Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Friday, October 13, 2017

Bio-inspired Materials and Technology: About TRUST, PASSION, and HARD WORK

PROLOG
Yeay, suka banget deh sama tanggapan pembaca dari tulisan terakhir tentang Marriage, baru dua hari dirilis aja responnya udah macem-macem, ada yang chat kelewat curhat, ada yang DM nyasar ke diskusi "berbobot", dan bahkan ada yang ngomong langsung terkait responnya terhadap tulisan dua hari kemarin. Anyway, terima kasih atas support kalian (para pembaca) buat penulis amatiran ini ya, guys.

Kali ini aku cuma ingin berbagi pesan-pesan inspiring yang secara panjang lebar diselipkan selama mata kuliah Bio-inpired Materials and Technology oleh sang profesor di sela memberikan materinya pagi tadi. Sebelum keburu lupa dan menguap begitu saja, lebih baik kuketik saja malam ini.

"Thanks for choosing this class everybody, I never push you to stay here since the initial meeting. You just come and sit here until these continuous weeks for your own will, right?" ujarnya membuka ceramah panjang lebar setelah adanya insiden yang cukup memalukan untuk diceritakan. Tapi tenang, bukan tentang aku atau kawan-kawan Indonesia yang ada di kelas ini kok. So, just calm down. We're not making a shame to our beloved country.

<<<skip cerita memalukannya ya>>>

Jadi intinya hari ini tiba-tiba Prof. Tu Lee ngasih aturan unik yang beliau berlakukan di dalam kelasnya (setelah insiden memalukan itu):
1. Saat mengerjakan apapun, jangan pernah takut salah! Karena kita datang ke dalam sebuah forum diskusi adalah untuk memperkaya diri dengan pengetahuan, bukan untuk saling membanggakan apa yang sudah kita miliki. Jika ingin berkontribusi lebih di dalam forum diskusi, BELAJARLAH LEBIH GIAT menyampaikan pendapat, agar pendapatmu bisa dipertanggung jawabkan!!!
2. Dalam menggali ilmu pengetahuan sekarang ini telah banyak sekali sumber bantuan, tak peduli rekan satu laboratorium, rekan sekelas, Google (ini beliau sebut untuk mewakili internet), dan bahkan saya (profesor) sendiri. "You're free to ask me everything, and I won't take a fee," kelakarnya saat itu. Jadi jangan pernah berhenti mencari bantuan!!!
3. Kamu manusia, kamu makhluk sosial, jadi jangan tertutup apalagi malu untuk mencari tahu apa yang belum kamu tahu!
Dan sebenarnya tiga pesan itu saling berkelindan serta tak bisa dipisahkan satu sama lain, yang secara tersirat mampu menggambarkan keramahan yang ditawarkan institusi pendidikan (universitas) itu sendiri.

Eh, mengapa bisa demikian?

Karena ketika kita gali lebih jauh dari tiga aturan yang dikatakan Prof. Lee tadi, itu semua berhubungan langsung dengan tema menarik tentang keberadaan universitas yang dapat diulas lebih lanjut (salah satunya lewat tulisan kali ini). Universitas, tak peduli di manapun tempatnya, selalu menawarkan keramahan tersendiri bagi penghuninya.

Wait, keramahan seperti apa yang dimaksud?

Jadi begini, ketika kita berikan sebuah perbandingan antara studi lanjut (baik S2 maupun S3, ataupun postdoctoral sekalipun) dengan bekerja (karena ranahku di engineering, maka aku akan memberikan gambaran tentang menjadi engineer) di perusahaan, ditinjau dari gaji/pendapatan maka mereka berdua sangatlah tidak sebanding. Selaras dengan apa yang Prof. Lee katakan, "In a university, in your master or PhD program now, I bet you're get not much money in monthly, right?" yang saat itu jelas sekali diikuti dengan anggukan seisi kelas. Karena pada dasarnya kami semua, 12 orang (3 orang Indonesia, 3 orang Vietnam, 1 orang Mesir, dan sisanya Taiwan) yang mengambil mata kuliah itu, adalah penerima beasiswa baik master maupun PhD di NCU.

