Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Friday, September 16, 2016

Homesick dan Penawarnya

PROLOG
Today's my second week here, still homesick and can't forget my comfort zone in Indonesia. So, what can I do to make here's my new comfort zone?

Ada yang bilang belajar di luar negeri itu asik, menakjubkan dengan segala petualangan barunya. Gampang kok adaptasinya, paling cultural shock  di awal-awal aja.

"Kalau kamu udah ngerasain kehidupan sehari-harinya pasti bakal nyaman kok, tapi ya gitu, dulu aku sebulan pertama nangis mulu inget rumah," mbak Diana (dosen D3 Sipil ITS)

Itulah kalimat yang terucap dari salah satu alumni National Central University, Taiwan, saat meet and share dari PPI NCU di SAS Cafe Surabaya. Dan tanpa sengaja kalimat itu tercatat di notes smartphone-ku. Dua minggu adalah waktu yang singkat untuk bisa sepenuhnya beradaptasi, toh dulu semasa kaderisasi di JTMM saja butuh sekitar dua bulan untukku agar nyaman dan bisa menjalani segala aktivitas dengan normal. Jadi, normal lah ya dua minggu di Taoyuan tapi aku masih mbok-mbok-en terus. Ya kangen mama lah, kangen masakan rumah lah, kangen suasana ruang tamu pasca jamaah maghrib lah, dan apalah apalah lainnya.

Tapi homesick tak serta merta membuatku menyerah dengan keadaan dan berhenti beradaptasi kan? Apalagi my life must go on here, dan secepatnya aku harus sudah menjalani segala aktivitas laboratorium dan penelitian. Lalu bagaimana?

Travelling is my choice to make my homesick burned into a spirit.

Kalau minggu kemarin ke Taipei dan berhasil membawa beberapa jari kaki lecet akibat literally jalan-jalan bareng kawan-kawan bolangers yang barusan dipertemukan (yang juga geng ghibah totalitas luar biasa ternyata). Malam kemarin kaki ini dibawa berjalan sedikit keluar dari kampus. Kembali lagi via bus 132, dan kami berhenti di area Hsin-Ming, tepat di depan Hsin-Ming Junior High School. Ada apa di sana?

Ada kami dan es serut-campur-aneka isi
Nggak mahal kok, paling sekitar NT$ 40-80 (tergantung kita ambilnya apa). Beda sih kalo kaya Elsya yang ambilnya kelewat aneka-isi, alhasil NT$ 166 untuk seporsinya. Asli adem (iyalah, kan es), bahkan sampai makannya pun nggak boleh terlalu cepat biar nikmat dan nggak enek kaya mas Ryan.

Udah nih? Gitu doang?

Eits, tunggu dulu...
Masih ada satu lokasi perjalanan lagi, ke Night Market. Nggak jauh beda sih sama pasar Genteng kali atau Pasar Malam Kejawan Putih Tambak, Surabaya, kalo malam hari. Cuma yaaa ini di Taiwan, beda aja feel-nya. Jauh dari keluarga, juga teman-teman dekat di masa comfort zone empat tahun lalu. Tapi... Jangan salah, di sini keluarga barunya gokil-gokil kok, ga kalah seru sama keluarga yang di rumah. Keluarga PPI NCU (si tukang ghibah berjamaah) berhasil membius homesick-ku menjadi nyaman, malam ini.

Tuh, nggak jauh beda kan sama pasar malem di Indonesia?
Di sini kita makan cumi goreng, sekali lagi cari yang "aman". Karena rumusnya adalah segala seafood adalah halal. Rasanya sih mirip-mirip ayam krispi berbumbu yang digandrungi para pemuda gawl mall, sebut saja nama makanannya PokPok. Hanya saja kenyal cuminya terasa beda dari ayam.

Makannya sambil nonton balap sepatu roda di lapangan deket pasarnya.

Ini nggak perlu dikenalin satu-satu ya? Soalnya kadang aja aku juga masih lupa-lupa,
terutama sama mbak-mbaknya (maafkan hamba ya...)

Ini hasil jepretan bapak kita semua, pak Tri, alasannya biar muat semua makanya miring.
Dan satu lagi foto di deket penjual cumi goreng yang nangkring di kamera hape mas Ryan,

Entah kenapa mas Wibi ndusel di tengah macam itu -_-"
dan menutupi aku+mas Yoga (no code, no offense)
Udah deh, akhirnya kita pulang tepat jam 22.50 (GMT +8), setelah nunggu bus 132 untuk balik kampus selama hampir lima puluh menit di halte dekat es Hsin-Ming. Tapi ya gitu, tidurnya ketunda sampai jarum jam yang menunjukkan tengah malamnya lengser ke kanan. Mengapa demikian? Karena (sekali lagi) grup ghibah Travelling  yang mengumpulkan manusia-manusia undescribeable dan doyan melek sampai dini hari.

Goyang terus notifikasinya bang...
EPILOG
Ya, masih homesick  sih...
Tapi dengan adanya mereka, apa ada alasanku untuk melanjutkannya?

Mengutip kata Nimas, "Homesick itu alamiah, justru kalau kamu nggak gitu kamu nggak normal!"

Juga kaya kata kamu, "yang sabar untuk saling memperbaiki diri di sana ya, mas!"

Mungkin itu semua yang bikin aku nggak boleh homesick kelamaan, karena tujuanku di sini kan belajar, dan...
Memperbaiki diri untuk jadi Ozha yang lebih baik dari sebelumnya.

Oke, see you in the next story!!!

No comments:

Post a Comment

Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...

Wanna support???