Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Friday, March 17, 2017

Back to the REAL Reality

PROLOG:
Baru saja beberapa waktu yang lalu aku mengisahkan tentang sebuah cerita unik yang digawangi oleh satu acara luar biasa yang mengundang banyak suka duka dan kisah menarik. Ah, sudah cukup euforia tergila-gila dan gagal move on-nya, sekarang waktunya kembali ke dunia nyata.

Di kondisi semacam ini, hamba merasakan satu hal: sepertinya memang Allah SWT selalu meletakkan hamba di tempat yang hampir sama. Kapal yang hamba nahkodai (meski belum punya "awak") tak pernah berada di arus perairan kecil, bahkan tenang. Jadi untuk akhwat yang akan jadi "awak"-nya nanti, siapapun kamu, siap-siap ya! *eh
Mencoba sejenak mengingat kondisi S1, saat di mana aku berjuang sendiri dengan topik unik dan penuh perjuangan bernama biomaterial. Yang kebetulan menghasilknan begitu banyak derita cerita luar biasa yang pernah juga kutulis pada salah satu bagian di blog ini. Jika penasaran seperti apa menakjubkannya, silakan klik saja linknya, sebelum melanjutkan scrolling halaman ini.

Hari ini (17/03), tepat di penghujung jam kerja yang disepakati bersama sebagai jam efektif di ruang kerja dan laboratorium JKC group. Telepon ruangan E214 di Engineering 1 berdering, karena kutahu ada teman Taiwanese yang sedang standby kuurungkan niatku untuk mengangkatnya, karena lebih sering di ujung sana lebih nyaman berbicara dalam bahasa Mandarin ketimbang English. Setelah beberapa kali "hao... hao..." dia menutup telepon. Tampak bayangannya mendekat menuju meja kerjaku. Dari layar laptopku sangat jelas nampak bayangannya, karena brightness laptopku sengaja kubuat redup (sayang mata), karena saat itu aku sedang menikmati deretan tulisan hitam dengan ukuran font standar yang terkadang jika menemui thickness yang tak begitu tebal, fasilitas zoom in wajib digunakan. Singkat, padat, jelas:

"Ozha, JKC wants you to come to his room!"
"Eh? Now?" jawabku heran.
"Yes," jawabnya sambil lalu.

Tak ada perasaan aneh yang timbul, karena yang ada hanya heran. Karena tak biasanya sesore ini profesor memanggil mahasiswanya. Kukayuh sepeda menuju gedung Engineering 5 dengan bekal note kecil yang kumasukkan dalam saku jaket.

"Hei Ozha! JKC wants to meet you!" ujar Edward, kawan seper-JKC-an tapi beda departemen.
"Ok, I'm going now!" jawabku masih mengayuh sepeda.

"Hei, please! Tak biasanya profesor memanggil melalui berbagai cara, pasti ada sesuatu yang urgent," batinku.

Tiba di dekat ruangan profesor, aku bertemu lagi dengan salah seorang kawan asal India, si PhD jenius yang selalu direkomendasikan sebagai pengarah dan sumber pembelajaran ketika aku diskusi private dengan profesor.

"Why you come here?" tanyanya.
"Professor is waiting for me, he said: he want to discuss something," jawabku terengah (sisa mengayuh sepeda).
"Maybe you'll get a trouble, he's in angry today!" ujarnya cengengesan.

Prank, jelas ini jebakan, meski deg degan mendengar jawaban demikian, aku melanjutkan langkahku dengan optimisme bahwa hari itu aku diajak diskusi, bukan dimarahi seperti saat meeting beberapa hari lalu akibat aku gagal menjawab pertanyaan yang ternyata seluruh umat dalam ruangan itu juga tak tahu. Tapi toh aku sudah menebus dosaku dengan mengirim resume jawaban pertanyaanku pasca meeting.

Singkat cerita, pertemuanku sore ini berjalan sedikit lama dari biasanya, setengah jam lebih. Padahal selama ini aku tak pernah lebih dari 15 menit saat mendiskusikan sesuatu dengan beliau. Inti pembicaraan kami adalah mengukuhkan kondisi "kesendirian"ku.

