Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Friday, November 25, 2016

RANDOM WALK THEORY (bukan materi Kinetics of Materials)

(5 teori "random" yang tercetus dari seorang pemuda perantau pencari seteguk ilmu pengobat dahaga kebodohan di negeri orang yang sedang "berjalan" di tengah dinginnya malam bulan November)


PROLOG
Catatan ini sifatnya universal. Kalau baca nggak boleh baper (read: bawa perasaan). Anggap saja catatan absurd seorang hamba Allah SWT yang sedang (nyaris) putus asa, tapi berhasil eling dengan penciptanya.

Akan ada saatnya di mana suatu kesedihan akan hinggap. Bukan karena kegagalan atau juga ketidak mampuan untuk berbuat sesuatu, akan tetapi disebabkan oleh ketidak berdayaan untuk sepenuhnya menghamba pada-Nya. Banyak yang bilang bahwa dosa itu akan tampak saat kita menerima hukuman/azab/ada yang menyebut dengan bahasa halusnya 'cobaan berupa hal buruk'. Dan untuk menghapus kesialan tersebut, satu-satunya cara adalah bertaubat.

Benarkah demikian?

Mungkin juga benar, karena urusan keyakinan tak pernah bisa dipaksakan. Yang pasti aku merasakanannya, sekarang. Entah mengapa di kota orang, eh di negeri orang selalu menawarkan pesonanya tersendiri. Pesona berpetualang, menemukan hal baru, dan mengumpulkan networking baru pastilah tak terelakkan untuk ditaklukkan. Ya, begitu pula aku, aku menganggapnya demikian sebelum hijrahku ke negeri Formosa.
Tiga bulan lalu perut ini masih buncit, pipi ini masih tembem, dan rambut ini masih belum sepanjang ini, dan lagi: betis ini belum sebesar talas Bogor. Ya, dalam kurun waktu tiga bulan saja, lima kilogram bobot ini sudah tersedot sedemikian rupa (meski masih tetap buncit), tak nampak memang, karena memang pada dasarnya aku berpostur sedikit lebar.

Ada apakah gerangan?

Tak banyak yang bisa kuceritakan sekarang, hanya teaser saja mungkin. Intinya adalah:

Jangan pernah "salah niat" ketika ingin berpetualang ke negara lain. Menuntut ilmu? Sudahlah, niatkan itu untuk beribadah, menambah pengalaman, sekaligus menambah pembelajaran. Cukup! Jangan ada ekspektasi lebih, seperti "kemudahan dan keringanan dalam segala urusan, juga banyak kesempatan hura-hura" (ini maksudku salah niat). Karena apa? Di luar zona nyamanmu, bahkan jauh dari zona nyamanmu sebelumnya, tak akan pernah mudah menemukan zona nyaman yang baru. Pundakmu akan jauh dikuatkan olehNya dengan bermacam cobaan dan beban bertubi-tubi dan bertambah tanpa tedeng aling-aling.

Itu yang pertama, tentang beban dan tanggung jawab.

Hello, 您好, Hai, dan segala macam sapaan lainnya, bukanlah wujud sepenuhnya perhatian atau keinginan ingin menyapa. Mengapa demikian? Karena bisa jadi ini adalah awalan dari segala macam "kebutuhan", yang nantinya akan menjadi beban tambahan dan tanggung jawab "moral" tersendiri jika tak mampu kau lakukan sepenuh hati. Meski dalam hal bertualang kita pantang berburuk sangka, wajib hukumnya selalu berpositif thinking. Tapi satu hal lagi yang perlu diingat, TAK SEMUA ORANG BISA DIPERCAYA. Bahkan terkadang senyuman pun menyimpan tikaman tajam yang siap menghunjam kesadaran dan keseimbangan hidup kita, di perantauan.

Yang kedua, ini membicarakan tentang senyum dan ketulusan, serta kepercayaan yang kadang menjebak.

