PROLOG
Banyak hal-hal kecil dan sederhana yang sering abai dari pemikiran "serius" kita, dari mulai pengalaman tentang bangun kesiangan, menunggu kendaraan umum, hingga harus berdiri di dalam kereta dan memperhatikan orang-orang di dalamnya, hal-hal remeh temeh tersebut bisa jadi berubah menjadi sebuah pengalaman unik, lucu, dan tak lagi bisa dipandang sebelah mata jika diingat-ingat kembali, pun juga dimaknai. Di tulisan kali ini, potongan-potongan cerita itu akan jadi sebuah kumpulan mozaik yang kucoba sajikan dalam kisah runtutan yang tak runtut.
Mozaik 1:
"Terlambat dan Manajemen Hati"
"Terlambat dan Manajemen Hati"
Malam itu aku mengerjakan sebuah rangkuman proyek yang harus kusetor pada profesor sebelum diminta (caraku selalu demikian, lebih baik menyetorkan laporan progress terlebih dahulu, biasanya H-1 hari sebelum deadline, daripada terlambat dan dikira mangkir dari tanggung jawab). Karena memang kebetulan esok harinya (saat deadline) aku tak akan bisa fokus dalam mengerjakan laporan progress karena suatu hal yang juga sama-sama urgent. Alhasil, kumulai mengerjakannya dari tengah malam (setelah rapat persiapan acara yang sangat amat penting), dan terkirim tepat pukul 04.30 waktu Taiwan. Tidur? Sebentar, menunggu masuk waktu Shubuh terlebih dahulu sepertinya akan sangat membantu mengurangi tingkat stress karena mangkir dari kewajiban beribadah kepada-Nya. Ya kali kan, dosa yang nggak kelihatan aja udah banyak, apalagi harus ninggalin Sholat. Masih "bersarung", mata ini tak bisa bertahan lagi untuk terus terjaga, dan menyerah pada rasa kantuk adalah jawaban terbaik saat itu.
Singkat cerita, rencana berangkat bersama rombongan yang akan menghadiri acara penting pagi itu harus diurungkan. Aku berangkat sendirian, bagaimana bisa? Ya, karena pukul 07.45 pagi aku baru terbangun dan melompat turun dari tempat tidur untuk mandi, pukul 07.48 aku sudah siap dan berlari menuruni tangga dormitory dan mengayuh sepeda menunju Yi Ren Hall, dan 07.50 tepat aku tiba di sana.
"Permisi, apa kamu tahu bus nomor 9025 yang seharusnya 07.50 tiba di NCU, tepatnya tiba di halte ini pukul berapa?" tanyaku pada sesama penunggu kendaraan umum yang mengantri di sana.
"Oh, kukira 07.40 tadi sudah berangkat, karena memang ini termasuk waktu weekend, jadi itu tadi bus terakhir yang lewat sini pagi ini." jawabnya ramah.
Ah, ternyata jurus mandi "3 menit paket lengkap"ku tak cukup cepat membobol jadwal bus 9025 pagi ini. Terpaksa, 132 dan kereta lah yang menjadi moda transportasiku demi mengejar ketertinggalan rombongan.
*skip cerita tentang lompat-lompat stasiunnya*
Pukul 10.15 smartphone-ku bergetar,
"Zha, cepetan kita hampir maju!" kata pesan tersebut.
"Masih 4 stasiun lagi, mbak, sabar ya!" balasku cepat.
Pukul 10.20 pesannya kembali muncul dari orang yang sama,
"Kamu di mana Zha? Kita maju sekarang lho,"
"Oh, yaudah, semoga lancar ya, aku masih 3 stasiun lagi sampai," balasku lega.
