Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Wednesday, November 2, 2016

Ruang Sendiri

PROLOG
Dua puluh satu derajat, ini dalam satuan Celcius, setidaknya itu yang tampak dari weather forecast di layar smartphone miliknya. Seorang pemuda berjalan di tengah terpaan angin sepoi ganas bulan Oktober, yang akan berganti menjadi November beberapa jam lagi. Saat ini mungkin Taiwan tengah menghadapi penghujung musim gugurnya. Ya, penghujung musim "terbuka" dan "serba pendek"-nya, akibat sisa summer sebelumnya.

Hari ini hari sibuk, seperti biasa Senin bagi mahasiswa tahun pertama selalu demikian. Meski tak seluruhnya, setidaknya pemuda itu mengalaminya. Dua mata kuliah di akhir bulan ini seringkali memberikan strike di tiap pekan. Apalagi kalau bukan Kinetics of Materials dan Chinese Speaking and Listening course (zero grade). Bagaimana tidak hampir setiap dua minggu keduanya sama-sama kuis, sama-sama ujian. Tapi beruntunglah hari ini hanya Kinetics yang menancapkan kuku tajamnya di awal hari, Midterm for 1st Chapter. Susah? Jelas, banyak cacing berkeliaran, banyak derivatif dan simbol sigma bertebaran. Menyerah? Jangan! Karena stagnasi berarti mati. Ikhtiar must go on katanya.

Cerita kali ini bukan itu kok klimaksnya, itu tadi mungkin hanya perpanjangan prolog yang kependekan. Meski tak sependek hotpants yang dikenakan mahasiswi sini setiap harinya. Kisah menariknya ada di pascanya, ya pasca kelas Chinese. Sembari menunggu katering yang setiap Senin selalu membantunya mempertahankan amunisi bahan makanan dalam kulkas asrama hingga Rabu nanti, dia sendirian di kamarnya. Mengetik, dan meng-edit beberapa slide untuk presentasi pekan depan, sebelum dikirimkan pada profesornya. Pikirannya terkonsentrasi pada layar laptop dan isi dari slide-slide di hadapannya. Hingga akhirnya dia...

JENUH

Pukul tujuh lewat tiga puluh dia pergi mengenakan hoodie hijau semata wayangnya (yang ia bawa dari tanah air) dipadu dengan training gelap Character Building yang menurutnya mampu menghangatkan alat gerak bagian bawahnya, dia melangkah keluar menuju jalan utama di dekat gedung Kwoh-Ting Library and Archives. Masih diterpa dinginnya angin malam, dia menanti balok berjalan bernomor 132 berhenti di depannya. Sengaja skip cerita riweuh tentang bagaimana mekanisme membawa makanan dari G14 hingga tersimpan rapi dalam kulkas asrama (read: dormitory). Pikirannya JENUH tak karuan, berharap escape plan-nya malam itu tak gagal dan berjalan lancar, tanpa bertemu siapapun, dan terkendala apapun. Karena sejatinya serigala kesepian dalam dirinya sedang bangkit malam ini. Di dalam bis, dia duduk di samping seorang gadis manis dengan headphone warna merah fanta, sayangnya dia tak bisa berbahasa Inggris secara aktif ketika diajak berkenalan. Bukan bermaksud genit atau laler (istilah lain dari tukang gombal dan sepik sana sini), melainkan hanya ingin sedikit mencairkan suasana beku pikiran malam itu sepanjang jalan.

HENING

Sepanjang jalan menuju terminal bus yang biasa disinggahi, Zhongli Station, pemuda itu sama sekali tak melirik lagi si gadis manis. Karena memang dia telah tenggelam jauh dalam pikirannya sendiri. Sampai akhirnya dia turun...

BERJALAN TANPA ARAH

Langkahnya lunglai, hanya memperhatikan sekeliling, kelap kelip lampu, juga orang-orang di sekelilingnya. Lima belas menit berjalan, setelah sejenak menikmati takoyaki di pojok jalan dekat stasiun, kakinya berhenti di depan sebuah jalan kecil dengan pertokoan yang berjajar di kanan kirinya. Hanya berdiri mematung dengan segala pikiran yang berkecamuk di otaknya.

Dari mulai berpikir tentang bagaimana asal muasal area tersebut tercipta hingga berpikir bagaimana bisa orang-orang di sini tak malu untuk berciuman di depan umum tanpa tedeng aling-aling. Absurd bukan? Ya, memang...
Tapi ada hal lain yang menenangkannya selain pemikiran-pemikiran absurd macam itu, apalagi sesaat setelah ada salah seorang anak laki-laki lumpuh dengan kursi rodanya melintas di depan pemuda itu. Matanya menerawang jauh pada anak-anak lain di depannya, juga depan pemuda itu, berlarian saling kejar satu sama lain. Seketika pedih dan JENUH yang ia rasakan...

HILANG

Pemuda itu mulai tak tahan berada di sana, ingin rasanya memegang smartphone dan mengabadikannya, untuk dijadikan tulisan di malam selanjutnya. Tapi matanya tak kuasa untuk menitikan air mata. JENUH-nya malam itu, terhapus dengan...

TANGIS

dan rasa syukur kepada-Nya. Tak lagi ada rasa jenuh mengganjal di pikirannya. Yang tertinggal hanya memori anak dengan kursi roda, yang membuatnya berpikir tak pantas dia JENUH dan...

MENGELUH

atas apa yang terjadi pada proses adaptasinya di negeri Formosa. Rasa berat terasa ringan saat itu juga, menyaksikan betapa beban berat orang lain, yang mungkin jika dialami sendiri, tak akan pernah bisa ia bayangkan seperti apa rasanya. Rasa JENUH pun hilang seketika...

SENYUM

Malam ini, pemuda penyendiri itu kembali tersenyum. Bahkan usahanya untuk sampai di titik ini, saat ini, adalah hal yang wajib diapresiasi, minimal oleh dirinya sendiri. Lalu, apa gunanya merasa JENUH dengan apa yang telah terjadi? Hanya maaf yang mampu tergambar dalam hati, karena untuk mencurahkan segala hal getir (yang terjadi) pada kedua orang tuanya pun dia tak mampu, apalagi pada orang lain. Tak perlu, itu hanya akan menyakiti dan menjadikan beban pikiran mereka. Biarlah pemuda itu berkembang sendiri untuk menemukan jalan dan sudut pandangnya sendiri. Tentang dunia baru yang sedang dihadapi.

KUAT

Bahkan, lelah yang hadir pun dia biarkan menguap malam itu, kakinya melangkah lagi. Dengan kekuatan baru, dan juga harapan yang berbeda dari sebelumnya. Bahwa JENUH dalam hidupnya harus terbakar menjadi semangat, yang lebih menyala dari sebelumnya. Hingga nantinya KUAT tak lagi ia rasakan sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan untuk bertahan dan berkembang. Karena KUAT adalah hal yang ada dalam dirinya, yang harus dibangunkan ketika (mungkin) tertidur dan terlelap.

EPILOG
Jika mungkin kebanyakan orang menemukan keKUATan dari keramaian dan semangat dari orang lain, maka tolong, jangan anggap aneh siapapun yang justru akan menjadi KUAT ketika dia sejenak menyendiri dan tak berinteraksi dengan siapapun. Because lone wolf mind is real...

No comments:

Post a Comment

Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...

Wanna support???