Gerbang baru ke-114 terbuka hari ini. Aku berbicara tentang Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang menggelar prosesi wisuda terakhirnya di semester ini.
Foto ini diambil dua puluh September 2015 di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS, saat prosesi wisuda 112 ITS |
Siapa sangka foto itu adalah foto pertama dan terakhirku menggunakan topi wisuda di jenjang bachelor's degree. Topi itu milik mas Muhammad Khairurreza MT13 yang saat itu kupinjam untuk sekedar ber"haha hihi" mencicipi bagaimana rasa mengenakan topi wisuda. Saat itu sama sekali belum terpikirkan olehku waktu bergerak secepat ini. Saat itu sama sekali belum terbayang bahwa aku akan menjadi perantau di negeri lain setahun setelahnya.
H-1 (harusnya) Wisuda
"Sumpek!!!" itu yang terucap dari mulutku saat ini.
Jujur entah mengapa, meski sekuat tenaga aku bilang tak masalah tanpa prosesi wisuda S1, tetap saja ada rasa kesal mengapa aku tak bisa menghadirinya. Kebetulan esok hari adalah hari di mana harusnya aku bertatap muka dengan kawan-kawan MT14 untuk kedua kalinya, duduk di dalam Grha Sepuluh Nopember (setelah pengukuhan empat tahun lalu). Tapi pagi ini pikiranku sedikit teralihkan oleh rencana kami untuk bersilaturrahim ke IETO (Indonesian Economic and Trade Office) atau yang dalam bahasa Indonesia berarti KDEI (Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia) di Taiwan.
Kantor yang berlokasi di 6th floor, no. 550, Rui Guang Road, Neihu District, Taipei 114, Taipei (R.O.C.) itu menjadi destinasi utama kami hari ini. Di sana kami bertatap muka dengan bapak Robert James Bintaryo, sebagai Representatif Indonesia di Taiwan (mudahnya: pimpinan KDEI periode 2016 sampai sekitar tiga tahun ke depan). Sambutan hangat dan pengantar tentang jumlah mahasiswa Indonesia di Taiwan yang mencapai kurang lebih 4000 orang menjadi pembuka silaturrahim. Tak kurang dari 23 orang dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) National Central University duduk bersama dalam satu ruangan untuk sharing dan juga berkenalan dengan pak Robert beserta jajarannya.
Sesi foto bersama di KDEI Taipei |
Sesi sharing and introducing berakhir sekitar pukul dua siang (GMT +8). Karena esok hari pak Robert harus bersiap pulang ke tanah air untuk mengurus beberapa hal terkait kedinasan.
Dalam hati masih bergumam sendiri, "wes tah? ngene tok?", efek baper besok wisuda masih membayangi. Ternyata mas mbak PPI berbaik hati (menyesuaikan rencana sebelumnya) dengan mengajak kami ber-sekian orang (setelah ada yang pulang duluan ke Taoyuan karena beberapa hal) berjalan-jalan mengunjungi salah satu bukit di daerah Xiangshan. Katanya sih area hiking, jadi nggak terlalu tinggi.
"Yosh!!!" batinku.
Sepanjang perjalanan ke Xiangshan diwarnai dengan canda tawa, bergantian duduk dan berdiri dalam kereta, dan lain sebagainya. Ya, semacam tamasya setelah hubungan kedinasan (karena memang masih pakai kemeja batik seluruhnya). Tapi setelah tiba di stasiun dekat lokasi Hiking Trail, kami seketika berubah wujud.
Tak banyak bicara, perjalanan kami ke puncak Elephant Mountain yang tingginya hanya 600-1200 feet (hayo konversi sendiri ke meter) tampak lancar dan tak berkendala. Hanya sesekali berhenti, minum, lalu berjalan lagi.
"Step by step... And we'll see the top"
Spot foto pertama, sebelum sampai setengah perjalanan |
Sekilas menengok ke bawah, and cheese... (captured by Elsya Dhana) |
Penampakan Taipei 101 dari Elephant Mountain |
Taipei padat gedung... |
Begini wujudnya kalau gedung dan hijau-hijauan disatukan dalam sebuah frame |
Sampai akhirnya...