Eh, tunggu dulu, lega ya? Oh iya, perasaan lega lah yang kurasakan saat itu. Bukan karena niat untuk mangkir membaca ikrar atau apapun, hanya saja aku lega karena ternyata aku berhasil memanajemen hati untuk tak kecewa "kehilangan kesempatan untuk ada di momentum sakral yang harusnya penting itu", tak kecewa "kehilangan kesempatan untuk menyaksikan saat banner organisasi dibentangkan sebagai tanda peralihan kepengurusan", tak kecewa "kehilangan kesempatan untuk merasakan berdiri di depan banyak orang yang hadir saat itu, dan diperkenalkan sebagai bagian dari organisasi yang menyebut dirnya History Creator di kepengurusan ini. Ya, aku tak kecewa saat itu: ketika membaca pesan bahwa kesempatan-kesempatan itu gagal kudapatkan. Meski satu menit sebelumnya, hati ini masih berharap aku ada di sana, merasakan atmosfer dan kebanggaan tersendiri di momentum bersejarah itu.
Bagian kuanggap penting, karena pada dasarnya inilah pertama kalinya aku mengalami "sebuah kehilangan kesempatan berharga", dan logikaku mampu menang terhadap penyesalan yang sumbernya jelas dari "terbawa perasaan" saja. Ya, logikaku menang kali ini! Meski jelas, contoh yang kuberikan tentang keterlambatan tidaklah 100% bisa diterima dan dibenarkan. Tapi toh semua ada behind the scene-nya kan? Dan itu semua bukan 100% kehendakku juga untuk "berniat terlambat", meski hanya lima menit.
Mozaik 2:
"Kisah Cinta Romantis di Kereta"
"Kisah Cinta Romantis di Kereta"
Cuplikan kali ini merupakan flashback dari kisah yang sempat kulewati di mozaik sebelumnya. Kereta yang membawaku menuju Taipei berjalan di atas rel, suara derit rel dan roda kereta tak terlalu terdengar dari dalam, yang menjadi salah satu tipikal kereta di Taiwan. Aku bersandar di tiang dekat pintu. Mendengar percakapan orang di sekitarku tak lagi menjadi masalah, karena semenjak berada di sini dan tak begitu paham bahasa Mandarin membuatku cuek dan cenderung masa bodoh dengan apa yang kudengar. Terdengar seperti Anti Sosial memang, tapi yang kutahu ini adalah salah satu pembelajaran terbaik yang wajib dicoba siapapun untuk menghilangkan kecenderungan KEPO dengan percakapan orang lain: merantaulah ke tempat yang bahasanya tak begitu kau kenal!
Kondisi di dalam kereta saat itu ramai, beberapa muda mudi tak ragu mengumbar kemesraan mereka di depan umum, dari mulai pegang-pegangan, sampai adegan yang jelas ketika itu semua tersemat di film-film Indonesia pasti sudah di-skip atau minimal disensor oleh lembaga sensor. Aku yang melihatnya saja risih, apalagi orang-orang yang berada di samping mereka, untung saja di gerbong itu tak ada anak-anak. Tapi di samping itu semua, ada satu kisah cinta unik dan menginspirasi bagiku. Sejak awal kucoba menganalisis bahwa mereka adalah sepasang suami istri, dengan cincin motif dan model identik yang melingkar di jari manis masing-masing.
Tak ingin menyimpan inspirasi kecil ini untukku saja, adegan perbincangan hangat mereka menjadi obyek menarik untuk diabadikan. (abaikan hidung dan bibir yang muncul di pantulan pegangannya) |
Ada banyak ekspresi yang saat itu tertangkap dalam amatanku, ekspresi serius sang istri saat mendengarkan sang suami berbicara, ekspresi senang sang istri saat melihat suaminya dengan perhatian membelai rambut istrinya yang menutupi wajah, di tengah obrolan dan goyangan kereta. Bahkan sesekali sang istri membetulkan topi suaminya yang (nampaknya) sedikit longgar. Ah, melihat mereka yang kuingat hanya mama dan papa, rindunya...