Memang beberapa hari lalu aku sudah mendengar kabar, bahwa setelah si PhD penggarap Magnesium battery di labku menyerah tanpa syarat dengan mengundurkan diri, kini giliran si Master yang mengubah topik risetnya di akhir semester menjelang graduation-nya, dari MIBs ke LIBs (baca: MIBs: Magnesium Batteries, LIBs: Lithium Ion Batteries). Dan ternyata benar, hasil pertemuanku dengan profesor sore ini menelurkan banyak hal dasar, yang dengan jelas menyiratkan:

KAMU HARUS BERTAHAN DI SINI (topik ini) YA! KUATKAN DASARMU! BERIKAN KINERJA TERBAIKMU SAMPAI AKHIR!

Mengapa bisa kusimpulkan demikian? Karena memang banyak hal yang beliau sampaikan hari ini, dari mulai hanya saran untuk meng-organize folder Google Drive-ku, mengulang-ulang pengujian dengan menggunakan material katoda, elektrolit, substrat, dan parameter sama sampai hasilnya stabil dan konsisten, meminta pendapat material katoda apa yang potensial untuk MIBs, hingga menyemangati bahwa "semakin sedikit jurnal yang kutemukan tentang material katoda itu, semakin bisa jadi celah untuk menghasilkan jurnal ke depannya" (pasca mendengar curhatku tentang betapa sulitnya menemukan jurnal dengan material yang kukerjakan sekarang).

"Ok, just give your best here, you're good at your starting point, just keep going! Good luck..."

Sebaris kalimat itu yang menjadi penutup pertemuanku sore ini, absurd, aneh, super duper ganjil, karena pertemuan kali ini sejujurnya tak menghasilkan apa-apa selain saran-saran dasar. Tapi aku sadar, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini tak banyak jurnal MIBs yang release dari grup ini, di bawah bimbingannya. Jadi bisa dibilang saat ini harapannya untuk menelurkan jurnal MIBs hanya pada seonggok bocah Master yang masuk semester ke-2-nya, dan sejak awal tergila-gila dengan "anu" tentang Magnesium.

Well, that makes sense, kan?

EPILOG:
Mungkin tulisan kali ini sedikit nirfaedah karena hanya menceritakan secuil kisah tak penting unik yang rasa-rasanya susah untuk dijadikan pembelajaran. Meski tetap saja bagiku, ini pengalaman yang sama, karena sejak S1 aku dihadapkan pada KESENDIRIAN dalam menghadapi permasalahan penelitian.
Tapi se-nirfaedah apapun, tetap saja ada sebuah pembelajaran di sini, yaitu: MESKI SENDIRI, JANGAN PERNAH MENYERAH, KARENA TIBA-TIBA MENJADI SATU-SATUNYA HARAPAN ITU BERAT DAN MENANTANG. Jadi bagi siapapun, jika akan menyerah dalam mengerjakan sesuatu, ingatlah tulisan ini (bagi yang sudah baca), karena kalian tidak sendiri, ada aku yang juga "sendiri".
Sekian...

Thursday, March 16, 2017

"ICD: It Called Destiny" (NCU ICD Untold Story) - Part 2

PROLOG:
Wah, sudah masuk ke part selanjutnya rupanya. Lalu akan ada apa saja di sini? Banyak hal terjadi di bagian ini, siap-siap kencangkan sabuk pengaman, terutama pengaman anti baper, karena kemungkinan besar kalau salah tangkap maksud, emosi kalian akan teraduk-aduk tak karuan. Tapi sebelum baca bagian ini, cek lagi, sudahkah part 1 terbaca dan dimengerti?

Dan drama berlanjut, pergantian pemain di kursi Sutradara ternyata benar-benar terjadi. Kejadian ini memantik diskusi tentang banyak hal, terkait tanggung jawab, permasalahan klasik mahasiswa: akademik vs non akademik, juga hubungan baik antar manusia. Dari mulai kabar yang tersiar sampai realita yang tidak terbukti, semuanya memancing emosi kala itu. Meski akhirnya mengendap tak berlanjut, karena memang permasalahan ini disadari bersama sebagai ranah personal yang bisa diselesaikan tanpa embel-embel hal yang lebih besar.
"Rek, bantu kami bawa barang-barang ya nanti pas pulang. Maksudnya jemputin dari bandara sampai ke kampus!" tulis beberapa orang yang bertanggung jawab mengemban titipan banyak hal dari tanah air.
Tak terbayangkan, sekitar 30 kilogram (atau mungkin juga lebih) kebutuhan NCU ICD 2017 yang dibawa dari Indonesia membuat beberapa orang harus merelakan space bagasi pesawatnya untuk barang kita bersama. Untungnya "mereka" mau merelakannya, demi sebuah tanggung jawab: terlaksananya tujuan mulia atas nama Indonesia di negeri separuh tirai bambu.