Memang, ketika ditinjau lebih lanjut, montly scholarship yang kami terima untuk S2 di sini adalah NT$10.000 dan S3 sekitar NT$15.000 (bisa lebih tergantung dari kinerja, statement ini berani kusebutkan karena kawan PhD satu ruangan labku menerima lebih dari NT$15.000 karena kinerjanya di atas rata-rata). Tapi bandingkan dengan kerja di perusahaan, "you know? A graduated master student, as an employee here (maksudnya di Taiwan), he/she can get at least NT$40.000 and of course it's bigger than yours now," kata Prof. Lee sekali lagi.

Tapi sekali lagi bukan sebatas acuan profit-oriented atau salary-centered yang ingin ditekankan dalam tulisan tentang institusi pendidikan yang kusodorkan pada kalian, dari pesan-pesan profesor yang berhasil kurekam hari ini. Karena memang ketika kita kaji lebih lanjut, universitas, tak peduli di manapun tempatnya, selalu menawarkan keramahan tersendiri bagi penghuninya.

Masih menjawab pertanyaan yang sama dengan sebelumnya, ada 3 hal khusus yang bisa kuulas. Pertama, universitas adalah tempat yang memberikan kemudahan mendapatkan pengetahuan tekstual: bagaimana tidak? Pada umumnya banyak profesor yang selalu siap sedia membimbing kita ketika kita mengalami kegalauan dalam mendaki puncak ilmu pengetahuan, belum lagi akses jurnal, paper, dan juga buku-buku yang sangat susah dicari oleh para R&D di perusahaan, sangat mudah ditemukan ketersediaannya di lingkungan universitas (statement ini terbukti dengan pengalaman pribadiku. Beberapa hari lalu, kakak tingkatku saat S1 dulu, yang sedang bekerja di salah satu perusahaan menghubungiku untuk mencari referensi demi menunjang pengembangan R&D perusahaannya); selanjutnya tentang memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri: di sini sebenarnya ada hubungannya dengan yang ke-3, jadi alangkah lebih baik jika kugabungkan saja; yaitu universitas juga tempat paling pemaaf di dunia (setelah keluarga), meski low-money: di universitas kita diijinkan untuk salah berkali-kali, gagal berkali-kali, dan juga memperbaiki pekerjaan kita berkali-kali.

"Asal ada kemauan dan kesungguhan yang ditunjukkan dalam berusaha dalam mengerjakan eksperimen, di sana akan selalu ada jalan yang dibukakan profesor untuk membantu terlaksananya eksperimen kita dalam hal apapun (termasuk financial problem)," ini opini pribadiku ya.

Fungsi yang berlaku dalam proses ini hanyalah irisan dari fungsi waktu yang menjadi targetan pribadi kita, dengan fungsi hasil yang bisa kita usahakan secara maksimal dan sesuai kemampuan kita, fleksibel bukan? Sebagai contoh: jika kemarin kasusku (dengan kondisi sama persis) terjadi saat bekerja di perusahaan, bisa jadi aku terancam dipecat karena dianggap merugikan mereka berkali-kali. Bagaimana tidak? Kegagalanku (kudefinisikan sebagai ketidak-tercapaian target yang kutentukan sendiri dan disepakati dengan profesor, meski deviasinya kecil) dalam eksperimen sejak setahun lalu bisa jadi terhitung lebih dari 20 kali. Bayangkan saja jika di perusahaan, gagal mencapai target sekali saja mungkin sudah diomelin atasan, ya nggak?*
*pertanyaan bercetak tebal terakhir ini kutujukan untuk orang yang sering mengeluh dengan target pekerjaan yang kesulitan ia capai, serta orang-orang yang sering mengeluh padaku tentang atasannya yang lebih sering menuntut ini-itu daripada melakukan pembimbingan ^_^ (ya iyalah atasan di perusahaan mana ada membimbing kaya dosen/profesor)

"That's why you're paid higher in a company, than here (maksudnya ini ngomongin universitas). Generally, they want you to do more and make a profitable move for them. They don't care about your depression, your lack of knowledge, and maybe your far-from-good-life anymore. Because what they gave to you is a compensation from your works," imbuh Prof. Lee lagi.