Bahkan tanpa mempertontonkan adegan dewasa, mereka telah mampu menghipnotisku, membuatku mau untuk mengalihkan pandangan dari layar smartphone yang dari tadi kupegang untuk melihat jam dan mengestimasi waktu. Menyaksikan mereka serasa waktu sejenak berjalan lambat, tak ada degup jantung yang memburu, ataupun perasaan takut terlambat yang tersirat. Adem, kalau bahasa Jawanya, harmonis sekali mereka, yang entah mengapa membuatku meredefinisi anggapanku sendiri tentang rasa cinta: bukan tentang bagaimana kemesraan diumbar dan dipertontonkan, melainkan dengan ungkapan perhatian dan kasih sayang sederhana yang tak dipaksakan. Tulus, tanpa beban, tak mengharap sorotan, "hanya ada aku dan engkau seorang".
Mozaik 3:
"Ikatan dan Pemersatu"
Nampaknya memang benar, teori atom yang menyatakan bahwa elektron-elektron di sekeliling nukleon tak akan pernah terlepas karena energi ikatan yang mempertahankan posisinya. Beda cerita jika berbicara tentang elektron-elektron itu tereksitasi atau tidak: yang nantinya menyebabkan mereka mendekat ataupun menjauh dari nukleon. (ah, ribetnya!!!) Aku yakin, pembaca banyak yang berpikir demikian...
Tenang, tenang, itu tadi hanya perumpamaan kok. Dan yang ingin kubahas di sini adalah tentang ikatannya. Ada yang bilang, simbol selalu mampu mempersatukan, siapapun, dan di manapun. Sama seperti label INDONESIA, di manapun berada, di belahan dan sudut bumi manapun selalu bisa memberikan telaga tersendiri bagi para musafir yang tengah mengalami dahaga pertemuan dengan saudaranya. Sama seperti kami: para "mantan" (atau halusnya sih dibilang Alumni) penerima beasiswa dari Djarum Foundation selama S1.
Amazing, bukan? Selama setahun menjadi beswan Djarum dan melewati NB, CB, LD, dan mungkin beberapa kali menjadi LO adik-adik beswan Djarum 31, sama sekali kami belum pernah bertemu dan bercakap seakrab kemarin. Ceritanya memang unik, sama seperti cerita sebelumnya tentang perjalanan ke selatan Taiwan, Mushalla selalu membawa berkah tersendiri dalam mempertemukan. Maghrib, Mushalla NTUST menjadi destinasi tempat berbisik pada bumi untuk diperdengarkan ke langit. Istighfar, Tasbih, Tahmid, dan Takbir telah berhasil menggerakkan bibir ini setelah sholat.
"Mas? Beswan angkatan berapa ya?" tanyaku sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.
"Lho? Saya 30, mas, kalau mas? Kok tahu?" jawabnya tersenyum, menyambut jabat tanganku.
"Wah, aku juga angkatan 30, namaku Ozha. Aku beswan Surabaya," jawabku
"Alhamdulillah, ketemu temen di sini, namaku Laskar, beswan Jogja,"
Obrolan-obrolan nostalgia selama menjabat sebagai beswan Djarum menjadi pemersatu dan pengikat tersendiri di antara kami. Jujur saja, jaket biru-kelabu itu menjadi identitas tak terlupakan bagi kami, dan karena ikatan itu juga lah aku secara tiba-tiba menanyakan sebuah pertanyaan es-ka-es-de kepada si pemakainya, yang tak lain adalah kawan seper-beswan Djarum-an angkatan 30.
Benar kan? Teori ikatan antar atom itu tak terbantahkan, karena hanya dengan ikatan itulah kami* akrab, di manapun, dan sejauh apapun kami dari tempat asal**.