Beragam latihan digelar, dari mulai latihan-latihan biasa yang bertempat di gedung perkuliahan Engineering 5, hingga dua kali menyewa Grand Lecture Hall demi merasakan taste dan blocking panggung yang sempurna, semuanya diniatkan hanya demi keberhasilan acara.


Divisi Acara yang seringkali menerima cercaan dan limpahan kesalahan di bulan-bulan awal pasca terbentuknya panitia (November-Desember 2016) kini telah menerapkan hal berbeda. Koordinatornya telah banyak belajar dan lebih bersabar dalam menghadapi kebandelan bawahan-bawahannya. Jujur, saya salut padanya, meski tanpa kusebutkan dengan gamblang siapa namanya, lewat tulisan ini kurasa sudah sangat jelas siapa yang kumaksud. Yah, meski tetap saja, tiada gading yang tak retak, usahanya tetap kuanggap luar biasa. Off hat for you, bro!!!

Pasang wajah sok serius dulu boleh kali ya, anyway here he is...
Oke, semakin dekat hari-H nampaknya pressure semakin ngawur dan tak karuan. Giliran divisi Publikasi dan Dokumentasi yang menerima terpaan "kehilangan pemain". Orang-orang yang menempati pos-pos penting dan telah berkomitmen di awal untuk maksimal dalam menggarap "pekerjaan para seniman" untuk NCU ICD 2017 rupanya sedang terlena dengan janjinya sendiri, atau bahkan mungkin lupa. Hingga akhirnya turunlah para tetua-tetua untuk menggarap divisi krusial "marketing lambe turah" untuk acara ini. Dari mulai koordinator tahun lalu sampai mahasiswa yang sering disebut-sebut sebagai POKEMON LANGKA pun turun gunung. Impact-nya?

So powerful, mereka berhasil memberikan dukungan penuh terhadap divisi yang sempat galau karena berjalan gontai sendirian, kepala tanpa badan. Sengaja video-video teaser itu dituliskan siapa saja orang-orang yang terlibat di deskripsi credit-nya, demi satu hal: "Mempersembahkan apresiasi setinggi-tingginya terhadap setiap elemen yang membantu terciptanya suguhan-suguhan luar biasa yang bisa dinikmati khalayak jama'ah fesbukiyah lewat fanspage resmi NCU Indonesian Cultural Day."

Ini dia si abang "pokemon langka" yang sempat saya singgung di paragraf atas

Sayang banget di frame ini Pubdoknya ngga fullteam, eh by the way team-nya siapa aja ya?
Sampe lupa, saking seringnya ketemu...
Oke, itu tadi cerita pra hari-H (meski foto-fotonya semua pas hari-H), tapi ceritanya nggak berhenti di sana lho. Eh, maaf ada yang kelupaan, divisi-divisi yang nggak saya ceritakan di sini bukan berarti nggak berkesan atau apa lho ya, malah justru saya salut sama divisi-divisi yang tak terpanggil di untold story series kali ini, karena kalian berhasil menyelesaikan permasalahan dan dinamikan divisi kalian dengan sangat amat smooth.

Cerita hari-H dimulai pada hari pertama, Exhibitions day. Sebenarnya nggak dimulai saat itu sih, karena sebelumnya seperti yang saya ceritakan di part 1, dan selebihnya tak perlu saya jelaskan lebih lanjut karena takut akan ada yang sakit hati, meski syarat utama baca post ini cuma 1: dilarang baper, tapi wajib peka untuk memperbaiki diri.
"Eh mbak, ngapain bawa kursi diangkat-angkat gitu?"
"Aku pengen ngepruk uwong karo kursi iki oleh ga?"
Yah, setidaknya itulah salah satu percakapan yang muncul akibat efek miss-koordinasi yang "lumayan" parah dari orang yang menggawangi divisi tersebut. Jadi, masih perlu diceritakan? Saya rasa tak usah saja lah ya.

Dan hari pertama pun berakhir, dengan percikan-percikan kecil api yang belum padam. Karena masalah masih ada, bahkan sudah hampir klimaksnya.