Disadari atau tidak memang benar, mayoritas perusahaan masih banyak yang hanya mengejar profit dibandingkan harus mengurus ketidak-bisaan pegawainya dalam menjalankan tugas, padahal juga demi kemajuan perusahaan nantinya. Istilahnya: "kamu diterima di sini (perusahaan) sesuai kualifikasi yang dibutuhkan, kamu menyanggupi dengan kompensasi gaji sekian, ya sudah, kerjakan sebaik mungkin pekerjaanmu untuk memenuhi target perusahaan!" apalagi kalau sudah tiba-tiba atasan bilang: "ya gimana caranya kamu harus bisa, bagaimanapun itu tanggung jawabmu!" checkmate. Kita tak akan pernah bisa menolak, karena memang begitulah adanya (ini pengalaman yang kudapatkan dari hasil curhatan-curhatan para mantan (eh) maksudnya beberapa kawan yang bergelut di perusahaan).

Kompleks ya? Padahal cuma ngomongin studi lanjut (di universitas) dan kerja (di perusahaan).

Hahaha, ya begitulah. Setiap hal yang kita coba pikirkan lebih mendalam akan selalu berujung pada hal-hal kompleks. Oh iya di dalam tambahan petuahnya, Prof. Lee mengatakan bahwa universitas juga menyuratkan beberapa hal filosofis yang lebih mendalam dibandingkan dengan bekerja "terlalu dini" (di perusahaan), dalam hal menghadapi realitas kehidupan.

The first one is TRUST
Mengapa rasa percaya?

Sebenarnya meski di perusahaan juga jelas ada pembelajaran tentang kepercayaan, tapi entah mengapa pastinya tak akan diberikan seramah ketika kita berada di universitas. Dan lagi, di dalam sebuah proses mencari jati diri dan labeling terhadap diri kita masing-masing saat menempuh studi lanjut, kita semua memerlukan sebuah kepercayaan. Ambil contoh simple deh, seorang dokter tak akan didatangi pasien jika dia tidak dipercaya bisa menjadi perantara kesembuhan suatu penyakit, seorang penjual nasi goreng tak akan dibeli dagangannya jika kelezatan rasa masakannya tidak dipercaya oleh pelanggan, begitu juga riset yang kita lakukan tak akan bisa dipercaya oleh para reviewer atau juga masyarakat (ketika telah diterapkan) jika dalam prosesnya ditemukan sebuah mekanisme rekayasa/upaya pembohongan terhadap data yang dihasilkan, serta masih banyak contoh-contoh lainnya.

"Can I trust you?" tanya profesor tiba-tiba.
Jujur saat profesor menanyakan hal ini di depan kelas tadi aku senyum-senyum sendiri, seolah familiar* dengan struktur kalimat pertanyaan semacam itu.
*Penasaran familiarnya di mana? Cek ke sini atau ke sini ya!

Pertanyaan itu bermakna satu: KEPERCAYAAN YANG DIBERIKAN PADAMU ADALAH SEBUAH TANGGUNG JAWAB YANG AKAN KAMU BUKTIKAN BISA TERLAKSANA
"It prove anything," imbuhnya.

"Then, if you've said YES clearly, next question shall be: Do you need the trust?" dan sekali lagi kami ber-12 secara refleks mengangguk.

"Ok, the last: How do you gain the trust?"

Dan ini pertanyaan inti yang sejujurnya perlu pemikiran panjang ketika akan menjawabnya. Yang jelas mendapatkan kepercayaan itu tak mudah, perlu pembuktian bertahun-tahun, membutuhkan waktu yang lama dan intensitas usaha yang tak sedikit.

Bahkan profesor menambahkan, "It always takes time to be a trusted person, but if you do a wrong thing, thus in no time you can be fired from a trust label itself."