*si pemilik atom-atom yang disematkan oleh-Nya di tubuh kami
**tanah air Indonesia
Mozaik 4:
"Kesamaan Background dan Obrolan Optimis tentang Indonesia"
Malam itu aku sengaja menginap di dormitory kawan-kawan NTUST. Malam Minggu ini rencananya kami (angkatan MT14 yang mendiami regional Taiwan) akan melakukan take video untuk memeriahkan Anniversary angkatan kami yang ke-4. Akan tetapi, karena memang masih harus menunggu beberapa kawan lain yang belum hadir di Taipei (kota untuk obyek pengambilan gambar kami), maka rencana itu ditunda esok hari. Alhasil, bermalam Minggu di area Gongguan menjadi agenda tak terencana, tapi terlaksana. (udah mirip labelling pas LPJ Himpunan belum? Hahaha)
Acaranya hari itu: beli martabak, jalan-jalan, dan duduk-duduk di taman dekat pintu keluar kampus National Taiwan University.
"Assalamu'alaikum!" seruku pada seseorang yang lewat di dekat kami malam itu.
"Wa'alaikumussalaam... Hei! Nang kene?" jawabnya.
"Iyo mas, dolan ae, nyambangi konco-konco, wes suwe nggak ketemu," balasku
Latar belakang dan beberapa cerita masa lalu yang hampir sama membuat obrolan semakin hangat. Bagaimana tak "hampir sama", kan memang mas Gita Novian adalah salah satu bagian dari keluarga MATRICE juga, meski berbeda angkatan denganku. Kisah demi kisah tentang penelitian, dunia kerja, trik-trik sepik profesor mengalir begitu saja malam itu. Sampai pada akhirnya menghasilkan sebuah statement tentang semangat kebangsaan dari kami,
"Memang apa sih yang kita cari jauh-jauh kemari kalau bukan untuk kembali dan membangun Indonesia?" tanyaku dengan tatapan menerawang ke langit.
"Tak ada lagi, pilihannya demikian, curi ilmu, perkaya diri dengan wawasan dan pengetahuan, kembali, dan bangun peradaban," ujarnya menjawabku (intinya demikian, aku lupa kata-kata tepat yang keluar darinya bagaimana)
"Oh iya, sampeyan nggak ingin cari kerja di sini?"
"Aku sudah pernah kerja, dan aku sudah paham bagaimana atmosfernya, aku ingin mengajar: jadi dosen!" tukasnya, "itu pun kalau dapat tempat cepat," imbuhnya.
"Kalau nggak cepat?" tanyaku.
"Banyak rencana dan jalan, asal niatnya tetap positif sih mengapa tidak dijalankan? Meski aku nggak bisa bilang sekarang."
"Ah iya, apapun rencananya, niatkan untuk ibadah dan mengharumkan nama bangsa Indonesia ya, mas!" ujarku.
"InshaAllah..." balasnya.
Terbukti kan? Malam itu bergelimang optimisme dan cita-cita mulia dari dua orang anak bangsa yang merantau ke sudut kecil salah satu entitas politik milik China.
Mozaik 5:
"Road to tanggal 20* yang ke-48"
Mozaik terakhir yang bertengger di tulisan kali ini tak banyak yang ingin kubahas, hanya secuil kata-kata untuk angkatanku tercinta, yang mungkin sudah jauh terpisah satu sama lain. Tapi sebelumnya mendingan aku cantumin beberapa chat di chatroom para tukang rusuh menyambut 20 April yang ke-48 ini deh,
________________________________________________
Member chatroom: Fadhil (koor Jogja dan sekitarnya), Syarif (koor Borneo), Nyoman Suprayojana (koor Bali), dayu (koor Jabodetabek), Hastya Anisa Rufaida (koor Jogja juga kali ya?), Widia Anggia Vicky (koor Surabaya dan sekitarnya), Azhar Basyir (editor andalan MT14), Gilang Maulana H (koor Jabodetabek juga), dan tentunya ada aku.
________________________________________________
22:00 Ozha Hernandha | 弗達斯: "Ini apa gaes?"