Dan senyum semangat hari pertama ini masih belum boleh padam!!!
Oke, the second day begin! Kabar kurang sedap menyebar untuk hari kedua, bahkan keberhasilan hari kedua ini di ujung tanduk. Dua kubu yang (seolah) terbentuk akibat kabar kurang sedap ini sama-sama tak ada yang mau menurunkan ego untuk "bertemu sekali lagi", duduk bersama menyelesaikannya. Kala itu hanya tulisan-tulisan himbauan yang tersebar, dan dijadikan pijakan untuk saling memperkeruh suasana oleh orang-orang yang tak paham, atau tak mau memahami tapi ingin ikut ambil bagian di dalamnya. Entah menjadi bagian yang ikut memperparah atau bagian yang ikut menyelesaikan.

Topik "kroscek/tabayun" pun menjadi santer terdengar kala itu (bahkan sampai pasca acara), meski ironisnya: justru orang yang menyuarakan topik tersebut ternyata juga merupakan bagian dari yang memperkeruh suasana dengan "menyebarkan sebuah pesan (yang seharusnya) ditujukan pribadi, kepada orang lain yang sebenarnya tak seharusnya membaca". Apa yang dirasakan saat itu? Satu frasa lagi kembali terpikirkan: KALANG KABUT.

H-3 jam acara dimulai, dan kondisi sangat amat tidak ideal. Jika tak ada yang berani mengorbankan diri dan babak belur dengan dikira menjadi pembela salah satu pihak, mungkin hari ke-2 akan kehilangan taste-nya dengan melakukan skip pada salah satu pertunjukan tari. Dan bagian registrasi serta konsumsi akan jatuh pingsan meng-handle semuanya dengan resource seadanya, mengingat pengunjung saat itu membludak hingga lebih dari 550 orang.

Jadi? Apa yang terjadi kala itu?

Ada "dua anak (yang sempat disebut) kemarin sore", entah dapat ilham dari mana, tiba-tiba (mungkin dianggap) sok sokan membagi peran untuk lobbying ke dua belah pihak yang (seolah) membentuk kubu ini. Tujuannya satu saat itu: HARI KEDUA TERLAKSANA, dan tak ada pihak yang terluka. Waktu terus berjalan, H-120 menit acara berlangsung kondisi belum kembali normal. Masih compang-camping dan tak banyak perubahan. Lobbying via pertemuan langsung, via telepon, dan via messenger telah dilakukan kepada tiap-tiap sesepuh yang dianggap bisa mendamaikan kala itu. Terakhir, kami segenap panitia sambil tetap mempersiapkan booth, registrasi, juga belakang panggung, hanya bisa berdoa dan pasrah agar masalah saat itu selesai dan "panitia kembali utuh" memperjuangkan hari terakhir.

Enam lebih empat puluh lima menit, sudah molor 15 menit dari dimulainya acara. Ada satu kabar lagi yang muncul dari HT orang-orang di belakang panggung: Dean of NCU OIA belum datang, 10 menit lagi katanya, padahal di awal beliau harus sambutan. Tamu sudah datang, semua divisi sudah menempati posisi masing-masing, hanya grasak grusuk penonton yang terdengar saat itu. Eh, satu lagi sih, kresek kresek suara HT dari berbagai manusia yang memegangnya. Bingung? Jelas, saat itu pressure sudah sangat amat tinggi.

Perlu dilanjutkan? Kok saya pikir makin ngenes ya kalau untold story-nya harus kebuka semua? Menurut kalian gimana?

Betapa puasnya bagi orang-orang belakang kamera melihat obyek bidikannya tersenyum bahagia

Panitia/talents/ dan orang-orang yang selalu berusaha tegar dan tabah di segala kondisi
Dan melihat senyum bahagia mereka, senyum bahagia kita semua, saya rasa untold story bagian hari ke-2 ini ada baiknya saya sudahi saja. Intinya acara hari kedua berjalan sangat amat lancar saat pertunjukan berlangsung, hingga bersih-bersihnya, meski sempat dagdigdug lagi saat sekitar sepuluh menit awal tiba-tiba laptop yang terkoneksi dengan proyektor penampil video utama/background/slide kami hang sebelum akhirnya berhasil diatasi.

Banyak pembelajaran yang ada di cerita beberapa bulan ini. Jujur ini kali pertama setelah tiga tahun ke belakang saya tak memegang sebuah kepanitiaan besar sebuah acara. Dan kerinduan tentang hectic-nya mendesain poster, menjadi admin fanspage, mengambil cetakan flyer sambil diomeli dalam bahasa Mandarin oleh sang laoban, hingga kericuhan di hari-H, semuanya terangkum dalam TAKDIR indah bersama "kalian".