That second thing called PASSION
"Passion always connected with happiness, especially who's already found them in here (di universitas, maksudnya semacam menjadikan riset, eksperimen, menulis jurnal, dll sebagai passion). I've a passion in encourage people, I'm also passioning in research and writing paper, that's why now I'm a professor," ujarnya sembari merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

Memang sih, tak ada yang bisa menentukan tentang passion yang kita miliki. Karena yang tahu tentang diri kita ya jelas kita sendiri. Untuk itulah pada kata kedua ini melibatkan diri kita dalam menemukan jati diri, melibatkan pemikiran kita dalam menggali potensi yang kita miliki, dan melibatkan hati kita dalam merasakan "cocok-tak cocok" dari apa yang sedang kita kerjakan. Tentu saja dalam menemukan passion ini kita tak bisa sembarangan mengambil hanya permukaan-nya saja dari sebuah pengalaman, karena dalam proses penemuan passion, secara default seharusnya kita telah paham apa yang kita tinggalkan dan yang akan kita pilih selanjutnya: itulah yang dinamakan MEMPERTIMBANGKAN DENGAN MATANG.

"Sometimes maybe you feel guilty about your process, or maybe you feel don't get anything when you're finding your real passion. But trust me! You never lose anything from your experiences, it always has an interesting story to share and something worth to comprehend," kata profesor menggebu-gebu.

Last but not least is WORK HARD*
*or maybe we can say it as struggle

"Then, after you've found your passion. Do your best for that! WORK HARD for your passion until it becomes your way to success. But if you still need more time to find your passion, keep searching and struggling until you found it!" imbuhnya lagi.

Ya, untuk yang terakhir ini aku speechless, karena semua pesannya benar. Meski tantangannya jelas bahwa dalam bekerja keras menemukan passion ada kalanya perhitungan dan persiapan kita tak selalu berguna.

Nah, jadi bagaimana dong?

Ya sesuai pesan profesor, ada baiknya kita terus bekerja keras, terus memperhitungkan, merencanakan, dan mempersiapkan apapun untuk masa depan kita. Tak peduli kapan dan di mana passion dan kerja keras kita akan bermuara (maksudnya di bidang apa) nantinya.

"Life's not always predictable, that's why we only can study about bio-inspired materials and technology, but can't 100% replicate what's nature: the living thing or biological creature did. And let me tell you a secret!"

Dan mendadak kami terdiam (atau tepatnya bengong), "as an engineer, please don't always predict anything! Including your spouse-soon-to-be, because it shall be an unpredictable thing. Like me and my wife now, I never imagine committing my life to her, not cheating her with another, and do everything in my whole age with her until the rest of my life."

Hahaha, dan ujung-ujungnya profesor curhat juga di penutupnya. Ya, begitulah kira-kira apa yang beliau sampaikan secara panjang lebar hari ini. Oh iya mirip tulisan kemarin, di akhir tulisanku kali ini aku juga akan mencoba mengingatkan diriku sendiri, juga pembaca sekalian bahwa di dalam setiap pemilihan apapun di dalam hidup ini jangan pernah 100% memilih tanpa pijakan campur tangan Allah SWT. Yang ketika kukorelasikan dengan tulisanku dari awal sampai akhir, baik dalam memilih jalur studi lanjut, bekerja (di perusahaan atau lainnya), melanjutkan jalan memilih passion maupun menetap untuk mendalami lebih jauh di passion tertentu, ingatlah selalu:

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 216)
EPILOG
Dan penutup untuk tulisan kali ini adalah: selamat memaknai segala sesuatu di manapun dan kapanpun juga. Karena kita tak pernah tahu pembelajaran hidup macam apa dan seperti apa yang akan kita dapatkan ketika kita berada di suatu tempat atau waktu tertentu. Jadilah gelas setengah isi yang siap menerima pembelajaran dalam bentuk apapun!
Selamat ber-Jumat malam...

NOTE: Prof. Tu Lee ini adalah Head of Chemical and Materials Engineering Department, National Central University Taiwan, yang baru diangkat tahun ini. Thanks for your encouragement, Prof!!!

No comments:

Post a Comment

Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...

Wanna support???