22:00 dayu: "Ini grup yg isinya pj region"
22:01 dayu: "Kemarin dari Jabodetabek ada saran buat photo collage gitu"
22:01 dayu: "Terus pengennya kita buat kata kata happy anniv"
22:07 Widia Anggia Vicky: "Kalo make kertas tiap orang riweuh"
22:07 Widia Anggia Vicky: "Yang simple aja"
22:07 Widia Anggia Vicky: "Kalo yg bawa tulisan sendiri2 susah keknya"
22:07 dayu: Yaudah, bebas aja konsepnya...
22:07 Widia Anggia Vicky: Apalagi kalo yg di tempat kerja
22:21 Syarif: "Terus terang ya rek..."
22:21 Fadhil: "Yang di jogja kantornya pada mencar day, syulit"
22:21 Syarif: "Kalo yg Borneo kayanya ga bakal jalan"
22:21 Syarif: "Soalnya anaknya cm 3, dan tempatnya mencar. Willi di Bpn kota, aku masih 10 jam dari Bpn, dan Dayat malah lebih dekat ke Malaysia, di Tarakan."
22:22 Syarif: "Dayat juauh"
22:22 Ozha Hernandha | 弗達斯: "Kalo usul dari aku guys, mendingan fotonya sebisanya aja, untuk print bisa diusahakan tulisannya apa font dsbnya. Kalo kondisi, mending ngumpul bareng di tempat yg jadi icon regional masing2 atau di manapun asalkan kumpul dan ngga memberatkan."
22:22 Fadhil: "Ini tema annivnya happy arseneversary kan? cc: @Syarif "
22:22 dayu: "Kok kasian, Sya"
22:22 dayu: "Kamu kesepian"
22:23 Syarif: "Temenin sini"
22:23 Fadhil: "Kan ultah yg ke 4 rip wkwk"
22:23 dayu: "Jemput Dayu, Sya"
22:23 Fadhil: "usul Ozha masuk"
22:23 dayu: "usul Ozha masuk"
22:24 dayu: "Tapi jangan lupa di kumpulinnya sebelum tgl 20 ya biar bisa diedit dulu 😂"
22:42 Nyoman Suprayojana: "Berdasarkan kreatifitas masing2 region aja, entah video ataupun foto"
22:43 dayu: "Setuju"
(meanwhile)
22:46 Gilang Maulana H: "Apa lagi ini, too much chat group tante"
(another meanwhile)
06:04 Hastya Anisa Rufaida: "Rame banget"
07:06 dayu: "Baca nis dari atas wkkk"
12:49 Hastya Anisa Rufaida: "Terlalu banyak daaay wakakk"
________________________________________________
Hingga akhirnya video dan foto-foto kumpul pun digarap masing-masing region, tak terkecuali regional terjauh dan paling terpencil: Taiwan.
Itu sih cuma video perjalanan mencari view aja, untuk main video-nya ada di sini nih:
Eits, tunggu dulu, ada juga tambahan ucapan dari regional Taiwan, mau tahu gimana ucapan dan doa-doanya? Lets check this out!!!
Udah?
Udah, asli aku speechless untuk ulang tahun kali ini. Kalau tahun lalu adalah ulang tahun terakhir saat kita kumpul terbanyak-terakhir di kampus sebelum semua pada lulus, tahun ini adalah tahun pertama kita merayakan Anniversary jauh-jauhan dan el-de-er-an. Duh, nano nano rasanya...
Yang pasti doa-doa baik yang terpanjatkan hari ini, untuk kita semua, adalah tulus dari hati kita masing-masing untuk saling menyemangati dalam setiap aktivitas yang kita lakukan, menjadikannya jalan ikhtiar untuk meniti sukses masing-masing.