Kalian yang kumaksud di sini bukan hanya panitia super yang mengawal terlaksananya NCU ICD 2017, akan tetapi segenap pengurus PPI NCU 2016/2017, panitia NCU ICD 2016, pengurus dan jamaah NCU MC, NCU OIA, serta setiap elemen (yang tentunya susah jika disebutkan satu per satu) yang membantu terlaksananya kegiatan ini hingga tuntas.

Terima kasih...

Dedek-dedek overseas (mahasiswa S1 asal Indonesia) di NCU

Salah satu punggawa NCU Student Ambassador
yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya mengawal NCU ICD 2017
Sebagai penutup, saya sengaja menampilkan foto-foto absurd yang tak jelas apa maksudnya.
Perkenalkan, beliau mas Fei, anak gaul dan terhitz Taiwan dengan tongkat ajaibnya: read tongsis dengan ujung Go Pro
Manusia-manusia super yang jujur saya "off hat" untuk kalian!
Tak lupa juga saya sampaikan terima kasih kepada dulur sepercangkrukan selama saya masuk NCU September 2016 lalu sampai saat ini, kalian yang berhasil menyeret saya untuk terlanjur nyemplung di dinamika ke-mahasiswa Indonesia-an NCU
EPILOG:
Sungguh tak ada kata-kata terbaik yang mampu saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu proses pendewasaan saya, "si anak kemarin sore" ini dalam melakukan tugasnya divisi Publikasi dan Dokumentasi, dalam memupuk keberanian untuk ambil risiko babak belur meng-handle masalah, dan juga dalam segala hal yang jelas jika saya sebutkan tulisan ini tak jadi masuk bagian EPILOG. Saya cukup banyak belajar lewat kegiatan ini, NCU ICD 2017, sebuah kegiatan mulia yang tak lain dan tak bukan berhasil memberikan salah satu kesan terindah bagi saya hingga saat ini, sekali lagi TERIMA KASIH.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBERIKAN KADO TERINDAH
KEPADA SAYA DI TAHUN 2017 INI

Dan spesial untuk mas Hadis, koordinator divisi Perlengkapan (si mesum) yang telah luar biasa mengajarkan kesabaran dalam menghadapi kondisi apapun. Se-dibantu atau tidak-nya dirimu, kamu tetap berterima kasih dan tak pernah marah dalam menghadapi setiap anggotamu, juga panitia yang lain. Semangat kawan!!! Jangan bosan jika hingga akhir cerita kita di sini (di NCU), wajah kita saling bertemu dan sering bertegur sapa...

Wednesday, March 15, 2017

"ICD: It Called Destiny" (NCU ICD Untold Story) - Part 1

PROLOG
Malam itu aku lupa tanggal berapa, yang pasti hari itu hujan, bahkan payung unyu biru dongker yang kupegang tak mampu melindungiku dari basah. Dan semuanya bermula di asrama putri National Central University, G14.

Tak pernah kusangka sebelumnya, November akan mempertemukanku pada orang-orang luar biasa. Sebuah keluarga baru yang memiliki tujuan dan beban tugas yang sama, demi Indonesia. Deretan nama-nama yang tertulis dalam notulensi kala itu bukan orang-orang asing, karena beberapa minggu sebelumnya kami telah mulai berinteraksi (pasca welcome party).

Tak banyak yang kami lakukan setelahnya, hanya beberapa kali bertemu untuk sekedar say hi sebelum pada akhirnya menggelar rapat perdana dengan agenda:
  1. Sharing NCU ICD 2016 bersama panitia terdahulu
  2. Penentuan tema
  3. Penyusunan timeline proposal
Pada agenda pertama itu tak banyak yang diulas, hanya cerita-cerita tentang kesalahan-kesalahan masa lalu yang tak seharusnya terulang kembali di panitia tahun ini. Tak lupa juga memberikan gambaran kinerja masing-masing divisi lewat share link dokumentasi dan kelengkapan acara tahun lalu. Lalu berlanjut ke agenda ke-2, ada banyak hal yang terbahas, dari mulai tema-tema yang sedang booming sampai judul-judul mainstream yang sering dianggap identik dengan Indonesia.
"Eh, Bhinneka Tunggal Ika bagus tuh, unik!" kata salah seorang yang aku tak tahu pasti siapa.
"Kalau itu pilihannya, yakin lah pasti ujung-ujungnya UNITY IN DIVERSITY," selorohku tak serius.
"Lha, iku seh biasa banget! Mosok ngono temane?" ujar kawan yang duduk di sebelahku saat itu, yang sekali lagi aku lupa siapa.
Dan pada akhirnya pembahasan tema mengendap, dilanjutkan dengan agenda berikutnya karena memang pembahasan tema tak seharusnya saling memaksakan kehendak dan dipilih grusa-grusu.

