PROLOG
Malam itu aku lupa tanggal berapa, yang pasti hari itu hujan, bahkan payung unyu biru dongker yang kupegang tak mampu melindungiku dari basah. Dan semuanya bermula di asrama putri National Central University, G14.
Tak pernah kusangka sebelumnya, November akan mempertemukanku pada orang-orang luar biasa. Sebuah keluarga baru yang memiliki tujuan dan beban tugas yang sama, demi Indonesia. Deretan nama-nama yang tertulis dalam notulensi kala itu bukan orang-orang asing, karena beberapa minggu sebelumnya kami telah mulai berinteraksi (pasca welcome party).
Tak banyak yang kami lakukan setelahnya, hanya beberapa kali bertemu untuk sekedar say hi sebelum pada akhirnya menggelar rapat perdana dengan agenda:
- Sharing NCU ICD 2016 bersama panitia terdahulu
- Penentuan tema
- Penyusunan timeline proposal
"Eh, Bhinneka Tunggal Ika bagus tuh, unik!" kata salah seorang yang aku tak tahu pasti siapa.
"Kalau itu pilihannya, yakin lah pasti ujung-ujungnya UNITY IN DIVERSITY," selorohku tak serius.
"Lha, iku seh biasa banget! Mosok ngono temane?" ujar kawan yang duduk di sebelahku saat itu, yang sekali lagi aku lupa siapa.
Dan pada akhirnya pembahasan tema mengendap, dilanjutkan dengan agenda berikutnya karena memang pembahasan tema tak seharusnya saling memaksakan kehendak dan dipilih grusa-grusu.
Oke, itu pertemuan pertama, yang entah bagaimana ceritanya dari sanalah dimulai perjalanan kami semua. Empat belas panitia inti yang pada mulanya tak paham satu sama lainnya seperti apa, hingga pada akhirnya sering berinteraksi dan menggila bersama karena hal yang sama, TAKDIR mengurus sebuah acara besar milik bangsa Indonesia yang dititipkan melalui Perhimpunan Pelajar Indonesia di kampus Taoyuan, National Central University.
Satu bulan berlalu, kehidupan sudah mulai terganggu, apalagi dengan adanya latihan perdana di akhir tahun. Hal-hal yang di awal nampak harmonis dan bahagia dari kami, mulai terkuak satu-satu. Miss-komunikasi, masalah terbesar yang menjangkiti kami semua kala itu. Dari mulai tersebarnya isu-isu crash divisi Dekorasi vs Publikasi dan Dokumentasi tentang masalah logo, munculnya pembahasan absurd tentang ketidak-harmonisan ranah antara divisi Acara vs Sutradara, gonjang-ganjingnya konsep hingga alur cerita untuk hari pertama dan kedua, hingga pembatalan adanya terobosan MASKOT besutan panitia 2017 akibat suatu hal yang mbuh wes. Ruwet, bikin malas sebenarnya, mungkin jika bukan karena berjuang dengan embel-embel INDONESIA, kami semua tak akan susah payah menjalankan ini semua dan mengurai benang kusutnya hingga Winter Holiday tiba.
Satu bulan awal belum begitu berat, kusebut itu fase pertama, karena memang cobaannya masih dalam tahap wajar dan tergolong masih bisa ter-handle sempurna.
Hingga rumitan masalah selanjutnya datang, ketika ada pergantian pemain di bangku pengatur cerita. Satu frase yang bisa kugambarkan saat itu: KALANG KABUT. Rapat dadakan beberapa orang diadakan, meski tak hadir keseluruhan asal bisa memberikan masukan pada ketua panitia, yang penting bisa jadi amunisi untuk memutuskan langkah selanjutnya seperti apa. Hari-hari menjelang kepulangan beberapa squad kami ke Indonesia diwarnai dengan permasalahan yang hadir dan atmosfer menegangkan. Belum lagi ternyata bangku-bangku pengisi talents di acara utama juga masih banyak masalah, compang-camping, tambal sulam. Apalagi booth, remuk redam, dengan konsepan yang masih belum jelas, ditambah lagi dengan minimnya komunikasi dan pertemuan panitia akibat kesibukan FINAL EXAM masing-masing.
Dan saat itu adalah bulan Januari, H-60 hari dari pelaksanaan acara akbar tahunan milik PPI NCU Taiwan. Lalu? Apa yang kami lakukan?
Tak banyak, yang pertama hanya merilis satu video transisi antara NCU ICD 2016 dan 2017. Yang prosesnya pun tergarap serampangan dan mungkin kurang berkesan. Yah, maklumlah namanya juga TEASER 0.
Menarik?
Kurasa belum, toh videonya saja masih comotan video-video tahun lalu, apa menariknya? Sudahlah, lupakan saja dulu! Toh masih H-2 bulan kan?
Ah sudah suntuk rupanya...
Pulang dulu sajalah, yang ingin liburan ke Indonesia! Tentunya dengan berbagai macam titipan "sesuatu" yang tak memungkinkan untuk diurus di Taiwan, liburan kali ini tak akan tenang bagi squad kami yang melepas penat akhir semesternya di Indonesia. Begitupun kami yang masih tertinggal di sini.
EPILOG
Ini masih Part 1, masih ada part-part selanjutnya yang akan menemani perjalanan untold story ini sampai akhir. Penasaran? Aku yakin tidak, karena memang melelahkan. Dan di bagian akhir dari Part 1 ini sengaja kubiarkan terbuka, berakhir dengan pertanyaan. Karena memang masalah-masalahnya belum selesai, masih mengambang. Yang bisa kami lakukan adalah...
LIBURAN!!!
Karena melarikan diri dari setumpuk masalah saat itu jadi pilihan terbaik, alhasil LIBURAN adalah pilihannya |
"TAKDIR mengurus sebuah acara besar milik bangsa Indonesia yang dititipkan melalui Perhimpunan Pelajar Indonesia di kampus Taoyuan, National Central University"
ReplyDeleteAku suka bagian ini. Karena segala sesuatu nya terjadi karena ada alasan, kalian yg ditakdirkan, kalian yg terpilih dan kalian yg terbeban. Keep going!
Makasih komennya mbak, hihihi.
DeleteTerima kasih juga dukungannya :)