Bahkan tanpa mempertontonkan adegan dewasa, mereka telah mampu menghipnotisku, membuatku mau untuk mengalihkan pandangan dari layar smartphone yang dari tadi kupegang untuk melihat jam dan mengestimasi waktu. Menyaksikan mereka serasa waktu sejenak berjalan lambat, tak ada degup jantung yang memburu, ataupun perasaan takut terlambat yang tersirat. Adem, kalau bahasa Jawanya, harmonis sekali mereka, yang entah mengapa membuatku meredefinisi anggapanku sendiri tentang rasa cinta: bukan tentang bagaimana kemesraan diumbar dan dipertontonkan, melainkan dengan ungkapan perhatian dan kasih sayang sederhana yang tak dipaksakan. Tulus, tanpa beban, tak mengharap sorotan, "hanya ada aku dan engkau seorang".
Mozaik 3:
"Ikatan dan Pemersatu"
Nampaknya memang benar, teori atom yang menyatakan bahwa elektron-elektron di sekeliling nukleon tak akan pernah terlepas karena energi ikatan yang mempertahankan posisinya. Beda cerita jika berbicara tentang elektron-elektron itu tereksitasi atau tidak: yang nantinya menyebabkan mereka mendekat ataupun menjauh dari nukleon. (ah, ribetnya!!!) Aku yakin, pembaca banyak yang berpikir demikian...
Tenang, tenang, itu tadi hanya perumpamaan kok. Dan yang ingin kubahas di sini adalah tentang ikatannya. Ada yang bilang, simbol selalu mampu mempersatukan, siapapun, dan di manapun. Sama seperti label INDONESIA, di manapun berada, di belahan dan sudut bumi manapun selalu bisa memberikan telaga tersendiri bagi para musafir yang tengah mengalami dahaga pertemuan dengan saudaranya. Sama seperti kami: para "mantan" (atau halusnya sih dibilang Alumni) penerima beasiswa dari Djarum Foundation selama S1.
Kawan baru ketemu ini namanya Laskar, sama denganku, dia juga Beswan Djarum angkatan 30. Dia beswan Jogja, aku beswan Surabaya, dan kami "baru" bertemu di Taiwan |
"Mas? Beswan angkatan berapa ya?" tanyaku sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.
"Lho? Saya 30, mas, kalau mas? Kok tahu?" jawabnya tersenyum, menyambut jabat tanganku.
"Wah, aku juga angkatan 30, namaku Ozha. Aku beswan Surabaya," jawabku
"Alhamdulillah, ketemu temen di sini, namaku Laskar, beswan Jogja,"
Obrolan-obrolan nostalgia selama menjabat sebagai beswan Djarum menjadi pemersatu dan pengikat tersendiri di antara kami. Jujur saja, jaket biru-kelabu itu menjadi identitas tak terlupakan bagi kami, dan karena ikatan itu juga lah aku secara tiba-tiba menanyakan sebuah pertanyaan es-ka-es-de kepada si pemakainya, yang tak lain adalah kawan seper-beswan Djarum-an angkatan 30.
Benar kan? Teori ikatan antar atom itu tak terbantahkan, karena hanya dengan ikatan itulah kami* akrab, di manapun, dan sejauh apapun kami dari tempat asal**.
*si pemilik atom-atom yang disematkan oleh-Nya di tubuh kami
**tanah air Indonesia
Mozaik 4:
"Kesamaan Background dan Obrolan Optimis tentang Indonesia"
Malam itu aku sengaja menginap di dormitory kawan-kawan NTUST. Malam Minggu ini rencananya kami (angkatan MT14 yang mendiami regional Taiwan) akan melakukan take video untuk memeriahkan Anniversary angkatan kami yang ke-4. Akan tetapi, karena memang masih harus menunggu beberapa kawan lain yang belum hadir di Taipei (kota untuk obyek pengambilan gambar kami), maka rencana itu ditunda esok hari. Alhasil, bermalam Minggu di area Gongguan menjadi agenda tak terencana, tapi terlaksana. (udah mirip labelling pas LPJ Himpunan belum? Hahaha)
Acaranya hari itu: beli martabak, jalan-jalan, dan duduk-duduk di taman dekat pintu keluar kampus National Taiwan University.