Oke, itu pertemuan pertama, yang entah bagaimana ceritanya dari sanalah dimulai perjalanan kami semua. Empat belas panitia inti yang pada mulanya tak paham satu sama lainnya seperti apa, hingga pada akhirnya sering berinteraksi dan menggila bersama karena hal yang sama, TAKDIR mengurus sebuah acara besar milik bangsa Indonesia yang dititipkan melalui Perhimpunan Pelajar Indonesia di kampus Taoyuan, National Central University.

Satu bulan berlalu, kehidupan sudah mulai terganggu, apalagi dengan adanya latihan perdana di akhir tahun. Hal-hal yang di awal nampak harmonis dan bahagia dari kami, mulai terkuak satu-satu. Miss-komunikasi, masalah terbesar yang menjangkiti kami semua kala itu. Dari mulai tersebarnya isu-isu crash divisi Dekorasi vs Publikasi dan Dokumentasi tentang masalah logo, munculnya pembahasan absurd tentang ketidak-harmonisan ranah antara divisi Acara vs Sutradara, gonjang-ganjingnya konsep hingga alur cerita untuk hari pertama dan kedua, hingga pembatalan adanya terobosan MASKOT besutan panitia 2017 akibat suatu hal yang mbuh wes. Ruwet, bikin malas sebenarnya, mungkin jika bukan karena berjuang dengan embel-embel INDONESIA, kami semua tak akan susah payah menjalankan ini semua dan mengurai benang kusutnya hingga Winter Holiday tiba.

Satu bulan awal belum begitu berat, kusebut itu fase pertama, karena memang cobaannya masih dalam tahap wajar dan tergolong masih bisa ter-handle sempurna.

Hingga rumitan masalah selanjutnya datang, ketika ada pergantian pemain di bangku pengatur cerita. Satu frase yang bisa kugambarkan saat itu: KALANG KABUT. Rapat dadakan beberapa orang diadakan, meski tak hadir keseluruhan asal bisa memberikan masukan pada ketua panitia, yang penting bisa jadi amunisi untuk memutuskan langkah selanjutnya seperti apa. Hari-hari menjelang kepulangan beberapa squad kami ke Indonesia diwarnai dengan permasalahan yang hadir dan atmosfer menegangkan. Belum lagi ternyata bangku-bangku pengisi talents di acara utama juga masih banyak masalah, compang-camping, tambal sulam. Apalagi booth, remuk redam, dengan konsepan yang masih belum jelas, ditambah lagi dengan minimnya komunikasi dan pertemuan panitia akibat kesibukan FINAL EXAM masing-masing.

Dan saat itu adalah bulan Januari, H-60 hari dari pelaksanaan acara akbar tahunan milik PPI NCU Taiwan. Lalu? Apa yang kami lakukan?

Tak banyak, yang pertama hanya merilis satu video transisi antara NCU ICD 2016 dan 2017. Yang prosesnya pun tergarap serampangan dan mungkin kurang berkesan. Yah, maklumlah namanya juga TEASER 0.


Menarik?

Kurasa belum, toh videonya saja masih comotan video-video tahun lalu, apa menariknya? Sudahlah, lupakan saja dulu! Toh masih H-2 bulan kan?

Ah sudah suntuk rupanya...
Pulang dulu sajalah, yang ingin liburan ke Indonesia! Tentunya dengan berbagai macam titipan "sesuatu" yang tak memungkinkan untuk diurus di Taiwan, liburan kali ini tak akan tenang bagi squad kami yang melepas penat akhir semesternya di Indonesia. Begitupun kami yang masih tertinggal di sini.

EPILOG
Ini masih Part 1, masih ada part-part selanjutnya yang akan menemani perjalanan untold story ini sampai akhir. Penasaran? Aku yakin tidak, karena memang melelahkan. Dan di bagian akhir dari Part 1 ini sengaja kubiarkan terbuka, berakhir dengan pertanyaan. Karena memang masalah-masalahnya belum selesai, masih mengambang. Yang bisa kami lakukan adalah...
LIBURAN!!!

Karena melarikan diri dari setumpuk masalah saat itu jadi pilihan terbaik, alhasil LIBURAN adalah pilihannya

Wanna support???