![]() |
Komplotan narsis pertama di spot foto dekat puncak |
Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember squad @ NCU |
![]() |
Kurang tah narsisnya??? |
Okay, it's time to go down...
Hampir petang, matahari di dekat Taipei 101 tak kuasa terlewatkan oleh mata kami.
Gradasi warna jingga dari matahari sore itu |
Rasanya terlupakan semuanya bahwa besok (seharusnya) hari wisudaku. Sampai pada akhirnya...
Minggu, 25 September 2016
(ada satu video yang masuk ke chat line)
"Jurusanmu, bah! Seharusnya kamu ada di situ." (Mutia Anggraini Putri Arif, Matematika FMIPA ITS, 2014)
"Abah, selamat wisuda #114, karena hari ini Material wisuda dan abah nggak bisa ikut wisuda, jadi aku cuma bisa kasih hadiah sebatas itu. Semoga sukses selalu buat abahku, lancar kuliah S2 di Taiwan, jangan lupa sama anak-anak ayam di sini ya, bah! Terima kasih juga buat "pemanduku", yang selalu memberikan saran terbaiknya, selalu melakukan hal-hal terbaiknya, meski aku belum bisa melakukan hal-hal terbaik seperti saran abah. Maafkan cuma bisa memberi sebatas itu dan doa untuk wisuda abah hari ini. Semoga abah suka sama hadiahnya..." (Fathina Azhari, Fisika FMIPA-ITS 2014)
![]() |
Tetiba baper gara-gara gambar ini dikirim sama Fathina "Opik" Azhari pagi ini |
Jujur ya nak, abahmu sebenernya lupa kalau hari ini wisuda (sejak bangun tidur tadi). Tapi jadi inget lagi gara-gara video dan gambarmu ini. Juga seketika ingat kata-kata yang entah ini cuma penenang atau memang sebenarnya demikian, dari mbak Paula, "Halah, nggak papa kok nggak ikut wisuda, nggak penting!". Thanks mbak, kata-kata itu sejenak berhasil menepis ke"ngenes"anku gara-gara nggak ikut prosesi wisuda hari ini. Terima kasih juga untuk beberapa ucapan-ucapan penyemangat hari ini...
"Tapi kan mas bakalan wisuda S2 dua tahun lagi! Jangan galau, kan ada aku!" kata seorang Tira Kurnia Saputri yang sedang bekerja keras di Karawang sana, meski hari Minggu.
"Nggak papa le, toh memang jalannya harus gitu..." ngendikanipun Mama dan Papa dari Bojonegoro nun jauh di sana.
![]() |
Seketika aku cengeng lihat posting ini di grup MT14, terutama baca kalimat paling akhir. Jujur, aku sambil nyanyi pakai nada mars kebanggaan kita bacanya. |
Makasih ya semuanya, semoga apapun yang jadi pilihan kita hari ini, kemarin, esok, dan kapanpun itu adalah pilihan terbaik dari Allah SWT untuk kita.
EPILOG
Memilih itu tak salah, karena jalan menuju puncak sukses memiliki terjal dan lurusnya masing-masing. Jalan ke arah cita-cita itu punya progress dan stagnasi masing-masing. Kadang harus berkorban lebih untuk sesuatu yang lebih besar juga. Itulah kehidupan, terima kasih terspesial untuk Papa Anwar Hariyono karena sejak kecil telah mengajarkan "jangan pernah berkata SEANDAINYA, KALAU SEMISAL, dan semacamnya". Jujur, itu membuat pribadi ini kuat karena tak pernah terlalu larut bersedih dalam hal yang bukan jadi milik kita (atau juga gagal menjadi milik kita). Karena memang jika sudah tergaris oleh-Nya sebagai rejeki tak akan pernah terlewat begitu saja dari hidup kita.
HAPPY GRADUATION MT14!!!