"Assalamu'alaikum!" seruku pada seseorang yang lewat di dekat kami malam itu.
"Wa'alaikumussalaam... Hei! Nang kene?" jawabnya.
"Iyo mas, dolan ae, nyambangi konco-konco, wes suwe nggak ketemu," balasku
Latar belakang dan beberapa cerita masa lalu yang hampir sama membuat obrolan semakin hangat. Bagaimana tak "hampir sama", kan memang mas Gita Novian adalah salah satu bagian dari keluarga MATRICE juga, meski berbeda angkatan denganku. Kisah demi kisah tentang penelitian, dunia kerja, trik-trik sepik profesor mengalir begitu saja malam itu. Sampai pada akhirnya menghasilkan sebuah statement tentang semangat kebangsaan dari kami,
"Memang apa sih yang kita cari jauh-jauh kemari kalau bukan untuk kembali dan membangun Indonesia?" tanyaku dengan tatapan menerawang ke langit.
"Tak ada lagi, pilihannya demikian, curi ilmu, perkaya diri dengan wawasan dan pengetahuan, kembali, dan bangun peradaban," ujarnya menjawabku (intinya demikian, aku lupa kata-kata tepat yang keluar darinya bagaimana)
"Oh iya, sampeyan nggak ingin cari kerja di sini?"
"Aku sudah pernah kerja, dan aku sudah paham bagaimana atmosfernya, aku ingin mengajar: jadi dosen!" tukasnya, "itu pun kalau dapat tempat cepat," imbuhnya.
"Kalau nggak cepat?" tanyaku.
"Banyak rencana dan jalan, asal niatnya tetap positif sih mengapa tidak dijalankan? Meski aku nggak bisa bilang sekarang."
"Ah iya, apapun rencananya, niatkan untuk ibadah dan mengharumkan nama bangsa Indonesia ya, mas!" ujarku.
"InshaAllah..." balasnya.
Terbukti kan? Malam itu bergelimang optimisme dan cita-cita mulia dari dua orang anak bangsa yang merantau ke sudut kecil salah satu entitas politik milik China.
Mozaik 5:
"Road to tanggal 20* yang ke-48"
Mozaik terakhir yang bertengger di tulisan kali ini tak banyak yang ingin kubahas, hanya secuil kata-kata untuk angkatanku tercinta, yang mungkin sudah jauh terpisah satu sama lain. Tapi sebelumnya mendingan aku cantumin beberapa chat di chatroom para tukang rusuh menyambut 20 April yang ke-48 ini deh,
________________________________________________
Member chatroom: Fadhil (koor Jogja dan sekitarnya), Syarif (koor Borneo), Nyoman Suprayojana (koor Bali), dayu (koor Jabodetabek), Hastya Anisa Rufaida (koor Jogja juga kali ya?), Widia Anggia Vicky (koor Surabaya dan sekitarnya), Azhar Basyir (editor andalan MT14), Gilang Maulana H (koor Jabodetabek juga), dan tentunya ada aku.
________________________________________________
22:00 Ozha Hernandha | 弗達斯: "Ini apa gaes?"
22:00 dayu: "Ini grup yg isinya pj region"
22:01 dayu: "Kemarin dari Jabodetabek ada saran buat photo collage gitu"
22:01 dayu: "Terus pengennya kita buat kata kata happy anniv"
22:07 Widia Anggia Vicky: "Kalo make kertas tiap orang riweuh"
22:07 Widia Anggia Vicky: "Yang simple aja"
22:07 Widia Anggia Vicky: "Kalo yg bawa tulisan sendiri2 susah keknya"
22:07 dayu: Yaudah, bebas aja konsepnya...