Tangis, sedih, tetesan air mata, dengan mudah kita simpan dengan keangkuhan dan kepercayaan diri. Ya, itu di sana, di negeri asal kita, negeri antah berantah yang mungkin sedang kau huni sekarang. Tapi di negeri orang, jangan coba-coba melakukan hal itu. Karena apa? Dijamin hanya akan menyiksa diri dan membuat waktu tidur dan memejamkan mata terasa tak nyenyak. Ingin menangis? Pulanglah ke shelter/dormitory/kosan atau apapun itu, gelar sajadah, pakai sarung, shalat-lah, dan jangan lupakan Qur'an (atau apapun kitab sucimu, bacalah)! Dijamin tangismu berpahala. GARIS BESARNYA: di perantauan tak akan pernah ada waktu untuk menyimpan duka dariNya, lewat tangisan.

Ini kurasa jelas, terpancar bukan pada siapapun selain aku sendiri. Yang ketiga ini tentang melunaknya hati dan kedekatan jiwa padaNya.

Penundaan berujung petaka, ya PETAKA! Mungkin sedikit nyambung dengan pengantar di atas, KESEDIHAN yang hinggap bukan akibat kegagalan atau juga ketidak mampuan untuk berbuat sesuatu, akan tetapi disebabkan oleh ketidak berdayaan untuk sepenuhnya menghamba pada-Nya. Mengapa demikian? Jelas, aktivitas apapun jika ditunda tak akan berujung baik. Paham kan, mengapa banyak cerita seorang pria gagal menikahi gadis pujaan hatinya ketika ternyata ditikung lebih dulu oleh pria lain yang lebih siap dan sigap untuk melamar sang gadis? Itu salah satu contoh saja sih, please, jangan baper!

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, (QS. 18:23) kecuali (dengan menyebut): ‘Insha Allah’ Dan ingatlah kepada Rabbmu jika kamu lupa dan katakanlah: ‘Mudah-mudahan Rabbku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.’” (QS. 18:24)

Aku tak mau terlalu menafsirkan ayat ini, karena memang bukan porsinya aku menafsirkan. Toh ilmu juga masih cetek. Monggo dibaca saja sendiri!!! Intinya yang aku coba pahami adalah: jangan coba-coba menunda apapun, kecuali dengan mengucap "InshaAllah". Karena efek penundaan itu kita tak akan pernah tahu seperti apa, hanya Allah SWT yang berhak ber"kun faa ya kun".

Dan apa yang terjadi padaku (dan kawan-kawan seperjuangan) pada efek penundaan sangatlah besar, sampai berimbas pasa kelangsungan "hidup" kami di sini. Dan inilah pesan keempatnya.

The last message is: Menjaga kepercayaan itu susah, karena itu jangan pernah coba-coba menjadi orang yang mudah tidak dipercaya. Karena kepercayaan di perantauan adalah tongkat penuntun yang akan menunjukkan bagaimana kondisi kita saat kita tiba di tujuan. Bisa jadi jika tongkat yang kita bawa rapuh, belum tiba di tujuan kita sudah roboh, karena tongkatnya patah duluan.

Jadi, yang kelima ini adalah: JAGA KEPERCAYAAN SEPERTI KAU MENJAGA SHOLAT LIMA WAKTU (bagi yang melaksanakannya), bagi yang tidak melaksanakannya, buatlah perumpamaan sendiri.

EPILOG
Yuk diingat lagi, apa aja dosa yang pernah kita buat! Agar apa? Agar kita mudah meminta maaf, dan terhindar dari "hukuman/azab/ada yang menyebut dengan bahasa halusnya 'cobaan berupa hal buruk'" seperti yang aku sebutkan di baris-baris teratas tulisan ini. Dan lagi, buat para calon perantau: catat lima pesan di atas ya, barangkali butuh. Kalau sekiranya nggak butuh ya abaikan saja, aku akan kembalikan beberapa menitmu yang tak berguna karena membaca tulisan ini. Caranya? Tutup blog ini, lalu baca kitab suci masing-masing, inshaAllah akan kembali lagi kok kemanfaatan yang sempat terbuang sebelumnya (jika kau merasa demikian).
Terima kasih telah mau meluangkan waktu untuk membaca...

No comments:

Post a Comment

Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...

Wanna support???