOP when you are DONE,"
sepertinya itu yang akan aku lakukan. Di sini, memulai hal baru di tanah orang, yang akan jadi tanah tempat tinggalku juga selama beberapa bulan ke depan.

再见 (pinyin: Zàijiàn)

No comments:

Post a Comment

Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...

Wanna support???