22:07 Widia Anggia Vicky: Apalagi kalo yg di tempat kerja
22:21 Syarif: "Terus terang ya rek..."
22:21 Fadhil: "Yang di jogja kantornya pada mencar day, syulit"
22:21 Syarif: "Kalo yg Borneo kayanya ga bakal jalan"
22:21 Syarif: "Soalnya anaknya cm 3, dan tempatnya mencar. Willi di Bpn kota, aku masih 10 jam dari Bpn, dan Dayat malah lebih dekat ke Malaysia, di Tarakan."
22:22 Syarif: "Dayat juauh"
22:22 Ozha Hernandha | 弗達斯: "Kalo usul dari aku guys, mendingan fotonya sebisanya aja, untuk print bisa diusahakan tulisannya apa font dsbnya. Kalo kondisi, mending ngumpul bareng di tempat yg jadi icon regional masing2 atau di manapun asalkan kumpul dan ngga memberatkan."
22:22 Fadhil: "Ini tema annivnya happy arseneversary kan? cc: @Syarif "
22:22 dayu: "Kok kasian, Sya"
22:22 dayu: "Kamu kesepian"
22:23 Syarif: "Temenin sini"
22:23 Fadhil: "Kan ultah yg ke 4 rip wkwk"
22:23 dayu: "Jemput Dayu, Sya"
22:23 Fadhil: "usul Ozha masuk"
22:23 dayu: "usul Ozha masuk"
22:24 dayu: "Tapi jangan lupa di kumpulinnya sebelum tgl 20 ya biar bisa diedit dulu 😂"
22:42 Nyoman Suprayojana: "Berdasarkan kreatifitas masing2 region aja, entah video ataupun foto"
22:43 dayu: "Setuju"
(meanwhile)
22:46 Gilang Maulana H: "Apa lagi ini, too much chat group tante"
(another meanwhile)
06:04 Hastya Anisa Rufaida: "Rame banget"
07:06 dayu: "Baca nis dari atas wkkk"
12:49 Hastya Anisa Rufaida: "Terlalu banyak daaay wakakk"
________________________________________________
Hingga akhirnya video dan foto-foto kumpul pun digarap masing-masing region, tak terkecuali regional terjauh dan paling terpencil: Taiwan.
Itu sih cuma video perjalanan mencari view aja, untuk main video-nya ada di sini nih:
Eits, tunggu dulu, ada juga tambahan ucapan dari regional Taiwan, mau tahu gimana ucapan dan doa-doanya? Lets check this out!!!
Udah?
Udah, asli aku speechless untuk ulang tahun kali ini. Kalau tahun lalu adalah ulang tahun terakhir saat kita kumpul terbanyak-terakhir di kampus sebelum semua pada lulus, tahun ini adalah tahun pertama kita merayakan Anniversary jauh-jauhan dan el-de-er-an. Duh, nano nano rasanya...
Yang pasti doa-doa baik yang terpanjatkan hari ini, untuk kita semua, adalah tulus dari hati kita masing-masing untuk saling menyemangati dalam setiap aktivitas yang kita lakukan, menjadikannya jalan ikhtiar untuk meniti sukses masing-masing.
HAPPY ANNIVERSARY MT14
"Jika tua nanti kita t'lah hidup masing-masing, ingatlah 20 April..."
Satu hal yang bisa kita sikapi bersama dari mozaik ke-5 ini: Menjaga jarak adalah cara terindah untuk memupuk kerinduan, cara terbaik untuk memecah kejenuhan, dan cara tersukses untuk menumbuhkan rasa cinta. Dan disadari atau tidak, kita rindu satu sama lain...
Semoga sukses MT14!!!
*maksudnya tanggal 20 punya MT14
EPILOG:
Udah ah, capek, lelah, di tengah eksperimen yang masih stuck, cuma ingin menulis sebisaku aja untuk menyalurkan energi stress biar lebih positif aja. See you!!!
No comments:
Post a Comment
Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...